Ads Header

Anda akan Membaca Cerpen, Coretan asal jadi,Foto-foto pribadi, Curahan Pikiran yang biasa-biasa saja dan pastinya anda tidak akan menemukan Cerpen Kelas Dunia...Masih nekat ingin membacanya? Silahkannnnn.......Jika berkenan Silahkan Komentar

Pages

Jumat, 11 Juli 2014

 Khayalan Tingkat Tinggi Seorang Blogger

Andai saja punya sebuah blog, saya akan selalu update postingannya
Andai saja blognya sudah terkenal, saya jadikan sumber penghasilan
Bila saja ada pengunjung datang, saya akan tersenyum lebar
Apa bisa mewujudkan semua itu, ah yang penting sabar

Karena masih pemula, saya harus punya rencana
Untuk membuat blog yang ramai pengunjung, saya harus rajin bertanya
Namun blog saya tetap sepi pengunjung, maka saya ajak tukeran link
Masih sepi juga, mungkin desain template-nya kurang menarik

Satu bulan berlalu tapi belum memuaskan hati
Saya coba rajin berkomentar walaupun tidak paham benar
Dengan harapan dengan berkomentar akan mendapat komentar balasan
Rupanya berkomentar saja tidak cukup, iseng saya tulis alamat blog di uang kertas

Seharian nongkrong di menu dashboard, tapi tidak tahu apa yang mau dikerjakan
Dan tak satupun mendapat sebuah komentar
Dari pada hilang akal, mending saya copas artikel orang
(Banyak kok blogger kyk gnian)
Siapa tahu kemudian hari ada pengunjung yang nyasar

Akhirnya blog saya sekarang sudah mulai di kunjungi
Walaupun cenderung tidak ada komentar
But...Sekali lagi I Don't Care karena saya tidak
terlalu memusingkannya...Yang paling penting buat saya adalah bisa menuliskan apa yang ada di otak saya,
Bisa menyalurkan kreasi pikiran saya sendiri,
karena sekali " Mutu penting..tetapi yg lebih penting adalah..
Karya Sendiri..daripada Cuma Copy Paste doang?? Btul gk??

Ehhmmm....But...
Mungkin langkah yang paling tepat adalah..
Tingkatkan Imajinasi, perdalam pengetahuan IT,
Dan satu yg pasti Mudah2 an Lucky menyertai...
Read more

Minggu, 06 Januari 2013

Letters To God, Keajaiban Bersahabat dengan Tuhan (Global TV 06-01-2013,01.00 At home) 07 January 2013 | 10:31
Terharu, sedih, Bangga dan tentu saja berlinang ari mata. Begitu kesan setelah menonton film ‘Letters To God’. Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan anak penderita Kanker, Tyler. Tyler merupakan satu anak dari puluhan, ratusan dan barangkali ribuan penderita kanker. Kehidupan Tyler mampu menginspirasi banyak orang, tidak hanya penderita kanker sendiri namun juga orang-orang sehat di sekelilingnya. Inilah barangkali yang mendorong kisah nyata ini diangkat ke dalam film layar lebar. Film ini mengisahkan Tyler, seorang penderita kanker, seorang anak yang berasal dari keluarga yang telah ditinggalkan oleh sang ayah. Tyler memiliki seorang Kakak Ben, Ibu, seorang Nenek, Samantha dan Alex teman sekolahnya yang sangat sayang padanya. Semenjak tahu bahwa dirinya mengidap penyakit mematikan, selain keluarganya yang selalu memperhatikan dirinya ia juga membangun persahabatan dengan Tuhan. Baginya Tuhan adalah sahabat pena yang bisa diajak untuk berbagi. Setiap ia punya masalah, setiap ia bahagia, setiap ia memiliki cerita baru dalam hidupnya, ia berbagi dengan sahabat tersebut, ia lah Tuhan.
Setiap hari tak kurang dari 3-5 surat yang kirimkan kepada Sang Sahabat, lalu kemana Tyler mengirimnya? Tak lain ia simpan di pos surat. Sekian kali surat itu diterima oleh seorang mailman, sang mailman kebingungan dan mengadu kepada atasannya. Karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya itu sang mailman pun resign. Mailman baru pun datang, ia Brady yang sedang prustasi karena urusan pengasuhan anaknya, hidupnya tak teratur. Ketika pertama kali menerima surat dari Tyler, Brady menyimpan surat itu di sakunya, karena tidak mungkin untuk mengirimkannya kepada Tuhan. Karena merasa bahwa tempat ber’semayam’ Tuhan adalah Gereja, maka ia pergi ke Gereja untuk mengirimkan surat tersebut. Kepergok oleh Pendeta ketika menyimpan surat, akhirnya ia curhat. Dan Surat tersebut akhirnya ia bawa ke rumahnya. Di rumah ia membuka surat lain yang ditujukan kepadanya, ia membuka surat tersebut dan ternyata ia diminta segera untuk mengurus surat-surat pengasuhan anaknya untuk mantan isterinya. Ia prustasi dan tertekan. Di tengah ketertekanan itu ia mengambil satu botol minuman keras, namun ia membantingkannya. Ia lalu membuka satu surat, dua surat, tiga surat dan puluhan surat Tyler yang ia bawa ke rumah.
Setelah membaca surat tersebut ia tersadarkan, mengapa dirinya yang telah dewasa bisa begitu rapuh, ia masih sehat dan perkasa, sementara Tyler, anak kecil penderita kanker begitu kuat dan tegar menghadapi kematiannya sekalipun. Salah satu surat yang ia baca,” Ya Tuhan, aku beruntung hari ini, tapi Sam benar-benar ingin memanjat pohon. Aku sudah muntah tiga kali pagi ini sekalipun. Sam akan membutuhkan seorang teman Anda tahu. seseorang yang suka memanjat pohon. Kakeknya adalah sangat menyenangkan, tapi saya pikir dia bisa memanjat pohon”. “Ia mengajarkan begitu berartinya harapan dalam hidupku. Anak kecil yang mengajarkan pentingnya bersahabat dengan Tuhan”, celoteh Brady. Dari situlah ia bangkit, dengan menggunakan sepeda, ia membagikan surat Tyler kepada orang-orang yang disebutkan dalam surat Tyler kepada Tuhan. Orang-orang pun begitu terharu, saat pesta kesembuhan (sementara) yang kesekian kalinya Tyler mengundang orang-orang yang senasib serta orang-orang yang berada disekelilingnya untuk berbagi cerita bersama. Disitulah moment Brady sang mailman untuk menyampaikan kepada tamu undangan bahwa kekuatan dan persahabatan dengan Tuhan telah memberikan inpsirasi baginya untuk hidup lebih tabah lagi, begitupun dengan orang-orang yang senasib dengan Tyler, dengan apa Tyler kuat dan tabah? Tidak lain adalah karena bersahabat dengan Tuhan. Brady pun menunjukan 3 karung surat yang telah Tyler tulis dan dikirimkan kepada Tuhan yang ia simpan baik-baik di kantor pos tempatnya bekerja.
Kebiasaan Tyler untuk selalu berbagi cerita dengan Tuhan yang dianggapnya sebagai sahabat, guru dan teman menginspirasi banyak penderita kanker lainnya, hingga akhirnya setelah Tyler meninggal keluarganya yang dibantu Samantha, membuat Boxmail yang superbesar dan mengundang para penderita kanker agar bisa melakukan hal serupa yaitu selalu bersahabat dengan Tuhan agar bisa kuat dan tabah dalam menghadapi penyakitnya.
Luar biasa, inspirasi Tyler diikuti oleh para penderita kanker di Georgia untuk selalu bersahabat dengan Tuhan. Dan tidak sedikit penderita kanker yang dapat hidup lebih lama lagi bahkan bisa berkarir saat vonis kanker menimpa penderita kanker saat usianya masih sangat kecil. Film yang diangkat dari kisah nyata tersebut memberikan pesan bahwa Tuhan sebagai kekuatan yang maha dahsyat dapat mematahkan vonis mati dokter terhadap keganasan kanker. Tyler yang divonis mati bisa hidup beberapa tahun lebih lama dari vonis yang diberikan dokter. “Bahkan saya pun tidak yakin jika ia akan sembuh setelah ini,” ujar dokter, saat kanker Tyler mengganas dan harus diopname beberapa hari, tapi ternyata Tyler malah sembuh walaupun pada akhirnya ia meninggal juga. Brady yang telah putus asa atas masalahnya merasa beruntung mengenal keluarga Tyler, ia telah menginspirasinya untuk mencoba berhubungan dengan Tuhan dan memulainya mengunjungi Gereja. Di akhir cerita, film ini mengisahkan beberapa penderita Kanker yang bisa selamat dari penyakit mematikan setelah ia secara konsisten terus memupuk persahabatan dengan Tuhan.
"What your letters to god in this 2013? Salam....
Read more

Selasa, 11 September 2012

Cintaku tak sebuta mata ini II ;') oleh Sinta Sinaga pada 11 Mei 2012 pukul 17:33 · * * * * * “Ya Tuhan.. apakah aku memang tak pantas punya seorang teman? Setelah sekian lama aku memimpikan punya seseorang yang dekat dengan ku selain ibu akhirnya aku menemukannya. Tapi kenapa Tuhan? Hanya sebentar saja aku menikmati indahnya sebuah pertemanan. Setelah itu kau ambil lagi semua? Kenapa Tuhan, hanya karena aku orang yang tak punya dan cacat ini tak di perboleh kan untuk berteman?” Rina tenggelam dalam lamunan dan keluh kesah tentang kehidupan kejam yang sedang ia alami. Di tengah taman rahasia indah itu Rina memandangi sekitarya. Ia sangat iri akan pohon yang ada di sampingnya. Pohon itu sangat beruntung, ia mempunyai burung yang setia hinggap pada rantingnya. Pasti pohon itu bahagia karena setiap saat, ada yang menemani dan bernyayi untuknya. Bunga-bunga indah itu juga menarik perhatian Rina. Rina berandai-andai dapat menjadi sekuntum bunga. Bunga yang sempurna. Tumbuh indah tanpa cacat. Tumbuh untuk mewarnai segala yang hidup. Bunga itu memiliki kupu-kupu yang selalu hinggap di putiknya. Rina menoleh ke atas. Melihat matahari yang malu-malu sedang bersembunyi di balik awan. Dan, ia melihat burung sedang terbang memamerkan keceriaan nya bersama dengan kekasihnya. “Andai aku bisa hidup seperti mereka” ucap Rina dalam hati. “Hey! ” Tiba-tiba ada orang yang mengagetkan dirinya dengan menepuk bahunya ketika ia sedang asyik bermain dalam imajinasinya. Rina terkaget dan menoleh kebelakang. Namun, saat ia melihat kebelakang tidak ada orang. Dan ketika itu juga, Zo tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil tertawa. “astaga! Zo! Hah, bikin aku hampir mati aja ah” kata Rina kesal. “Hehehe. Baru segitu aja kok. Peace!” Zo mengancungkan ke dua jarinya. “huftt..” Rina Menunduk dan menarik nafasnya. Zo lalu duduk disamping Rina. “Kamu kenapa Rin?” tanya Zo heran “aku tidak kenapa-kenapa kok” Rina lalu tersenyum paksa di depan wajah Zo “Halah. Klo baik-baik aja kok dari tadi aku perhatiin aku melamuuun aja. untung aja ini duplikat surga. Jadinya gak ada setan yang bisa nyambet kamu.” Zo belum percaya akan omongan Rina “iya Zo. AKu gk papa kok. haha” Rina mencoba menutupi sejuta maslah yang sedang ia hadapi “Rin.. coba tatap mata aku” “iya. TErus?” Rina menatap mata Zo dengan pasti. “Aku lihat sesuatu di mata kamu” “umm, apaan?” Rina penasaran akan ucapan Zo. Ia terbawa suasana seakan Zo adalah peramal. “Ada cowok Keren sedang melihat mata kamu dan bersedia menjadi ember untuk menampung kesedihan kamu.” Zo tersenyum “Hah? Apa? ihhh” Rina lalu memalingkan wajahnya. “hahaha. Jangan terlalu serius dong Rina” “huuh, ia ia. Aku itu lagi banyak masalah tau!” “hahaha. Masalah apaan?” “udah ah. Temennya lagi sedih juga kok malah ketawa. huh” kesal Rina “Kamu kan lagi sedih, kalo aku ikutan sedih, siapa coba yang menghibur? ” “hmmm” “Cuma hmm doang? Mending gua cabut dah.” Zo berdiri dan memalingkan wajahnya “Hehe, jangan pulang dong” Rina menarik tangan Zo untuk duduk. “Iya-iya. Jadi masalah mu apaan?”zo kembali duduk di samping Rina “Gini, gua kesal banget sama hidup gua. Masa, karena latar belakang keluarga ku itu keluarga miskin tak punya trus akunya cacat, aku gak boleh berteman?. Padahalkan aku pengen banget punya teman.” “Oh gitu.. jadi cowok yang di samping mu ini bukan teman lo ya?” “eh, bukan-bukan. Maksud aku, aku pengen banget punya banyak temen kyk orang-orang. Sedih tau, ga punya temen, apalagi sahabat” “Rina coba dengerin cerita ku tentang kehidupan ku dengan sejuta teman. Dari dulu, aku punya banyak banget teman, sampai aku SMA. Sampai-sampai aku tidak bisa mengingat semua nama-nama mereka. Dulu, aku itu cowok favorite di Sekolah ku. Mulai dari SD. Ya, kata orang aku itu Keren, dan merupakan cowok sempurna bagi cwek.. Selain itu aku anak orang kaya dan berprestasi. Tapi sayangnya aku sombong karena segala yang ku punya itu. Aku punya banyak teman yang selalu ada di samping ku. Aku bahagia banget saat itu. Dapat bersenang-senang bersama teman. Tapi, tiba suatu saat, ketika ayah dan ibu ku meninggal saat pesawat yang digunakan saat mau ke Belanda jatuh, mereka para teman ku malah menjahui ku. Mungkin, mereka mengira aku sudah jatuh miskin. Karena sepeninggal orangtua ku, aku memutuskan untuk hidup sederhana dengan menjual segala harta yang di warisi untuk ku selain tanah. Aku menyimpan semua uang yang terkumpul di bank. Karena aku sadar, semua itu akan habis jika aku sia-siakan. lalu Aku tinggal di rumah kontrakan murah dan ke sekolah gak pake mobil lagi, tapi sepeda. Mereka semua jadi menghindar dan mulai mencaci ku. Setelah itu aku sadar. Bahwa aku hanya memerlukan satu teman dalam hidupku yang mau menerima segala keberadaan ku di banding memiliki sejuta teman yang hanya menerima ku di saat aku berada di atas. Yah, sejak itu aku memutuskan hidup sendiri dengan imajinasi ku. ” Zo menceritakan tentang kehidupan masa lalunya pada Rina “hmm, tapi, setelah itu kamu gak merasa kesepian?” “nggak. Aku punya kamera yang selalu menemani langkah ku. Dengan kamera ini, aku dapat menjalani hari ku sendiri. Kamera ini juga menjadi saksi hidup yang telah aku lewati. Dan karena kamera ini, aku tidak merasa kesepian. Tapi, emang kadang sih aku juga merasa kesepian. hehe” Seketika itu Rina terdiam dan mulai hanyut dalam imajinasinya. “Rina?” Zo menatap mata Rina “Eh, iya-iya. Mm, makasi ya Zo udah bikin aku sadar. hehe” “hahaha. Makanya Rin, kamu gak perlu sedih gitu. Suatu saat, pasti kamu nemuin teman yang benar-benar teman” ujar Zo meyakini Rina “emangnya ada teman yang bukan teman? Maksud ny apaan sih?” “ya elah. Berarti tadi kamu nggak nyimak cerita aku kan? huh” “aku nyimak kok. Tapi aku bingung aja dengan ‘teman yang benar-benar teman.’ Berarti ada dong ya, teman yang bukan benar-benar teman?” Rina bingung dengan ucapan Zo tadi. “iya Rina. Ada. Contohnya teman-teman masa lalu ku. mereka hanya mendekati dan akan menjahui kita. Teman yang benar-benar teman itu seseorang yang akan selalu ada di samping mu saat kamu sedih. Dan kadang bersembunyi di saat kamu terlena dalam kebahagiaan. Namun, ketika kamu kebali dalam kesedihan, dia dengan setia hadir dan menemani mu walau kau sering melupakannya disaat kau bahagia” Rina merenungi semua perkataan yang di ucapkan oleh Zo. Ia merekam segala bait dan setiap kata yang terucap dari mulut Zo. Ia lalu meminta maaf pada Tuhan. Karena ia selalu mengeluh. Bahkan, ia berterimakasih pada Tuhan telah menghadirkan Zo dalam hidupnya. Mungkin, Zo adalah teman yang benar-benar teman yang di hadiahkan Tuhan untuk nya. Ia berharap dalam heningnya. ***** Hari ini, Rina berencana akan menyicil utangnya pada Bray. Ia menaruh uang yg telah ia dan ibunya kumpulkan selama 6 bulan itu di sebuah amplop coklat. “Hai Bray!” Rina menyapa Bray yang sedang makan di kantin. “Eh, elo! Mau ngapaiN?” “Aku mau minta maaf soal yang kemaren.” Rina tidak ingin langsung membahas soal utangnya itu. “haha. Lupain aja dah. Namanya juga masa lalu! Santai aja neng” “hehe.” Rina masih berdiri di samping Bray yang tengah melahap nasi goreng di kantin kampusnya itu. “eh, duduk lu. Gua pesen makanan mau?” “eh, nggak usah. Ibuku udah nyiapin bekal ku kok.” Rina mengambil bekal yang disiapkan ibunda tercintanya. Ia meletakkan bekalnya itu di atas meja. Dan saat ia ingin mengeluarkan amplop itu …… “hahaha. Cacat… cacat. Kayak anak kecil aja.” “apa kamu bilang?” Rina kesal dengan omongan Bray yang lancang. Ia tidak menyangka kalau Bray akan selancang ini lagi. Hati Rina kembali tersinggung dengan kata ‘Cacat’ yang Bray lontarkan padanya. “tapi emang iya kan kayak anak-anak” dengan santainya Bray menjawab sambil memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya. “Bukan itu! Kamu emang gak punya hati ya! Aku pikir kamu itu orang baik. Tapi kamu ternyata orang yang gak punya hati!” Rina lalu memasukan kembali makanannya dan pergi dari tempat Bray. Niatnya yang tadinya ingin menyicil utangnya, ia tunda karena kesal dengan Bray. “eh,vRin.. Tunggu!” Bray lalu mengunyah cepat nasi gorengya dan mengejar Rina. “Rin.. Rin.. sori yang tadi” Bray mengejar Rina “udah ah. Aku emang gak pantas jadi teman kamu!” Rina melangkah cepat seakan ingin menghilang dari Bray. “aku nggak nyadar ngomong gitu Rina” Bray tetap menjelaskan tentang kesalahannya pada Rina. Bray sangat menyesali dengan sikap nya tadi. Ia tidak menyangka akan menyakiti hati Rina seperti ini. Wajar saja Bray seperti itu. Bray adalah tipikal cowok blak-blakan yang akan langsung mengatakan apa yang ada di pikiran dan Mata nya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi setelah ucapan yang keluar dari mulutnya itu. Meskipun ia seperti itu, tidak banyak orang yang membenci dirinya karena sikapnya. Teman-temannya sudah memaklumi sikap dari Bray. Selain itu, Bray adalah orang yang murah hati. Ia suka sekali menolong teman-temannya. “oh, aku kira kamu itu gak punya kesadaran” Rina terus berjalan cepat “Rina! Plis dengerin aku dulu!” Bray mengeraskan suaranya. Dan seketika itu juga orang-orang melihat mereka “uh, kamu ini malu-maluin aja” Rina lalu menarik tangan Bray dan membawa mereka pergi dari keramaian. Tiba di Balkon kampusnya mereka berhenti “Rina, plis maafin gua. Tadi gua gak bermaksud mau nyinggung lo. Gua emang lancang. Tapi jujur, gua gak bisa kendalikan diri gua kalo ngomong” “Tapi Bray, kamu pikir hati ku gak sakit di panggil cacat? Aku tau aku ini cacat. Tapi gak pantas kamu manggil aku kayak gitu. Aku juga manusia Bray!” Rina kembali menitikkan air matanya saat kumpulan embun mencair di matanya. “Sekali lagi gua minta maaf Rin! Gua bakal nyoba ngendalikan diri gua! Plis maafin gua!” Bray memeluk Rina yang hanyut dalam kesedihannya. * * * * * Saat memeluk Rina, Bray merasakan jantungnya berdebar tak menentu. Apalagi saat melihat Rina menangis karena dirinya, ia menjadi merasa sangat bersalah. Sejak tadi, pikirannya penuh dengan wajah cantik gadis itu. Suaranya, sayup terdengar jelas di hati Bray. “Ya Tuhan, jangan sampai aku jatuh Cinta Pada Rina” Di atas tempat tidur, ia gelisah. Bray tak bisa tidur karena terbayang terus akan Rina. Bray tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang selalu ia katakan ‘cacat’ itu akan mengisi penuh pikirannya. Lalu, ia menutup kedua bola matanya itu. Dengan sekuat tenaga, Bray mencoba mengusir bayangan gadis itu dari pikirannya yang kini sudah lelah ingin tidur. Tapi, usahanya itu gagal. Ia kembali membuka matanya. Bray tampaknya menyerah untuk menghilangkan bayang gadis itu. Karena tak tau lagi mau ngapain, ia memutuskan untuk membuka Laptopnya yang terletak di atas meja kaca di dekat tempat tidurnya itu. Gambar Spongebob dan Patrick yang sedang bertampang konyol yang menjadi wallpaper laptopnya itu sudah terlihat. 2 menit berlalu. Bray bengong tak tau mau di apakan laptop ini. Lalu, ia mencoba mencari sesuatu yang menarik di laptopnya. Start-My Computer-Brayiiey-MuSiC. Bray mencari lagu-lagu kesukaannya lalu menambahkan ke playlist. Ia memutarnya. Setelah itu? Ia kembali bengong. Sungguh memuakkan baginya. Tapi, ia kembali mengotak-atik isi laptopnya. Ah, bodohnya dia. Kenapa tidak dari tadi membuka ‘Google Chrome’?. Dasar pria aneh. Akhirnya Bray membuka Facebooknya. Lalu apa? Ia kembali muak melihat ratusan Inbox yg belum dibacanya. Ia tidak tertarik membuka semua pesan masuk di facebooknya itu. Palingan, dari cewek-cewek gaje. Wajar saja, Bray itu memiliki wajah yg menarik dan juga merupakan Pria idaman banyak wanita. Sikapnya yg stay cool dan tidak terlihat sok membuat setiap gadis yg melihatnya kelepek-kelepek. Belum lagi dengan kehebatannya memainkan bola basket yg membuatnya terkenal di kalangan mahasiswa di kampusnya itu. Wah, perfecto! Ratusan Notification menyemak di akun facebooknya. Bray mengabaikan Notification dan juga Inbox yg membengkak. Sudah lama ia tidak membuka jejaring sosial itu. Ya, pastinya akunnya itu sudah membusuk oleh pemberitahuan dan pesan yg rata-rata dari para gadis. ‘Rina’. Bray mengetikan nama itu di kotak Search Friends. Setelah itu apa? Buseeet dah! Ribuan akun dengan nama itu terjejer di depan mata Bray. Ia menelan ludah ketika menyadari nama Rina tak hanya satu di dunia. Rina kan nama pasaran. Lalu bagaimana? Gak mungkin Bray membuka satu-persatu akun itu untuk mendapatkan akun yg ia cari. Lagian, Bray gak tau nama panjang Rina. Dari pada boros waktu, mending ia mananyakan dulu tentang nama lengkap gadis itu.. haha * * * * * Ada Berbagai macam Cinta kasih di dunia ini. Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang tua, Cinta kepada KEluarga, Cinta kepada teman, Cinta kepada Sahabat, cinta kepada guru, dan cinta kepada lawan jenis. Itu adalah kata-kata yang selalu Rina ingat. Untuk hari ini dan juga beberapa hari kedepan, Rina tidak ke kampus karena libur. Libur adalah hal yang paling menyenangkan bagi Rina. Karena dapat menghabiskan banyak waktunya bersama ibu. Ibu yang ia cintai,sayangi dan yang ia kasihi. “selamat pagi bunda ku..” sapa Rina di pagi yang sangat cerah ini menghangatkan ibunya bagaikan matahari di timur sana yang siap menyebarkan sinarnya untuk dunia. “Pagi sayang” Ibu Rina terbangun dan melemparkan senyum manis untuk anak termanisnya. “gimana bu tidurnya? Nyenyak pastinya yah! Sampai-sampai sepertinya ibu telat bangun deh! hahaha” Rina mulai membuat candaan kepada ibunda tercintanya. “umm, ia nih. Haha. ibu lelah sekali semalam. Jadinya keenakan tidur deh!” “oh iya bu! ini Rina siapin makanan buat ibu. Ibu makannya di sini aja ya! ” Rina lalu memberikan Serapan untuk ibunya yang sudah ia siapkan sejak tadi. Sepiring nasi dan Selembar telor ceplok dan juga the manis menjadi menu spesial untuk ibunda tercintanya. “Wah sayang, makasih ya. Kamu memang anak ibu yang paliiiiing baik. hehe” ibu lalu menyuapkan sesendok nasi dengan robekan telor dadar ke mulutnya. “haha. iya dong. Anak paling baik untuk ibu terbaik” Rina tersenyum bahagia melihat ibunya senang. Setelah selesai makan, ibunya minum segelas the manis hangat yang menyegarkan paginya. “Gimana bu? sudah kenyangkah? haha” “Sudah dong syang. Kenyang banget malah. ” “Oya bu, Rina mau cerita sesuatu nih!” Rina mem Flash-back kejadian saat ia pertama kali melihat taman indah itu. “Cerita apa sayang? Cerita aja” Ibu Rina tampaknya senang sekali ingin mendengar curahan gadis kecilnya itu yang sudah dewasa. Hehe “Gini bu.. kemarin Rina di ajak temen ke taman. Teman Rina ini namanya Zo …” “Zo? Teman kamu cowok?” memotong cerita Rina “Ia bu. aduh, Rina Ceritain dulu ya bu. Zo itu emang cowok. Tapi dia baik kok. Zo gak apa-apain Rina. Nah, pas ngobrol gitu bu, Rina ngerasain sesuatu yang aneh. Dan sejak itu, setiap ketemu dengan Zo, jantung Rina berdebar kencang bu. Rina takut, apakah jantung Rina kambuh lagi?” “Hahahaha!” Ibu tertawa mendengar cerita dan pertannyaan gadis nya itu “ih ibu! Kok jadi ketawa sih? Ada yang lucu ya bu?” “iya sayang. Kamu itu lucu banget tau. Mungkin kamu naksir sama temen kamu itu. Bukan gejala penyakit kamu syang.” Ibu masih tertawa halus saat mengetahui anaknya sedang jatuh cinta. “Hah? Apa bu? Rina naksir sama Zo? Masa Sih?” Rina terkejut saat mendengar itu. “lah, mana ibu tau itu sayang. Kamu kan yang ngerasain. Coba deh, jelasin sejelas-jelasnya gimana perasaan kamu.” “Gini loh bu, Jantung Rina berdebar gak karuan kalo inget dia. Apalagi kalo ketemu gitu dengan Zo. Uh, kadang tangan Rina jadi dingin gitu bu. pkok nya perasaan ini aneh. Rina belum pernah ngerasain ini sebelumnya.” Rina menjelaskan serius tentang sesuatu yang baru saja ia rasakan. “oh. Ibu tau itu gejala apa!” “Gejala penyakit apa bu?” “haha. kamu lucu ah Sayang. Itu bukan penyakit” “lalu apa bu?” “Itu lebih parah dari penyakit. Sesuatu yang kamu rasakan ini tidak ada obatnya.” “apaan sih bu? jangan jadi tebak-tebakan dong” tanya Rina penasaran. “Itu namanya Cinta sayang. Suatu perasaan yang hanya bisa di obati oleh cinta juga.” "di dunia ini,cinta itu Ibu.gak ada orang yang cinta sama Rina.itu mustahil bu,Rina kan ca.." "Rina,cinta itu buta,namanya cinta itu terima apa adanya" "maksud ibu?" "orang yang mau menerimamu apa adanya,yang mengerti kamu,yang sungguh menyayangimu,itu baru namanya cinta" "itu kan Ibu,gak ada yang lain.." Ucap Rina memandang lekat-lekat mata ibunya itu. "siapa bilang,buktinya yang kamu bilang tadi.percayalah nak.kamu ini sudah dewasa,sudah wajar merasakan hal yang begitu" "maksud ibu apaan sih?" Rina semakin bingung belum mengerti atas perkataan ibunya itu" "husssssstt..kamu akan tau nanti.oke?sudah ya sayang,ibu mau berangkat kerja dulu.baik baik ya" Ibu kartika beranjak dan mengecup kening putri jelitanya yang lugu.dikejauhan Ibu kartika melambaikan tangan dan kemudian menghilang dibawa bus langganan mereka. "hufft..ibu,hati hati kerjanya.semoga hari ini dapat rezeki yang banyak" Ucap Rina seraya masuk ke istana kecilnya itu.Rina kembali muncul di depan rumahnya membawa Teh manis hangat duduk di tanah dekat taman kecil ibunya. Disana Rina mengambil sebatang lidi,mulai menarikan lidi diatas tanahnya itu.Perlahan lidi itu membentuk sebuah huruf,huruf,dan huruf lagi dan akhirnya membentuk nama ZO dan BRAY.Diantara nama itu ada nama Rina sendiri yang dikelilingi oleh gambar 'love'. "Aduuh,aduuh..aku kok jadi nulis ini ya?iih" Rina mengusap usap tanah itu dengan sandal jepitnya yang usang. "Dasar,masa kecil suram kamu,Rin" Bisik suara manja dari belakang yang ternyata adalah Nesya. "Nesya,kamu" Sentak Rina kembali mengingat kata-kata Ibu oshin ketika disekolah dengannya.Segera ia melompat berusaha menutupi garis garis tebal yang ada ditanah itu. "Kenapa kamu?kaget gitu,Eh,udah lama Rin,kita gak main.main yuk,temenin aku jalan-jalan" "Nggak,kamu..maaf sya,aku gak bisa" Rina segera masuk kedalam rumahnya dan membanting pintu keras.Rina ingat akan tulisan yang ada ditanah itu.Rina berusaha mengintip dari lubang kunci pintunya itu.Disana ia memperhatikan Nesya yang sedang asyik memutar matanya berusaha memahami makna dari tulisan itu.Nesya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu rumah Rina.Walaupun sebenarnya tak akan terlihat oleh Nesya,dengan lugunya Rina segera lari dan tak sengaja menendang piring yang ada di sampingnya. "Hahahahaha..Rina sayang,kamu ngintip yah.ye..ketahuan.ayo keluar" Tawa Nesya menggelegar membuat Rina semakin kaget bukan kepalang. "enggak,aku gak ngintip,aku gak sengaja liat kamu tadi diluar.eh,bukan,aku gak liat kamu kok" Sahutnya berusaha mengelak. "sama aja kali,ayo keluar deh atau,aku .." "Jangan jangan" Rina segera keluar takut kalau Nesya akan kasihtau hal itu pada zo dan Bray. "kamu lugu amat sih.iih,lucu tau" Nesya mencubit pipi Rina yang menunduk menahan malu. "Jadi,kamu udah tau semuanya,sya?" "Tau apa? " Tanya Nesya balik "Tau kalau aku dekat sama Zo dan Bray" "Apa? kamu dekat sama mereka berdua? Cie..cie..ada yang mulai ehem..ehem..nih" "Hah?Jadi tadi kamu gak tau arti tuilisan ditanah itu?" "Oh,jadi itu yang kamu tulis tadi.Aku tau sekarang.hahaha" "Jadi,kamu sama sekali gak tau arti tulisan tadi?" "Tau dong.kan barusan kamu yang kasih tau ke aku" "Aduh,kirain kamu tau.bego! bego!" Sesal Rina memukul jidatnya sendiri.Nesya tertawa sendiri melihat sikap temannya itu. "Aku masuk aja,ah.Maluu" Tambah Rina meraih pintunya. "Eits..no no no,kamu harus temenin aku jalan-jalan.kalau nggak," "Ia..iaa.tunggu bentar.aku ganti baju dulu" Sungut Rina memanyunkan bibirnya kesal.Sesaat Rina muncul menggunakan baju terbagus yang ia punya dan pergi bersama Nesya."Kita mau kemana,sya?""Maunya kemana?""Lah,kok nanya balik.sebenarnya kita mau kemana sih?" "Mmm.mmm kasihtau gak yaa?ahhahahhaha" Nesya tertawa renyah "Ye,kmana sih?" "KErumah aku" "Tapi""Tenang aja.mama aku gak ada dirumah kok.Lagi arisan sama temen-temennya.kamu aman kok" "Tapi,sya" "Udah diem ah!bawel kamu" Rina hanya tertunduk lesu.Nesya sama sekali gak tau ancamannya tante Oshin.Kalau sampe Rina main lagi sama Nesya,dia akan kehilangan satu-satunya harapan hidup.tapi disisi lain,dia tak mau menyakiti Nesya. "Nah,udah sampai.ayo turun" Ajak Nesya sembari membuka pintu mobilnya.Taunya Rina masih ngelamunin omongan Ibu Oshin kemarin. "Rin,Rina..husst" Panggilnya melambaikan tangan dihadapan wajah Rina. "eh,oh.ia sampe..aku turun ya" Ucap Rina dengan lugunya. "Sya," Panggil Rina lagi memegang pintu Mobil Nesya memberi pengertian kalau Rina gak tau cara bukain pintu mobil mewah itu. "Apaa?" "Aku ga tau bukanya gimana.hehe bantuin dong" Pinta Rina lugu.Nesya ngakak setengah mati. "Ye,jangan ngeledek dong.bukain" Ucap Rina ngeless.mukanya memerah malu.Akhirnya Nesya membukakan pintu dan membawa Rina masuk kedalam rumah hingga kamarnya Nesya,.Nesya langsung merebahkan diri di spring-bed pinknya itu.Rina ikut perlahan takut kalau nanti ranjang mahal itu rusak atau kotor karna kakinya. "Sya,tadi kamu bilang mau jalan-jalan.kok malah dirumah kamu sih?Malah ibu kamu gak tau lagi" Rina bersungut. "Loh,kan kita daritadi jalan-jalan" "Jalan-jalan apanya?" "Jalan jalan dirumah aku.hehe.udah ah.sekarang mendingan kita Online.Yokk capcuz" Nesya mengambil Laptopnya dan mulai membuka Facebook. "Rin,kamu tau gak ini apa?" Nesya bermaksud memberi penjelasan. "Nggak.yang kamu pegang ini aja,hanya tau namanya.Laptop,ia kan?" Tanya Rina sok gaul. "bukan Lap top tapi Lep-top.Nulisnya aja yang Lap-top.bacanya Lep-top" "iia,iaa.kamu liat apaan tuh,sya?" Rina semakin ingin tahu. "Oh,ini namanya Facebookk.bilangnya Fesbuk.Ini gunanya untuk cari cari teman.dari sini kita bisa punya banyak teman.dari yang gak kenal,jadi kenal.termasuk orang luar negri loh Rin" Jelas Nesya panjang lebar.Rina mengangguk sedikit paham. "Wah,canggih yah.cuma diliat begini dapat teman orang luar negeri.hebat" "Gak cuma diliat liat kali Rin.Lucu kamu.nih,kamu pasti belum punya facebook kan.nah,kamu harus punya tuh.sini aku daftarin.kamu kasih tau aku identitas kamu aja,yang lengkap.okk?" "Okke,boleh boleh" Rina mengacungkan jempolnya senang.Tahap demi tahap,cara dan tujuan penggunaan e-mail dan facebook Nesya terangkan dengan jelas pada Rina.Sambil berbagi informasi,Nesya membuat akun Fbnya Rina.sehingga jadilah aku Fb Rina Aqriebsta. "Ye,,,jadi.kamu udah bisa kan menggunakannya sendiri?" Tanya Nesya menunjuk profil Fb rina. "ya,aku coba deh.tapi kamu masih harus ngajarin aku" "Sipoke mbaak" Nesya mengacungkan jempolnya.perlahan namun pasti kedua sosok gadis remaja itu mulai terjun dalam jejaring sosial hingga akhirrnya membuat Rina menemukan gaya hidup baru. "Eh,sini deh.biar kamu add temen temen kita dikampus.mau kan?" Tanya nesya mengambil alih laptopnya. "Em...jangan sya" "kenapa?" "Mereka kan..em..aduh..pasti gak mau berteman sama aku deh.di kampus aja,semuanya pada jauhin aku" Rina tertunduk sedih dengan mata berkaca kaca. "ih,kamu kok pesimis gitu sih ngomongnya?udah deh..ini liat Fbnya Bray ,Braynditha Eka Putra skarang kamu add dong" mamandang ke arah profil Bray,ada senyum di pipinya.dengan cekatan ia arahkan tangannya ke kalimat 'tambah sebagai teman' yang ada dipojok kanan atas. "Wih,langsung senyum yaa..cie ciee.." Ledek Nesya "Aapaan sih..em Fbnya Zo ada gak?" Tanya Rina ingin tahu "Ada dong. masa orang populeer kayak dia gak punya fb.jadul amat sih,ni nih fbnya" Nesya mengetikkan nama Gilbert Joen. "Lah,namanya kan Zo,kok pake J ya?" tanya Rina lugu"Ya ela,namanya juga gaya,Rin.kamu juga boleh kok pake nama artis kalau kamu mau sih" "O gitu yaa.." Jawabnya Lugu.Nesya hanya tersenyum kecil melihat tingkah polosnya Rina.Maklumlah,baru pertama kali terjun di dunia maya.itu juga hebat,Rina sangat cepat menangkap instruksi dan ajaran yang dilontarkan nesya.Memang sudah diakui,Rina itu pintar dalam hal apapun. "eh,kita bisa liat apa aja disini?" tanya Rina lagi. "Kita bisa cari..""Nesya..sya..! mama pulang sayang.." Suara mama Nesya membuat jantung Rina berdetak tak karuan.Terbayang akan kata kemarin. "Rin,mamaku datang.ngumpet ngumpet" Nesya segera turun panik mencari tempat persembunyian. "Aku ngumpetnya dimana?" Rina bingung. "eeemm...dimanaa ya..eh,Rin sini sini" Nesya membukakan lemari,mendorong dan segera mengunci Rina didalam. "Iaa maa..bentar" Nesya segera membukakan pintu kamarnya menyambut mamanya gugup. "Anak mama.kamu kenapa gemetaran gitu?" Ibu oshin curiga. "gak kok ma.tadi Nesya sakit perut.abis dari kamar mandi.saking sakitnya jadi gemetaran.iaa gitu ma" "Oh,pantesan kamu lama bukanya.ini,mama tadi pulang dari arisan langusng kebutik,mama beliin baju buat kamu" Ibu oshin mengangkat tas belanjaannya. "Oh,mama baik deh.ya udah Ntar Nesya masukin ke lemari ya ma.udah deh,Nesya kebelet,mama keluar dulu yah" Nesya berusaha menutup pintu. "Loh,biar mama aja yang masukin,kamu kan lagi sakit" "Mati gue" Sentak batin Nesya "Gapapa kok ma.udah ya ma.nanti nesya turun deh" Nesya segera mengunci pintu kamarnya.Dengan penuh bingung Ibu oshin turun garuk garuk kepala. "Haaahh.." Nesya lega.Segera ia membukakan jendela kamar dan juga lemari pakaiannya. "Ayo cepat keluar" Gegas Nesya takut.Saat satu kaki Rina berhasil lolos keluar,mama Nesya teriak lagi. "Nesya,ini sandal jepit jelek punya siapa?" Terdengar suara hentakan kaki ibu oshin semakin dekat ke arah kamar Nesya. "Aduhh gawat.kamu masuk lagi cepat cepat" Kedua anak itu seperti tikus hampir digilas mobil saja.Bingung gak karuan.akhirnya Rina kembali masuk ke lemari. "Ada apa ma?" "Tu,ada sandal jepit di depan rumah kita.itu punya syapa??" tanya Ibu oshin curiga. "Oh,itu tadi Bi Yati pinjam sendal tetangga.sandalnya bi Yati ketinggalan.jadi blum dibalikin gitu mam" Jelas Nesya menebar senyum paksaan. "Kamu kok pucat gitu sih?Kenapa?" "apa?pucat..eh pucat ya ma?iia pucat.." "Kaenapa?" "Gak papa ma.aku cuma perlu istirahat aja.da mama" mama nesya kembali menuruni anak tangga rumahnya itu.Segera Rina keluar dari kamarnya Nesya.Dengan kaki telanjang Rina mengendap berusaha melewati taman depan rumah ibu oshin dan "aaaaaaaaaaa..." Teriak Rina yang hampir ditabrak mobil mewah hitam membuat ibu oshin melihat keluar.untungnya Teriakan itu hanya dianggap angin lalu saja oleh mamanya nesya. "Kamu ini kenapa sih?ngendap endap gak jelas.kamu maling ya?" Semprot seorang lelaki turun dari mobil itu "Maaf pak.maaf..saya buru buru.permisi pak" Ucap Rina santay melewati pria berkumis tebal itu. "Hey,kamu! sini kamu.udah salah,pergi gitu aja" Panggilnya Rina berbalik dan berjalan menuju pria itu "Ada apa pak.tolong pak,saya buru buru.maavin saya ya pak ya" "kamu..nama kamu siapa nak?" Tanya Pria itu lembut.Rina ternganga heran mendengar suara itu berubah lembut "Maavin saya pak.aku..aku Rina pak" "Rina..kamu.." "Kenapa pak?" potong Rina tau tampaknya Bapak itu mengamati sepasang mata bulatnya. "Mata kamuu..." Belum selesai bicara,Rina merasa tepukul tau akan apa yang ditanyakan bapak padanya.Rina segera berlarri kencang.Dia takut mendapat hinaan lagi. "Paaaaaaaaaarrr " Rina membanting pintu istana kecilnya,kemudian mengambil secarik kertas.ia mulai menarikan penanya lembut diatas kertas putih. "Kertas,hari ini aku galau.aku senang karena mendapat pelajaran baru dari Nesya,sahabat baikku.dia mengajari aku tentang facebook.Tau gak,kertas?yang bikin aku paling senang,aku bisa add Zo dan Bray.enak juga ya punya fb. Tapi kertas,aku sedih banget.aku hampir aja ketahuan sama mamanya Nesya yang kejam itu.trus,waktu aku nyelamatkan diri aku,aku ketemu sama seorang bapak.dia bentak-bentak aku,juga perhatiin mata aku.aku jadi malu,kertas.Galau kan" keasyikan menulis,akhirnya Rina memejamkan kedua matanya hingga akhirnya ibu pulang kerumah.Ibu Kartika yang menemukan putrinya tertidur di kamar tersenyum lebar.tak sengaja bundanya menemukan secarik kertas yang ditimpa oleh tangan Rina.Ibu kartika mengikuti kalimat demi kalimat dengan sanyuman.ia mulai sadar,kini putrinya itu telah dewasa.tapi siapa Zo dan Bray?apa mereka begitu penting dalam hidup putrinya itu? itulah yang ada dibenak Bu Kartika.Ibu kartika kembali meletakkan kertas itu diatas lengan Rina dan pergi ke ruang depan menghitung pendapatannya hari ini. * * * * * "Tin..tin..tin.." Klakson mobil mengagetkan Rina dan Ibunya. "siapa bu?" Tanya Rina dari dalam kamar yg sedang bersiap siap untuk sekolah. "Gak tau,nak.bentar ibu lihat dulu" Ibu kartika berjalan menuju halaman rumahnya. "eh,Ada NEsya,ada apa kemari nak?" tanya ibu kartika membuka pembicaraan "Mau jemput Rina,tante.berangkat sekolah bareng.Rinanya ada,tante?" "Oh.sebentar ya,Rin.." Panggil Ibu kartika masuk.Rina segera keluar membawa Amplop coklat yang berisi uang untuk membayar sebahagian hutangnya pada Bray. "Rina pamit bu.daaa" Rina melambaikan tangan kemudian menghilang bersama Nesya. "Sya.Aku duluan ya.mau ketemu Bray,ada penting" gegas Rina meninggalkan Nesya.Rina yang mondar mandir mencari Bray mendapat perhatian dari Zo. "Hei,kenapa gelisah gitu?" Sapa Zo menghampiri. "Ini,kamu liat Bray,gak?" "Oh,Bray.ada di perpustakaan.Kenapa?" "Aku ada perlu sama dia.makasih.hehe" Rina pergi begitu saja setelah mendapat informasi dimana Bray berada. "Eh,tunggu.bareng yuk.kebetulan aku juga mau ke perpustakaan.masih ada PR yang belum siap" Ajak Zo lugu.Rina hanya bisa tersipu malu mendapat senyuman dari Zo.Tepatnya di depan pintu perpustakaan Rina,Zo bertemu dengan Bray yang asyik membaca buku. "Hay!" Sapa Rina berhasil memindahkan pandangan Bray. "Ah,kamu rin.bikin kaget aja.kenapa,pagi pagi udah temuin aku?" Heran "Hemm..hehee.aku cuma mau ngasih amplop ini lagi ke kamu" Rina menyodorkan amplop coklat berisi cicilan hutangnya pada bray. "Sekarang?cepat amat tuh.dapat uang dari mana?" "Ye..sepele ya sama aku.aku nabung tau,ini juga dari gaji bundaku.tapi maaf,aku hanya bisa bayar segini,lain kali aku tambah lagi kok" Rina meyakinkan "oh,gak usah deh.ntar,kalo udah kekumpul semua,baru kamu kasih ke aku.yah" Tolak Bray mengembalikan amplopnya "Jangan,kamu harus terima ini,bray" "Nggak,aku bilang tunggu terkumpul semua" "Bray,tolong ambil" Rina terus menyodorkan amplop coklatnya "gak Rina.Simpan aja dulu" Hening "Ehm...udah bray,terima aja" Zo angkat bicara "Rin,emang jumlahnya berapa?" Tanya Bray sinis "Masih Rp 500.000" Rina tertunduk "Nah,itu masih sedikit.Setengah juga nggak.simpan aja deh.uang segitu buat apa" "Bray?" Rina menatap Bray tajam.ia sangat tertusuk oleh kata-kata Bray tadi.Bagi Rina Rp 500rb itu sangat berarti,tapi bagi Bray,tidak.Bray dapat membeli segalanya apa yang ia mau dan mungkin Rp 500.000 itu hanya secuil saja. "Lo kalau ngomong yang sopan ya.kalau gak mau terima,gak usah dihina" Ketus Zo menunjuk Bray.Rina masih hanya diam tertunduk. "Terserah,dia sendiri yang maksa kan.Uddah dibilang simpen aja,gak mau" Sahutnya Santai.Rina makin tertusuk hatinya.Kini ia bingbang,sebenarnya,untuk apa kemarin Bray menolongnya.Apa Bray ingin mendapat sesuatu dari Rina,apa Bantuan itu ikhlas.hah..Hanya Tuhan dan Bray sendiri yang tau. "Bray,sebenarnya Kamu Ikhlas bukan nolong aku?" Rina menatap mata Bray seakan berusaha mendapat jawaban.Sesaat Bray kaku mendengar pertanyaan itu. "Apa ada yang kau rencanakan padaku?" Bray tetap diam "Jawab aku bray.kamu sekarang,bukan Bray yang aku kenal" Ucap Rina dengan nada lirih. "Bukan urusanmu.Lagian salahmu sendiri.kenapa kamu bawa laki laki ini dihadapanku.tadi kalian cuma berdua kan." Jawab Bray melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. "Bray" teriak Rina terisak kemudian berlari kebelakang kampus,tempat tembok-tembok hitam tempat curhatnya itu berdiri kokoh.Zo hanya bisa mengikutinya pelan.Dihadapan tembok hitam itu Rina duduk menatap ke arah langit langit.Zo hanya bisa terdiam berusaha mengerti akan apa yang dirasakan Rina. "Hari ini,hatiku sedih,air mata jatuh di pipi..hari ini hatiku sedih,aku menangis lagi" Rina melantunkan irama merdu ungkapan isi hatinya itu.Sesaat Zo tercengang. "Gak nyangka,suara Rina emas banget" Ucap Zo pelan terus mendengar bunyi isi hatinya itu sampai selesai.Zo menghampiri dan duduk disamping Rina.mereka berdua tatap-tatapan. "Zo,kamu dari tadi disini?" Tanya Rina malu. "iia,aku dengar loh,suara kamu itu baguuus banget.Wih,baru kali ini aku dengar suara sebagus ini,Rin.hebat kamu" Puji Zo mengacungkan jempol.Rina terseyum tersipu malu. "Kamu berlebihan mujinya.hahahhaah" Gelak tawa mereka mengubah suasana hati Rina yang kelabu.memang inilah yang dirasakan Rina jika bersama dengan Zo.Serasa semua masalah hilang dibawa angin. "Rin" Zo mengambil tangan Rina lembut. 'dag dig dug jantungku' ucap rina dalam hati.Spontan,Rina berhasil dibuat gugup oleh Zo.wajahnya memerah malu.tangan Rina begitu dingin dikepalan Zo.Rina tak dapat menyembunyikan perasaan hatinya itu.sesekali Rina menghembuskan nafasnya berusaha menghilangkan kegugupannya. "kamu kenapa Rin?" Bray heran karna sikap rina berubah tiba-tiba "Gak ..gak tau Zo"Ucapnya polos "kamu punya penyakit asma?dari tadi kamu hembusin nafas kuatkuat" "Gak.hehe..aku juga gak tau kenapa,Zo" "kamu punya penyakit apa?biar aku antar pulang" Zo panik "Gak,gak punya penyakit apa-apa kok" "Jadi?" Tanya Zo semakin heran "Kata bunda..Aku..." "Rina..yah,dicariin kemana,taunya disini.beduaan lagi.aduh aduh" Sentak NEsya membuatku dan Zo kaget.Baru saja aku ingin bilang ke Zo tentang apa yg kurasakan.mungkin belum waktunya aku utarakan itu. "Sory sya,aku tadi main kabur aja" Rina seraya bangkit.Zo segera melepas kepalan itu.Ada rasa kesal di hati zo.kenapa Nesya muncul disaat momen spesial ini. "Kamu tau darimana aku disini?" Zo dan Rina menemui Nesya "Dari Bray.katanya kamu suka curhat gak jelas disini.betul ya?" "Bray?Oh,nggk kok.aku kesini cuma iseng aja" Aku agak heran "Oh,gituu ya.cuma iseng tapi sama Zo.cuiit..cuitt.." Ledek Nesya membuatku bertambah gugup.Zo hanya diam saja mengkikuti langkah mereka. "Apaan,sih sya.Ada ada aja deh" "Aalah,ada yang lagi kasmaran nih.ehemm" Tambah Nesya.Rina jadi semakin kaku jadinya. "Nesya,!" "Udah deh,mending aku...kabuuuurrrr" Nesya kemudian masuk mendahului Zo dan Rina.Rina tak berani berkutik.Ingin rasanya Zo membuka topik pembicaraan,tetapi ia juga gugup dalam hal ini sampai akhirnya masuk ruangan kampus mereka. "Aku.." Kata Rina dan Zo bersamaan. "Kamu duluan" Kata mereka lagi. "Aku..aduuhh" Rina gugup bukan main. "Aku duduk disini boleh?" Tanya Zo ragu. "Cie..ciee.." Nesya merangkul pundak Rina dari belakang,membuat suasana tambah kacau ala-ala keromantisan.Rina mengerdipkan sebelah matanya memberi kode pada Nesya. "idih,main kedip-kedip mata segala.aku juga bisa,nih nih" Balas Nesya pura pura lugu kemudian menirukan Rina.Zo hanya bisa tersenyum kemudian duduk disamping Rina.Jantung Rina dag dig dug tak menentu. Kesenangan Rina tiba-tiba pudar saat melihat Bray yang ada didepan pntu ruangan.Senyum kecilnya itu tak nampak lagi,seakan redup kabur bersama angin pagi.Rina menatap lekat-lekat Bray yang juga memperhatikannya dan Zo sejak tadi.Zo dan Nesya mengikuti arah pandangan rina hingga akhirnya menembus kedua bolamata Bray.Rasa yang tadinya gugup bercampur senang,kini kaku bagaikan es.Kembali Rina mengingat kejadian tadi.kejadian yang membuat hatinya pilu,hingga akhirnya meneteskn mutiara bening.Rina bangkit dari kursinya dan menatap lekat kedua bolamata Bray.Sesaat Indra penglihat itu berkaca-kaca ingin menitikkkan mutiara itu lagi untukknya. "Rin,ikut aku" zo menarik tangan kanan Rina lembut,berusaha mengalihkan pandangan Rina dari Bray.Rina hanya ikut saja,tetapi mata itu tak dapat pindah tujuannyaa.didepan pintu,dimana Bray berdiri,Langkah mereka terhenti.ternyata Bray meraih jari lentiknya Rina.Rina tak tau apa maksud Bray melakukan ini padanya.Baru tadi pagi Bray membentaknya kejam,sekarang,ia mendapat perlakuan selembut ini.apa maksudnya? kalimat ini berputar mengelilingi ottak Rina. "kamu mau apakan Rina lagi hah?kurang puas apa,hina dia terus?dasar cowo bego!" Bentak Zo tak sopan meraih jari jemari Rina. "Aku gak biarin kamu sakitin dia lagi!" Tambah Zo.Bray hanya terdiam menatap lekat-lekat kedua mata Rina. "zo,biarin aku pergi bersamanya" pinta Rina lirih.Zo kaget mendengar pernyataan Rina itu. 'apa Rina tak ingat kejadian tadi?' fikir Zo dalam hati.Zo menuruti permintaanya,melepas kedua tangan lembut itu pergi bersama Bray.Rina mengikuti langkah kaki itu,langkah kaki bray sendiri.Rina tau,Bray akan membawanya kembali ke tembok hitam itu lagi. "Aku tau kamu itu buta" Bray memecah keheningan. 'kalimat pertama saja,sudah buatku sakit hati' jerit Rina dalam hati. "Kamu memang buta dalam hal fisik" Lanjutnya.Rina hanya terdiam "Tapi kamu kan tidak buta segalanya,apa kamu tak tau.." Bray tak melanjutkan pembicarannnya.Rina tetap diam. "Kenapa kamu diam saja?Jawab aku,Rin" Bray ngotot.Rina tetap saja terdiam. "Rin.." "Rina!" Bray mengangkat dagu Rina perlahan,hingga kedua bola mata mereka bertemu lagi.Rina berusaha menunduk,tapi tak bisa,karena tangan itu menahan dagunya. "Rina..jawab aku" Pinta Bray dengan nada halus. "emmmm..." Suara rina begitu lirih "Rina,kau memang buta dalam hal fisik,tapi kau pasti tak buta soal perasaan kan?" "Ia,..aku buta!aku buta! puas kamu?" Bentak Rina sedih mengalihkan pandangannya sinis "Rina,aku ingin bilang suatu hal ke kamu" "bilang saja.selagi kamu bisa bicara.aku tak melarang" "Rin,aku serius.." "Aku juga,kenapa?mau bilang aku buta lagi?hah?tak puas kamu menyakiti aku tadi?" "rina.." "Aku memang buta win,buta dalam segala hal,hanya 1 yang tak bisa kau hina dan tak dapat kau mengerti dalam hidup orang cacat sepertiku" "Rina,aku tak suka mendengar omonganmu itu" "itu kan,kamu sama sekali gak ngerti aku ngomong apa.aku pergi saja" Rina melangkahkan kakinya,Bray segera menarik tangan Rina dan akhirnya jatuh dipelukan Bray.Jantung itu kembali berdegup kencang.gugup dalam pelukan Bray. "Rin,kamu gak tau apa yang aku rasakan saat ini" "Lepaskan aku!aku ini orang cacat yang tak pantas berteman dengan orang sombong sepetimu" Rina berusaha lari dari dekapan itu. "Rin,ini tentang perasaan,aku yakin kamu peka dan tau isi hatiku ini" Lagi lagi Bray memeluk Rina semakin erat. "Bray,lepasiiiinn" Teriak Rina membuat Zo yang dari tadi membuntuti mereka berlari mendapatkan Rina. "Puukkk" Tumbukan keras melayang dipipi Bray."Apa apaan Lo?berbuat sekasar ini sama cewe" Bentak Zo.Rina hanya berlindung dibelakang Zo,penuh rasa takut.takut kalau tadi Bray akan melakukan hal bejat padanya. "Kenapa?gak suka?hah?" Tantang Bray "Bray,kita udah berteman sejak lama,kamu yang dulu bukan kamu yang sekarang" Jelas Zo heran "Ya ialah,ini semua karna lo!puukk" Bray membalas pukulan itu.Rina terpelanting,menutup mata tak mau melihat kejadian itu. "Rina.." Ucap mereka bersamaan dan berlari mendapatkan Rina.Rina yang sedang terisak sedih hanya bisa meringkuk dan sama sekali tak mau mendengar bbujuk rayu mereka. "ini gara-gara lo,coba tadi lo gak maksain kehendak lo ke dia,gak bakal gini jadinya kan" Tuduh Zo ajak ribut lagi.Bray seakan mengerti apa yg Rina rasakan,ia tak peduli atas perkataan Zo barusan,ia hanya menatapi Rina pilu dan menyesalai apa yang telah diperbuatnya tadi.Padahal sebenarnya tadi Bray hanya ingin mengutarakan perasaannya pada wanita cantiknya itu. "Rin,maaffin gue,gue tau gue salah,tapi.." "Udah lo diam aja!" Potong Zo kasar Tak lama Nesya muncul dan berlari mendapatkan mereka bertiga. "Zo,Bray,Rina kenapa?" Nesya panik.segera ia bantu berdiri sahabatnya itu,dan memeluknya erat.Rina tetap menutupi kedua matanya,terus menangis. Tak ingin masalah jadi tambah rumit,Bray pergi begitu saja,tak mau menjelaskan apa yang sudah terjadi.Zo betul betuul memendam amarah kebenciannya pada Bray.orang yang sudah lama berteman dengannya,kini jadi musuh bebuyutan bagi Zo,hanya karna 1 alasan,karena Rina seorang. "Zo,Rina kenapa?" Tanya Nesya lagi "Nanti aja dijelasinnya,skarang mendiing kamu bawa Rina kekantin,aja dia makan,kali aja bisa terhibur" Bisik Zo dan melangkah mendahului mereka pergi.Nesya hanya mengangguk dan merangkul rina menuju kantin. ***** "Kamu mau makan apa rin?" Tanya nesya menunjuk pada menu makanan.Rina menggeleng masih terisak. "Aku pesan nasi goreng aja yah.." Nesya memanggil pelayan kantin,memesan makanan untuk mereka berdua. "Dimakan dong Rin,kalo diliat-liat gak bakal habis..ayoo" Bujuk Nesya meletakkan garpu dan sendok ke tangan Rina. "Trimakasih,sya" Ucapnya lirih.perlahan,seperti tak selera makan,rina menelan nasi gorenng itu.walau berat lewat dari kerongkongan Rina,ia berusaha menghargai pemberian Nesya,lagian,belum tentu ia bisa makan nasi goreng sekali sebulan. "Rin,apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Nesya sesudah melahap habis nasi gorengnya.Rina tertunduk dan menangis lagi. "Rin,maaf.maafin aku..kalo kamu gak mau cerita gakpapa kok" Nesya menyodorkan tishu. "tadi itu...Bray,mau buat jahat sama aku,Sya" Rina akhirnya cerita ditemani tetesan air mata. "Buat jahat gimana maksud kamu?" "Dia...dia mau..." "Mau apa sih Rin?" "Dia mau mamfaatin aku,dia mau hancurin hidup aku sya" "Apa?emang apa yang dia lakuin?" "Dia hamppir aja merenggut semua milikku,tadi aja dia peluk aku sampai aku tak bisa bernafas,dan mengangkat daguku.dia mau berbuat yang tidak tidak padaku rin" Jelas Rina kesal memutar otaknya pada tembok hitam itu. "Tak mungkin Bray berbuat begitu padamu rin,kamu salah paham kalii.bray itu baiikk banget orangnya" "Kok kamu malah bela dia sih?" "bukan ngebela,emang dia bilang apa kekamu rin?" "Katanya,dia mau ngomong tentang perasaan sama aku" "Trus?" "Ya gitu,dia juga bilang walau aku buta,tapi aku mengerti perasaannya,padahal aku sama sekali tak tau apa yang ia katakan itu" "Lalu?" "aku marah padanya dan berusaha meninggalkannya,lalu dia memelukku begitu erat" "Jadi?" "Nesya,aku seriuuss!" "Hahahhahahahhahahaha" Gelak tawa Nesya mengagetkan semua orang yang ada di kantin itu.Aku sedikit geli mendengarnya. "Kok tertawa?" Bisikku malu "Kamu itu polos amat sih,Rinnn..." Nesya mengernyitkan dahi. "Polos apa maksudmu?" "kamu tau gak maksud perkataan Bray tadi?" "Nggak" Rina menggeleng "Dia itu,mau bilang perasaan dia sbenarnya kekamu,Rina sayang" "Perasaan bagaimana maksudmu?" "ya...dia...dia mungkin cinta padamu?" "Apa?" Sentak Rina kaget bukan kepalang "iiia,wajar dia tak mau kamu tinggalin..aduh rina,dia itu bukannya macam-macam padamu,dia itu ingin jujur tentang perasannya" "Kamu gak main-main kan sya?" Rina tak percaya "Ya nggaklah,dia itu pasti menyukaimu.." "Apa ada orang yang suka pada orang cacat sepertiku?" "Ssssssssssst....jangan ngomong begitu" Nesya meletakkan telunjukknya pada bibir rina. "Ya,emang gak mungkin kan sya" "Kenapa gak mungkin?semua orang itu berhak mencintai dan dicintai.tak peduli siapa pun dia,bagaimana dia..cinta dapat mengubah dan mengalahkan segalanya Rina" Tutur Nesya meyakinkan. "ah,aku gak percaya bray suka sama aku,pokoknya gak percaya" "ih,ini anak dibilangin bandel amat sih?" Nesya seraya tertawa "Sya," "iia..?" "Kamu nggak lagi mainin aku kan?" "Mainin gimana maksudmu?" "Kamu gak sekedar hanya buat aku senang kan?" Rina curiga karna dari tadi Nesya hanya tertawa saja. "Ya nggakla,ngapain coba,aku lakuin itu?gak ada untungnya tau..ginideh,skarang,perasaaan kamu ke Bray,gimana?" "Em,.." "Kamu suka kan sama dia,buktinya kemarin kamu tulis-tulis nama dia di tanah" "Gaak..aku hanya anggap dia sahabat,gak lebih" sentak rina keras "Alah,sahabat apa sahabat?cerita aja kenapa Rin?aku kan juga sahabat kamu" Ledek Nesya "Sahabat..ih,kamu ini ngomong apa sih..aku tinggal ah.."Rina mengambil tas kuliahnya dan melangkah pergi.Nesya hanya cengar cengir ikut dari belakang.bukannya kesal,tapi Rina malu ditanya tentang hal itu padanya.itu salah satu hal yang haram baginya,karena dia juga baru mengerti apa itu cinta. "Rin..tunggu..kamu gak mau pulang bareng aku?" "nggak.." "Rina..." Nesya berusaha mempercepat langkahnya. "Aku pulang senidiri aja" "Rin...jangan gitu dong,rinn.." Nesya meraih tangan sahabatnya itu "apa lagi?" "Pulangnya..aku antar..bareng,,yah..bareng aku ya" Ajak NEsya sedikit takut.tanpa menunggu jawaban dari rina,nesya langsung saja membawanya masuk ke dalam mobil dan pulang bersama nesya. ***** "Aku masuk dulu yah..dahh" Rina melambaikan tangannya dan menuju teras rumah rina.kagetnya Rina mendapati Bray yang sudah tidur dikursi pendek depan rumahnya.Rina ingin sekali membawanya masuk,namun otaknya kembali mengingat kejadian dikampus tadi.pelan-pelan rina membuka pintunya menghindar dari bray.namun saat rina melangkahkan kaki masuk ke rumahnya,jemari lentiknya segera dijerat genggaman Bray.Gegas Rina berusaha masuk tapi apa daya,Bray segera menutup pintu rumah rina dan membawanya keluar. "Bray,lepasin!" Bentak Rina kasar "Gak,..gak bakal aku lepasin sebelum kamu dengerin penjelasan aku" "udahla bray,aku udah tau sebenarnya""Apa yang kamu dengar itu belum tentu benar rin..plis,sebentar aja" Semakin kuat Bray menggenggam tangan gadis cantik itu. "Lepasin bray,.." Rina semakin memaksa seakan tak mau mendengar penjelasan bray.tangan yang satu ia usahakan untuk membuka pintu,berusaha masuk dan akhirnya mereka berdua juga yang masuk bersamaan."Aku minta kamu keluar" "Rin.." "Keluar ! skarang" "Rina,aku gak akan keluar sebelum kamu dengerin apa kata aku" "Keluar bray,aku mohon" Rina memohon lembut. "Aku akan keluar setelah aku jelasin semuanya ke kamu" "Bray,keluar aku bilang" Rina mendorong bray keras sampai akhirnya berhasil keluar,namun yang tak diharapkan,ibunya ikut terpelanting. "Ibu.." Rina segera menolong ibunya. "maaf bu,rina gak sengaja" Rina memopong ibunya masuk "Gak papa,siapa dia nak?" Ibu kartika mengalihkan pandanggannya pada bray.bray segera menghampiri dan menyalam bundanya Rina hormat. "Bray tante" Katanya memperkenalkan diri.rina hanya bisa memanyunkan bibirnya kesal atas sikap bray yang cari perhatian pada ibunya, "Ada apa kalian kok ribut-ribut?kalian hanya berdua?sudah lama disini?" tanya ibu kartika panik.wajar saja ibunya panik,heran karna anak gadisnya itu bersama seorang lelaki dirumahnya sendiri. "Nggak papa kok bunda" "nak bray,sini,dekat ibu..kamu ini temannya rina ya?" ajak bu kartika bermaksud baik. "bukan tante.." Rina segera melirik bray, 'dia kan temanku,kok ngakunya nggak' fikir rina "jadi,kok ada disini?nampaknya akrab sekali dengan rina" Ibu kartika heran "ya,memang akrab bu..namanya juga.." "Juga sahabat..ia ,sahabat bu" potong rina takut,bray mengatakan yang tidak tidak "nggak sahabat juga kok tante" Bray mengelak memberi perlawanan hati pada rina.rina semakin dag dig dug dibuatnya, "teman bukan,sahabat nggak,..jadi kamu siapanya?" tanya bu kartika lagi "Teman,bundaaaa" jawab rina "Bukan tante,tapi saya..caloon mantunya tante..ya saya pacarnya rina..ya ..pacarnya rina tante" Bray menebar senyum. "Hah?" Rina menganga kaget mendengar ucapan bray. "Ah,kamu rin..gak cerita sama bundamu ini,toh.." Ledek bu kartika memanas-manasi.Rina semakin gugup saja,menelan ludah,pucat tak tau apa yang harus ia katakan. "Kapan jadinya?" "Udah lama tante,emang Rina gak pernah cerita ya sama tante?" "Gak tuh.wah..kalian berdua memang cocok,nak..Rina gak salah pilih" Ibu kartika nyengir "Bunda..kami itu gak.." "Jaga Rina baik-baik ya Bray.kalau di kampus,tante titip rina ke kamu" "Bunda" Rina kesal sendiri "Oke tante" "Kalau gitu,Bray pamit dulu ya tante,cuma mau antar Rina pulang aja.permisi tante" "ia..sering sering kesini ya nak" Balas Ibu kartika mengantar bray sampai ke depan rumahnya hingga tak terlihat lagi bayangan bray dihalaman rumah mereka. "Bunda,dia itu bukan pacarnya Rina..bunda tau gak,tadi dia mau ngapain rina?" Ajak rina masuk memberi penjelasan, "Lah,dia sendiri yang ngomong sama bunda,jangan ngotot sama bunda dong sayang" "Tapi bunda..""sudahlah,bunda mau masak makan malam nanti,kamu belajar sonoh,siapin materi kuliah besok.ingat,kamu harus rajin biar dapat beasiswa lagi,jangan karna paccaran,urusan kuliah jadi nomor dua ya rin" Pesan ibu kartika masuk menuju dapur.Rina diam,meringkuk memanyunkan bibirnya kesal. ***** Berangkat kuliah lagi,kuliah lagi,kapan liburnya sih? sungut Rina pada mentari yang menyuruhnya bangun lebih awal hari itu,karna banyak Job yg harus ia kerjakan nanti.disela sela kesibukannya,ia lupa hari ini tanggal berapa. 'bego amat sih,tanggal aja bisa lupa' kesalnya pada dirinya sendiri sembari memasukkan buku bukunya. "Rin,..rina..makan dulu sini" Ajak ibunya teriak dari dapur.rina meninggalkan keperluan kuliahnya melangkah menuju dapur.hidangan sedap sederhana tersusun rapi diatas meja kayu milik sekeluarga itu. "Tumben bunda masak begini banyaak,baru dapat THR dadakan ya bu?" Tanya Rina senang "Yah,bukan THR dadakan,tapi kejutan spesial buat putri bunda" Rina mengernyitkan dahi. "kamu tau gak,hari ini hari apa?" "Sabtu" "Tanggal?" Tanya ibu lagi "Nah, itu dia yang rina lupa bu" Rina mengalihkan pandangannya pada kalender yang bergantung menghiasi dinding papan rumahnya. "Hahahahha.." tawa Ibu kartika keras "Lah,knapa tertawa bu?" "Kamu tau,atau pura-pura gak tau?" Ibu kartika sok gaul "Hari ini,sabtu tanggal 1 April" "Jadi,?" Tanya Rina masih tidak mengerti "Aduh,Lemot lagi kamu yah," Ibu kartika makin gaul omongnya "Bunda apaan sih?" "Coba kamu buka kotak itu" Ibu kartika mengarahkan pandangannya pada kotak mewah yang turut menghiasi meja makan itu.perlahan,ia membuka pita hias kotak itu,dilipatnya rapih dan akhirnya membuka kotak mewah itu. "Bunda,aku baru ingat.hahaha...bunda,makasih..aku sayang bunda" Rina kembali meletakkan isi kotak mewah itu yang ternyata kue tart kecil bertuliskan 'selamat ulang tahun rina sayang' dan diatasnya berdiri angka 20. "Bunda,,kok bisa ingat sampai kesini ?aku aja lupa" Rina ,menciumi ibunya "Ya,masa orangtua lupa sama ultah anaknya..yah,maaf,,ibu hanya bisa kasih doa dan kue ini buat kamu" "Bunda,ini tuh lebih dari segalanya buat rrina..cuma bunda yang rina sayang,,makasih bunda,kue ini kado terindah yang pernah ada" Rina menitikkan air mata terharu akan kejutan ibunya. "Slamat ulang tahun ya sayang,semoga diusia yang 20 ini,kamu jadi tambah dewasa,anak yang semakin baik,dan menjadi apa yang bunda inginkan" Rina mengangguk paham,ditiupnya lilin angka 20 itu,dipotong dan kemudian diberi sesuap pada bunda tercinta itu. "eh,kamu gak brangkat kuliah?ntar telat loh,nanti kita rayain lagi dirumah"Rina mengangguk memenuhi perintah bundanya,diliriknya keluar ada mobil Apv siLver parkir didepan rumahnya, "nesya udah nunggu" ucapnya dan segera bergegas pamit menutup pintu.Spontan rina masuk kedalam mobil tanpa memandang pengemudinya. "Jalan sya" ucapnya sambil menutup pintu mobil. "Ehemm" Suara parau pria yang ternyata Bray mengejutkannya.dialihkannya pandangannya segera mempelototi Bray "kamu,..aku mau turun" Gegasnya panik membuka pintu. "buka aja kalau bisa" Rupanya Bray sudah mengunci pintu mobilnya itu "Bray,aku mau turun,aku gk mau brangkatt bareng kamu,menyebalkan" Rina memukul mukul pintu mobil mewah itu, "Eits..nanti rusak loh,kalau gak mau berangkat bareng aku,kenapa masuk?" "Aku kirain tadi mobilnya Nesya," "Masa kamu g bisa bedain?" "Ya soalnya warnanya sama" "Hahha..kalau aku tadi mau culik kamu,gimana?" Ledek Bray tertawa keras "Bray,turunin.." "Turunin pake apa?disini gk ada ember plus katrolnya kayak yg disumur-sumur,hehe" "Bray!" Ucap rina kasar "Gak mau." mulai menghidupkan mobilnya "Bray,aku gk mau brangkat bareng kamu" "Y udah,turun aja" Bray menjalankan mobilnya.Rina tak bisa berkataa apa apa,dia tak mungkin turun,itu sama saja mencelakakan dirinya sendiri.seperti biasa,jika sudah kesal,rina akan bermain dengan bibirnya sendiri. "Rin..kamu marah ya,,y udah,marah aja" haha,Bray berusaha memecah keheningan. "Rina.." Ledeknya lagi.rina tetap diam "kamu kalau manyun gitu,makin cantik deh" "rin..jangan diamin aku gini dong,aku cuma buat kasih kejutan aja ke kamu,skarang kan ultahnya kamu" Rina mulai terpancing,sesekali memandang Bray heran,tapi masih saja diam "Rina..nanti siang,makan bareng aku ya" "Rina..nanti kita makannya ke Resto bintang Lima,tenang aja,aku yang bayarin,pasti kamu blum pernah makan di resto bintang lima kan?nah,kamu harus coba,tuh" Tetap diam. "Rina..dari tadi gak respon aku," Diam. "Rin,aku punya kado loh,untuk kamu.." "Apaaan?" spontan rina terkejut "Haha,kalau kado aja,kamu langsung nyahut..makanya ntar makan siang bareng aku ya,hehe,ada syaratnya loh" bray memmerkan giginya yang rapi putih itu, "Ia deh,aku mau" balasnya kembali memanyunkan bibirr sesampainya dikampus,tampak Nesya dan Zo duduk bersampingan menunggu Rina. "Nesya,kamu kok gak jemput aku sih?" Rina heran kemudian mellirik Zo "AKku sengaja rin,lagian aku tdi perginya bareng Zo,jadi kamu sama Bray aja deh" "Oh ya,happy birthay my best," ucap nesya memeluk sahabatnya itu erat.mereka baahagia bersama,namun saat mereka ber4 menikmati kebahagiaan dari Rina,Ibu Oshin datang merusak suasana. "Oh,gini ya kelakuan kamu,Sya.udah brapa kali mama bilang,jangan dekat dekat sama orang kampung begini." "Mamah,ngap..nggaapain ke sin..sini?" tanya NEsya takut. "Emang ada yang larang kalau mama mau ke kampus kamu?masih untung mama mau bawain tugas kamu yang ketinggalan,masa kamu lupa sama tugas kamu ini,tapi sama ultahnya anak kampung ini,kamu g lupa kan??" tanya ibu oshin kasar.Rina hanya menunduk "Tap..tapi mah," "Udah,heh,kamu..anak kampung,udah brapa kali saya bilang jangan coba-coba dekat saama anak saya,ngaca dong,kamu itu siapa?" Labrak ibu Oshin "Mamah,apa apaan sih?rina itu teman nesya mah,mama gakberhak ngomong gitu" "Nesya,kamu berani ya bantah mama" "Mama yang keterlaluan" "Udah,udah..maafin rina tante,ini semua salah rina.karna rina bergaul sama anak kampung seperti saya,rina jadi lupa sama kuliah.maafin rina tante,jangan marahin nesya" potong rina seraya berlutut dihadapan Ibu Oshin. "Diam kamu,makanya jangan bergaul sama anak saya yah,huh" Mendorong rina berbalik pergi. "Rin,maafin ..maafin mama aku,.." Nesya membantu sahabatnya berdiri.terisak Rina berlari,lagi lagi menuju tembok hitam itu. "Tuhan,ini hari ulang tahunku,kkenapa aku harus menangis laggi,apa aku tak bisa hidup jika tanpa derai air mata?" ke3 temannnya itu memperhatikannya haru. "Rina.." Nesya berlari dan mendekap sahabatnya itu. "Maaf,sya,,lebih baik,kamu jauhin aku ,aku ini anak kampung,gak pantas bergaul sama anak orang kaya sepertimu" rina menjauh. "Tapi,rin..kamu teman aku" "Tidak,..aku tak punya teman,dan sampai kapanpun aku tak pantas punya teman,aku buta,harusnya aku sadar,kalau aku ini buta,tak bisa membedakan mana yang harus bergaul dengan ku" "Rina" "Tidak sya,aku gak mau aku jadi sumber perkelahian antara kamu dan ibumu" "Bukan gitu..tap" "Sya,aku mau sendiri,.Zo ,Bray,tinggalin aku" pintanya melihat ke3 sahabatnya itu. -tunggu part 3 nya yah- ;)
Read more
Cintaku tak sebuta mata ini ;') oleh Sinta Sinaga pada 11 Mei 2012 pukul 17:21 · Banyak orang bilang kalau CINTA itu BUTA.Buta dalam artian terima 'apa adanya'.Buta dalam artian tak memandang siapa dirinya,bagaimana dia.Buta dalam artian tak mengenal usia,wajah,pendidikan,status,kekayaan,ras dan masih banyak lagi.Tapi ternyata ada orang yang sama sekali tak mengenal apa itu cinta .Seperti orang cacat,TUNANETRA. Siapa yang mau punya teman hidup yang tunanetra? Jarang sekali pastinya.Itukah arti cinta yang sebenarnya? Benarkah kalau cinta itu buta,sehingga banyak orang yang dibutakan oleh cinta??? Simak kisah berikut ini...Cinta seorang gadis TUNANETRA..yang buta sesungguhnya dan awalnya sama sekali buta dan tak mengenal apa itu cinta,, Rina Aqriebsta,seorang wanita yang menderita cacat pada matanya.Salah satu matanya tidak berfungsi lagi karna jatuh dari gendongan ibunya ketika ia berumur 2 stengah tahun.Kini Rina harus hidup dengan 1 matanya untuk mencari jati dirinya dan menggapai impian.Kini usianya sudah 18 tahun. Rina tumbuh menjadi sosok gadis cantik,ramah,sopan dan berprestasi.Telah banyak beasiswa yang berhasil didapatnya karna kepintarannya itu.Namun sayang,terkadang ia lengah menghadapi kehidupannya yang pilu,penuh dengan isak tangis bundanya yang hanya buruh pabrik itu.Semenjak mereka ditinggal pergi oleh ayahnya,kehidupannya serba kekurangan.Bila tidak dari hasil beasiswa,mungkin,tamat smp saja tak memungkinkan untuk Rina.Tapi itulah anugerah Tuhan padanya,hingga kini ia berhasil menduduki kursi di UNIVERSITAS INDONESIA yakni kampus paling bergengsi di negaranya.Ini baru semester 1 Rina kuliah di kampus yang penuh warna ini... "Boleh saya bertanya,pak..bilakah seseorang yang menderita kebutaan pada satu matanya,suatu saat akan mengalami kebutaan pada kedua matanya?" Rina bertanya pada Pak Zaki,Dosen Biologi dikampusya itu. "Eh,kamu kalau cacat ya cacat aja.Udah takdir.." Bisik salah seorang pria,teman Rina. Rina sudah biasa mendengar cacian ini.Air matanya sudah habis,untuk menangisi cacian yang diterpakan teman-temannya padanya selama ini.Mungkin benar adanya,ini adalah takdirku.Tak ada gunanya aku menyesali semua ini. "Setau saya,tidak..Tapi,saya kurang paham juga akan hal ini.Lebih baik kamu bertanya pada Dokter ahli mata saja.permisi." Sahut Pak Zaki sembari meninggalkan ruangan. Rina hanya bisa memasang muka manyun mendengar jawaban dari dosennya itu.Lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban dari penyakitnya itu.Rina tak mungkin menemui dokter ahli mata,pasti banyak biaya namun di satu sisi,ia ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakitnya itu. "Apa aku tak bisa mendapatkan kesempurnaan,ya Tuhan?" Rina menjerit ditengah taman kampusnya. Seperti biasa,ia duduk sendiri dan selalu mencurahkan isi hatinya pada angin lalu yang tak mungkin mendengar bahkan menjawab keluh kesahnya. "Apa aku akan hidup selamanya dengan 1 mataku ini,Tuhan?" Lagi ia berkeluh kesah.Menatap awan kelabu yang seakan mengerti isi hatinya. "Eh lu,bicara sendiri.Udah gila ya? gak tau malu lu,udah cacat,sinting lagi.Entah kenapa lu bisa masuk ini kampus.Mending lo cepat-cepat pindah deh dari sini.Mencemarkan nama baik tau gak..!" Sindir pria yang tadi berbisik padanya diruangan. Rina hanya tersenyum mendengar hinaaan dari pria itu lagi.Hanya itu yang dapat ia lakukan. Sepanjang perjalanan pulang,Rina hanya merengut,memasang muka lesu kesal dengan jawaban Pak dosen tadi.Di kampus,orang-orang menganggap Rina sebagai orang miskin yang numpang atau minta disekolahin sama negara di kampus itu.Tak ada yang mau berteman dengannya.Semuanya dilakukan serba sendiri. "Aku ini manusia.Aku juga perlu cinta seperti orang-orang lain! Kenapa aku dilahirkan begini? " Jerit batin Rina menghempaskan tubuhnya keranjang. "Syukuri apa yang kamu miliki sekarang.Tak selamanya apa yang kamu inginkan secepatnya terkabul,nak.Diluar sana,banyak yang lebih menderita daripada kamu" Ibu Kartika mengejutkan Rina muncul dipintu kamar anak semata wayangnya itu. "Aku tak menderita bu.Aku bahagia.." Sahut Rina menebar senyum pada ibunda tersayang. "Siapa bilang kamu tak punya cinta?Ibunda cinta kamu" Tambahnya membawa Rina dalam dekapan hangat sang bunda. "Trimakasih Bunda.Aku juga cinta bunda" "Air matamu akan digantikan dengan cinta,nak" "Apa ada,orang yang mencintaiku selain ibu?" "Ya,tentu.." Sahut Ibunda merapikan rambut anaknya itu. "Benarkah itu?" "ya,tentu..Suatu saat,kamu akan dicintai oleh satu orang spesial sayang" "Siapa orang itu?" "Ibu tak tau.." "Kenapa ibu berkata begitu?Menurutku,tak ada yang mencintaiku selain ibu didunia ini" "Jangan bilang begitu.Cinta itu buta,sayang" "Buta?" Tanya Rina mengernyitkan dahi. "yah..sudahla,kamu akan tau nanti.Percaya sama ibu.Ibu pergi dulu ya" Ibu kartika menutup pintu kamar anaknya itu.Rina hanya mengangguk angguk heran,kenapa ibunya bilang kalau cinta itu buta. * * * * * "Apa cintaku sama ibu juga buta? tapi apa artinya?" Tanya hati Rina penasaran seraya menuggu mobil angkutan di halte. Sesaat lamanya Rina menunggu,angkutan itu akhirnya datang juga.Semua penunggu yang ada di halte itu segera berebutan masuk ke dalam bus.Dengan kesusahan menutup 1 matanya,Rina naik kedalam bus dan duduk paling belakang.Rina takut,matanya yang sudah cacat semakin cacat karena sentuhan tangan-tangan orang kriminal yang ada di bus ini.Kembali Rina teringat akan kalimat ibunya.Sebisanya dia mengartikan kalimat itu,tapi tak terfikirkan juga. "Bagaimana aku bisa menanggapi hal ini? Sementara aku tak pernah mendapat cinta dari orang-orang sekitarku,kecuali bunda" Tanya hati kecil Rina. Sederet kalimat yang berputar di otak Rina itu kian menghantarnya ke kampus tercintanya.Rina melangkah masuk menuju ruangannya dan membuka buku 'cacat mata' yang selalu ikut di tasnya.Dibolak baliknya lembar demi lembar buku seraya menunggu dosen biologinya itu datang lagi. "Mau jadi dokter ahli mata yah?" Sambar seorang pria bertubuh tinggi tegap itu.Rina terkejut seketika gugup melihat pria itu langsung duduk disampingnya. "Oh,tidak..." Jawab Rina singkat kembali mengalihkan pandangannya pada buku 'cacat mata' itu. "Kok,aku perhatiin,kamu baca buku ini tiap hari..." "Maaf,permisi,aku tak punya waktu mengobrol denganmu" Rina melangkah pergi dari depan pria itu.Dia malu mengatakan yang sebenarnya.Apalagi pria itu baru pertama kali bertemu dengannya. "Hey,aku hanya ingin kenal denganmu " Teriaknya lagi dari kejauhan.Rina tak memperdulikannya dan masuk ke toilet wanita.Disana Rina menangis tersedu-sedu.Menyesali kenapa ia dilahirkan kedunia ini dengan mata yang tidak sempurna. "Kenapa kamu menangis?" Seorang wanita menepuk pundaknya. "Oh,tidak..tidak apa..aku hanya .." “ Hanya apa?” ujar wanita itu penasaran. “mmh, aku hanya kelilipan kok” Rina mencari alasan lain untuk menutupi segala yang sedang meradang di benak nya. “Kamu yakin?” Tanya wanita cantik itu pada Rina. “Iya. Maaf, aku harus pergi” Rina memotong pembicaraan dan meninggalkan WC. Perlahan ia melangkah menjauh dari wanita tadi. Dan tiba-tiba tangan nya di tarik lembut oleh wanita itu. “Hey, kamu mau ke kelas kan? Kita sekelas loh” ajak wanita itu pada Rina yang hanya menunduk menutupi kekurangan nya itu. Mereka pun berjalan sama menuju kelas nya. “Kok diam aja? Oya, kenalin aku Nesya. Nama kamu siapa?” Wanita itu menjulurkan tangan tanda perkenalan pada Rina. “Rina ” Rina perlahan menyalam wanita cantik itu. Dan pada saat ia mengarahkan wajah nya pada wanita itu….. “Rin, mata kamu?” tangan lembut Nesya menyentuh pipi Rina. Saat itu pula, Rina kembali merasakan malu dan lari meninggalkan Nesya. Tanpa peduli apapun, Rina berlari menjauhi semua orang. Ia merasa sedih yang sudah terbiasa bersarang di hati kecilnya. “Kenapa Tuhan? ” dalam hati nya ia terus mengeluh dengan pertanyaan itu. Tiba dikelas, Rina duduk di pojok kelas sambil melamuni perkataan ibunya tentang “Cinta Buta”. Sampai-sampai, apa yang di terangkan dosen nya ia hiraukan. Tanpa ia sadari, pria yang tadi menghampirinya itu berada tepat disampingnya sedang memperhatikan setiap gerak-gerik yang di lakukan nya. Pria itu tersenyum samar memperhatikan Rina yang asyik melamun. “Hey, lagi ngelamunin apa sih? Kayaknya seru deh” pria itu mengagetkan Rina yang langsung tersentak sadar dari lamunannya. “bukan apa-apa.” “ayo ngaku, pasti mikirin pacarnya yah?” canda pria itu. Namun. Rina hanya diam dan memperhatikan dosen yang sedang bercuap-cuap. “Aku di cuekin. Huh.” Keluh pria itu. Jam kuliah pun habis. Rina melangkah dengan pasti meninggalkan semua kepenatan nya di kampus tanpa teman. Baginya, teman hanya lah untuk orang-orang sempurna. Orang sepertinya tak pantas memiliki teman. Bagaimana tidak ia berpikir seperti itu. Hampir setiap waktu saat kuliah, hanya cercaan yang ia dapatkan karena matanya. * * * * * Entah mengapa, selalu saja ujian menyakitkan datang menghampirinya. Di rumah, segerombolan Body-Guard menagih hutang pada ibunya. Ibunya pernah berhutang untuk mendapat kan modal usaha. Namun, belum lama berusaha warung kecil-kecilan yang dibangun nya ludes dilahap si jago merah. Sejak itu, kehidupan mereka semakin terpuruk di tambah ibunya harus menutupi Hutang yang kian bertambah karena bunga yang meningkat. “Dasar! Orang miskin! Taunya hanya janji!” bentak body-guard itu. “ kasihani saya pak. Anak saya lagi kuliah. Saya harus mengumpulkan uang untuk melengkapi kebutuhan nya pak.” ibunya terus memohon. “Kalo tidak mampu ngapain di sekolahkan! Kalau tidak mampu bayar, jangan berhutang! Sudah setahun utang kamu menumpuk. Atau, Rumah dan tanah ini akan saya sita !” “Pak! Saya mohon jangan sita rumah ini. Rumah ini satu-satunya yang saya miliki. Saya mohon jangan pak.” Ibu Rina menangis memohon pada Body-Guard itu. Di depan rumah, Rina melihat keributan yang sedang terjadi. Ia langsung menghampiri ibunya yang terduduk di depan para Body-Guard yang membentak-bentak ibunya tanpa hati. “Bu.. ada apa bu?” Tanya Rina Khawatir. “Ibu kamu sudah nunggak setahun! Utang nya sudah menggunung!” bentak Body-Guard “Ibu berhutang? Benar itu bu?” Tanya Rina yang terpukul saat mendengar perkataan Body-Guard tadi. Selama ini dia tidak tau kalau ibunya berhutang pada orang. “Maaf sayang, tak ada lagi yang mampu ibu lakukan” jawab sang ibu memeluk anaknya. “Bagaimana keputusan nya? Bayar atau Rumah ini saya sita?!!” “Beri kami waktu pak untuk melunasi semuanya. Saya janji akan mencari kemana pun sampai saya mendapatkan uang untuk melunasi hutang kami” Rina berdiri menghapus air matanya. “Hutang ibu kamu sekarang sudah 67 juta. Saya akan beri waktu 2 minggu! Jika 2 minggu kedepan kalian tetap tidak membayar, tanpa saya kasih waktu lagi, kalian harus angkat kaki dari rumah ini! Ingat! 2 minggu” Body-guard itu lalu meninggalkan mereka. “Sudah bu, ayo kita masuk” Rina membantu ibunya berdiri. Rina tampak nya sangat sedih mengetahui masalah yang di tutupi oleh ibunya. Yang paling ia sesali, ibu nya berhutang. sewaktu kecil Rina mengatakan pada ibunya, sesusah apa pun mereka, ibu nya tidak boleh berhutang. Rina siap membantu ibunya mencari uang, asal jangan meminjam dari orang. “sayang, maafkan ibu atas kejadian tadi. Ibu memang berhutang. Tahun lalu, warung yang kita bangun bersama modal nya dari seorang konglomerat yang bersedia meminjamkan ibu sejumlah uang. Tapi, ibu tak menyangka bahwa usaha kita akan gagal.” Jelas ibunya menggenggam lembut tangan Rina “tapi kenapa ibu tidak bilang ke Rina?” “Ibu hanya takut Rina jadi tidak focus dengan kuliah mu sayang. Maafkan ibu yang sudah melanggar janji kita” “Ibu, kalau ibu punya masalah cerita aja pada ku. Rina udah Dewasa.” “iya sayang” Ibu dan Rina berpelukan hangat. Akhirnya Ibu dan Rina Melanjutkan obrolan mereka dengan canda tawa. Semua masalah seakan sirna seketika di tutupi oleh hangat nya cinta yang merekat pada sepasang ibu-anak itu. * * * * Pagi-pagi sekali bu Kartika bangun. Beliau membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk anaknya. Karena persediaan makanan telah habis, terpaksa beliau hanya mengganjal perutnya dengan sisa ubi rebus semalam. Pagi ini, ibu nya bergegas menuju pabrik nata de coco untuk bekerja. dengan penuh harap, bu Kartika menghadap manager pabrik tersebut. “selamat pagi pak!” sapa bu Kartika “ Eh ibu! Ada apa bu? pagi sekali datang nya. ” jawab lembut pak Manager. “Gini pak, saya lagi butuh uang untuk melunasi utang saya. Bisa saya mendapat tambahan? Tapi, saya akan berkerja lebih keras pak. Saya mohon” “Oh, ya sudah bu. karyawan pabrik kemarin ada yang sakit. Bu Kartika bisa menggantikan nya. Gaji perhari karyawan itu akan saya beri ke ibu” ujar pak Manager yang baik hati itu. “Trimakasi banyak pak! Saya akan bekerja menggantikan karyawan itu. Sekali lagi terimaksih atas kebaikan bapak.” Bu Kartika sangat senang ketika harap nya terkabul. Dengan semangat, pekerjaan nya sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan na ta de coco pun ia lalui. Karena pekerjaan tambahan nya, bu Kartika pulang lebih lama. Setelah pekerjaan nya hari ini selesai, ia mendapat upah Rp.75.000,- Lalu, Bu Kartika menuju sebuah Restaurant China yang berada agak jauh dari pabrik tempat ia bekerja. Karena sayang uang nya berkurang Rp.3000,- untuk ongkos, bu Kartika memutuskan berjalan kaki menuju Restaurant tersebut. “Bu, apa ada pekerjaan untuk saya?” Tanya bu Kartika “Maaf, tidak ada lowongan pekerjaan” “Mencuci piring saja tidak apa bu. ” ujar bu Kartika penuh harap akan di beri pekerjaan. “ya sudah. ibu silahkan mencuci semua piring kotor di belakang. Ingat bu, tidak ada yang boleh lecet apalagi pecah. Jika ibu melanggar, maka ibu harus mengganti nya. Mengerti bu?” “Baik. Saya akan berhati-hati.” Karyawan Restaurant mengantar bu Kartika ke tempat pencucian perabotan. Disana ibu itu di jelaskan bagaimana mencuci beberapa perabotan tertentu. Bu Kartika sangat bekerja keras untuk berusaha menutupi utang yang kini menjadi masalah besar baginya dan anak nya yang nantinya akan menjadi petaka bila tidak dilunasi. Dirumah Rina menunggu ibunya yang tak kunjung pulang sejak tadi. “Ibu kemana? Biasa nya jam segini sudah pulang.” Risau Rina dalam hati. Rina menanti-nantikan kedatangan ibunya. Sejak pagi, ia belum melihat ibunya. Semua terasa kurang bila tak ada ibu. Baru sehari saja tak bertemu, rasa nya seperti makan tanpa lauk. Tiba-tiba ia teringat akan peringatan body-guard kemarin. Ia takut ibunya bekerja keras untuk mendapat kan uang. Sedangkan, ibunya tak boleh terlalu capek. Karena, gejala penyakit jantung telah di derita ibunya sejak lama. Kekhawatiran nya menambah ketika ia melihat jarum jam yang terus berdetik namun ibu nya tak kunjung pulang. Kini, waktu telah menunjukan pukul 10.35 PM. Akhirnya sang ibu pulang kerumah. Saat Rina melihat ibunya sudah di depan mata nya yang agak melek karena ngantuk, suasana hangat membalut benak Rina yang merindukan dan mengkhawatirkan keadaan ibunya. Ia langsung memeluk sang ibu dengan erat. “Bu.. lama sekali” “Maaf sayang. Ibu cari pekerjaan tambahan untuk mengumpulkan uang nak.” Bu Kartika mengelus rambut Rina. “Tapi kan ibu jangan terlalu capek. Ibu harus ingat sama penyakit ibu” Rina melepas pelukan nya. “Rina tenang aja ya. Ibu kuat kok” Bu Kartika berusaha meyakinkan Rina. “Ibu ingat ya. Jangan terlalu di paksakan. Rina juga lagi usaha mengumpulkan uang itu bu. jadi, ibu jangan merasa berat soal utang itu” “iya sayang. Sekarang udah malam. Kita istirahat dulu yuk. ” bu Kartika menggandeng Rina masuk kedalam kamar yang bagi Rina adalah istana nya. * * * * “hmmh, 67 juta. Gimana ya aku dapetin itu dalam waktu 2 minggu? ” ini yang sejak tadi Rina pikirkan. Ia kembali melamun dalam kelas nya "hey,..." Sambar seorang pemuda menepuk tangannya didepan mata Rina.Rina tak memperhatikannya larut dalam lamunannya pada uang 67 juta itu. "Hello.." Ucapnya lagi.Rina masih terhanyut dalam lamunannya.Sesaat pemuda itu bergerak dan duduk tepat dihadapan Rina. "hah...!! ngapain kamu?" Rina terkejut bukan kepalang.Dia takut,mendapat cercaan lagi bila Rina bertemu dengan seseorang walaupun sebenarnya belum tentu semua orang menghina matanya yang cacat itu. "ih,kok kaget gitu?tadi kamu ngelamun terus..jadinya.." "Maaf,aku harus pergi" Rina memotong pembicaraan pemuda itu.Dengan cepat pria itu menarik tangan Rina. "Kenapa kamu selalu menghindar dari aku?Aku bermaksud ingin kenal denganmu.." Suara pria itu parau memohon pada Rina.Ingin rasanya Rina memenuhi permintaannya,tapi,lagi-lagi ia takut mendapat hinaan. "maafkan aku,sekarang bukan waktu yang tepat,lain kali saja,permisi" Rina melepas lembut tangan pria itu tanpa menoleh kebelakang.Pria itu kembali menarik tangannya. "Kamu janji ya,lain kali harus mau ngobrol denganku.Namaku Zo" "ehm,permisi" Rina segera berlari sekencang-kencangnya.Rina segera berlari ke belakang kampusnya itu.Disanalah Rina mencurahkan isi hatinya,pada tembok tembok hitam yang tak mungkin mendengar bahkan menjawab dan memberi solusi atas tiap masalahnya.Namun,apa daya,Rina tak punya sahabat.Baginya,orang yang punya sahabat itu hanyalah orang-orang yang sempurna yang sama sekali bukan seperi dirinya tentunya.Terisak ia bersandar pada tembok-tembok itu seperti orang hampir kehilangan arah dan tujuan hidupnya.Selama ini,tak ada yang pernah melihatnya berbicara pada tembok-tembok itu.Tapi,pria yang kemarin menghinanya itu kebetulan lewat dan menghampiri Rina yang tengah menangis. "Eh,kamu ..udah cacat,ngomong sama tembok lagi! udah gila ya?" Singgung pria itu duduk didepannya.Sesaat Rina terdiam. "kenapa kamu tau aku ada disini?" Tanya Rina memalingkan wajahnya. "ya,taulah.Aku udah sering liat kamu disini.ngomong sama tembok tembok yang gak jelas.Kamu bego ya,curhat kok sama tembok..?" "Untuk apa kamu ikutin aku?" Tanya Rina mengernyitkan dahi. "Terserah aku donk..Kalau kamu mau curhat,curhat aja sama aku" Pria itu memberi penawaran. "cur..hat?" "Ya,,Kenapa?" "Kamu mau dengerin curhat aku,atau mau hina aku lagi setelah dengar curhat aku?" Rina menatap curiga pria itu. "Emang kamu mau,aku hina terus?Aku sebenarnya baik tau" "Ha?" "Udah,nanya mulu.Sekarang ikut aku..aku bakal dengerin curhat kamu" Pria itu membantu Rina untuk bangkit berdiri.Perlahan mereka berjalan melewati tembok-tembok itu.Pria itu membawa Rina duduk di Tangga sekolah. "Em.." Kata mereka berdua serentak "Eh,kamu aja duluan" Ujar pria itu. "Kamu aja.." Rina mengelak "Kamu aja,," "emm.." "Nama aku Bray.." "Aku Rin.." "Rina,aku udah tau..hehe" Potong Bray mengerdipkan matanya pada Rina.Rina membalas memberi senyum pada pria itu. "Starting Curhat..haaha" "Sebelumnya aku mau tanya ke kamu,kenapa selama ini kamu selalu ngehina aku?" Rina angkat bicara. "Em,,kenapa ya? Cuma iseng aja kok.." Jawab Bray gugup. "Heran aja,kemarin kamu hina kau habis-habisan,sekarang tiba tiba baik banget.Nawarin jadi temen curhat lagi.Maksud kamu apa?" Tanya Rina menutup sebelah matanya dengan tangan kirinya. "Gak,..em..aku kepengen berbagi cerita aja sama kamu.Capek lagian,hina kamu terus,lagian gk ada untungnya buat aku,tau gak.." "Oh,jadi critanya gak mau hina aku lagi? Beneran?" "iiia donk...sekarang aku jadi teman kamu,,sekarang kamu curhat deh.Kenapa tadi kamu aku liat menangis di tembok belakang kampus?ada masalah apa?" Bray mulai bicara serius. "em,..gini..ibu aku punya utang 67 juta.Kemarin,penagih utang udah datang kerumah aku.Mereka menyakiti ibuku dan memaksa kalau utang itu harus lunas dalam waktu 2 minggu ini,kalau nggak rumah kami bakalan disita.Gimana coba,ngelunasinnya dalam waktu 2 minggu? Mustahil kan?" Pikiran Rina melayang pada kejadian yang menimpa keluarganya semalam. "67 juta?" "Ia.." "itu utang apaan kok banyak amat?" "Utang pinjaman untuk modal usaha ibuku.." Jawab Rina.Matanya berkaca-kaca. "Aku bisa kok bantu kamu.." "Apa? benarkah kamu mau bantu aku?" Rina menatap mata pria itu lekat-lekat.Ray hanya mengangguk senyum. "Kamu nggak lagi bercanda kan?" Tanya Rina tak percaya. "ngapain aku bercandacoba? Aku mau kok,bantu kamu" "Aku bisa pinjam uang kamu,berapa?" "67 juta bisa kok.." "Hah?kamu gak lagi usilin aku kan bilang gitu?" Rina kaget menelan ludahnya. "iia ,aku serius,besok kamu ambil uangnya kerumah aku setelah pulang kuliah.Ok?" Bray mengacungkan jempolnya pada Rina. "Aku belum pernah bertemu orang sebaik kamu" "Ah,kamu alay,..Biasa aja mujinya.Nanti kuping aku lepas kamu puji begitu ..haha" Mereka tertawa renyah.Rina betul-betul terharu. "Makasih ya..makasih..makasih..makasihh" Saking girangnya,Rina memeluk Pria itu erat.Sesaat semua teman-teman sekampusnya memelototi mereka.Semua perhatian hanya tertuju pada mereka berdua. "Uhuk..uhukk.." Bray berpura-pura batuk memberi kode.Rina segera melepas pelukannya itu dan menunduk malu.Baru kali ini ada orang yang mengerti perasaan Rina dan mau membantu Rina begitu banyak.Keadaan menjadi hening,sesaat setelah kejadian itu. "Em..Pulang yuk.." Ajak Bray menarik tangan Rina lembut. "Em,kamu duluan aja.Aku mau ke perpustakaan dulu." "Ya udah.Tapi besok kerumah aku ya.bay bay.." Bray melambaikan tangannya.Tak sadar kalau tangan Rina masih ada digenggaman tangannya Bray.Wajar saja,Rina ikut berdiri dan berjalan dibelakang Bray.Bray menoleh kebelakang. "Loh,kok ikut sih..tadi mau ke perpustakaan dulu" Ucapnya "Gimana mau ke perpustakaan,tangan aku aja ada di kamu !" Bray melihat tangan kanannya yang mengenggam tangan Rina.Bray tersenyum lugu dan melepas lembut tangan Rina. "Maaf,ini tangan kamu aku balikin. Daaah.." Kata Bray meninggalkan senyumnya dihati Rina. Rina berbalik menuju perpustakaan.Menuju perpus,dia hanya tersenyum tak habis fikir kalau Bray sebaik ini padanya. "Mimpi apa aku semalam?" Usik batinnya. Rina terus melangkah menuju perpustakaan. "Kok kamu ambil buku tentang mata lagi sih?Kamu koleksi ya?" Sapa seorang pria yang dari tadi memperhatikan Rina membolak balikkan buku di perpustakaan. "Kamu lagi..Jangan ganggu akku!"Sentak Rina menutupi wajahnya dengan buku. Zo hanya heran melihat sikapnya yang aneh. "Bisa aku tau nama kamu?" "Rina.." Jawabnya berlari meninggalkan Zo. Rina segera pulang kerumahnya.Segera ia mencari ibunya dan memberitahu kejadian yang tadi di kampusnya. "Bu,ibu..aku udah dapat pinjaman untuk lunasin utang kita..Horee...Utang kita akan segera lunas.." Teriak Rina memeluk ibunya senang. Ibu Kartika segera melepas tangan anaknya itu. "Dapat darimana? Jangan bilang kamu.." "eh,ibu..tadi Rina dipinjamin uang sama temen Rina.Orangnya baik loh bu.Jarang ada orang seperti dia sekarang ini" Potong Rina "Teman kamu? benarkah? bukan rentenir kan?" "ih,bunda apa apaan sih.Ya bukanla,Rina gak bakal mau pinjam sama rentenir.Pokonya,besok ibu antar uangnya.Utang kita lunas bu..!" "Kalau gitu namanya belum lunas,nak..kita masih berhutang pada temanmu itu" "Oh...ia juga bu.." Sesaat wajah Rina kelihatan lesu. Bundanya hanya mengehela napas panjang.Bagaimana pun,mereka tetap berhutang. "Tapi,walaupun begitu,rumah kita gak bakal disita kan bu? untuk melunasi hutang Rina pada temen Rina,Rina kan bisa bantu ibu bekerja ngumpulin uang 67 juta itu...ia kan bu?" Tambah Rina menyemangati ibunya. Ibundanya hanya tersenyum tipis dan kembali ke dapur melihat Fermentasi kelapa mudanya yang akan dijual besok. "Apapun keputusannya,Rumah ini gak bakal disita..Yes!!" Rina meloncat bahagia **** "Jadi kerumah aku kann??" Tanya Bray sepulang kuliah "Jadi donk..yukk.." Rina masuk ke mobilnya Bray.Baru pertama kalinya untuk Rina naik mobil semewah ini.Punya AC dan TV segala. "bener-bener orang yang kaya,baik lagi" Kata hati Rina kagum. "hem,...ngomong-ngomong..uang 67 juta itu uang kamu ,atau..?" "Uang bokap aku lah,mana mungkin aku punya uang sebanyak itu" Potong Bray melirik gadis cantik yang disampingnya itu. "iia..tap..tapi..bokap kamu tau,kalau kamu pinjamin uang ke aku? 67 juta..bukan sedikit loh" "iiia,gak tau sih..itu memang uang bokap aku,tapi ada di rekening aku..hehe" Bray memberi senyum pada Rina.sesaa mereka tatap-tatapan satu dan yang lain membuat Bray hampir kehilangan arah jalannya. "Aiiih...aduhh.." Rina teriak.Mobil yang dikendarai mereka hampir menabrak pohon besar "Maaf,.." Bray berusaha mengendalikan mobilnya. "Huh..." Ucap mereka berdua bersamaan. Jantung Rina berdegup kencang.Rina sama dengan Ibunya,ada gangguan pada jantung mareka.Lagian,tak terbayang bila Rina kehilangan 1 matanya lagi karena yang tadi.Apa jadinya dia... "sudah sampai,ayo turun.." Bray keluar dari mobilnya dan menyuruh Rina turun. "em..anu..eh.." "Kenapa ?" "Maaf,aku gak tau cara buka pintunya" Ucap Rina tertunduk lugu.Maklum,baru kali ini dia naik mobil mewah. "Oh..ya udah..turun yuk" Bray membukakan pintunya.Mereka berdua masuk menaiki tanga rumah Bray yang luas,besar,mewah dan sangat indah di mata Rina.Dibandingkan ini,Rumah Rina bukan apa-apa.Bagaikan gubuk kecil using yg tak pernah diperhatikan orang-orang. "Ini rumah kamu?" Tanya Rina menoleh Bray. "ya,tentu.ngapain aku bawa kamu ke tempat yang bukan rumah aku.ia kan?Kamu lucu ya.." "Tapi.." "Apalagi?" "Aku takut..segan.." "Kenapa..?takut sama siapa?" Tanya Bray heran "Orangtua kamu.." "Rina..rina..Mereka lagi gak ada.Ya udah,mending kamu tunggu aja disini.Biar aku ambil uangnya ya" Bray masuk ke dalam rumahnya kemudian mengambil tas besar hitam dan memberikannya pada Rina. "Ini,uangnya..sekarang aku antar kamu pulang ya" "Ini...u..uang...semmuuaa?" "Ya ia la,apa lagi? ini kan yang kamu minta..mendingan sekarang kita pulang yuk" Bray kembali membukakan pintu mobilnya. Rina hanya mengangguk dan masuk.Perjalanan menuju rumah Rina hening tanpa suara dari mulut mereka.Rina hanya gemetar,takut,heran dan bahagia.Belum pernah ia memegang uang sebanyak ini.Lagian Rina sengaja tak membuka mulut,takut Bray lalai lagi. “Hati-hati dijalan yah!” Rina melambaikan tangan pada Bray. Setelah mobil Bray tak terlihat lagi dimata Rina, ia dengan girang masuk kedalam istana sederhana nya. “Bunda… Bundaa” tak sabar Rina menunjukan apa yang di bawanya itu. Namun setelah ia menelusuri semua ruangan yang ada dirumah nya, ternyata ibunya belum berada di rumah. “Huh, udah jam berapa ini? Bunda kok belum pulang?” Tanya hati Rina. Rina hanya duduk di sofa mereka yang sudah lapuk itu. Ia memandang tas hitam itu sambil tersenyum. Ia sangat senang. Akhirnya, Rumah peninggalan neneknya tidak jadi di sita oleh body-guard yang sangar itu. Rasa lega bercampur gelisah kini bersatu dalam benak Rina yang sedang menanti kedatangan ibunda tercinta. Rina mengambil tas tersebut dan menyimpannya di bawah tempat tidur. Ia menghindari kejadian yang tak di ingin kan. Walaupun keadaan rumah Rina yang tak memungkinkan ada pencuri yang tertarik akan mengunjungi, setidak nya Rina menghindari hal itu. Karena lelah, Rina terlelap dalam penantiannya di sofa. “Sayang, sudah pagi” Bu Kartika membangunkan Rina sambil mengecup kening anak gadisnya. “Umm.. Bunda..” sperti biasa, RIna memeluk Ibundanya. “Maaf ya sayang, ibu semalam lembur” melepas pelukan Rina. “huh Ibu.. Kita kan udah dapetin uangnya. Ibu gak usah cari kerjaan tambahan lagi yah” mohon Rina pada bundanya. “Tapi sayang, kita kan masih berhutang pada teman mu itu.” “iya bu, Rina tau. Tapikan ibu gak perlu lagi kerja sekeras itu. Kan Bray nggak ngasi ketentuan waktu kapan kita harus bayar. Lagian, Rina aja bu yang Nyari uang nya. Ibu tenang aja” “sayang, kamu itu lagi Kuliah. Ibu nggak mau kuliah kamu terganggu karena Cari duit” “Kalau soal itu ibu tenang aja. Rina gak setiap saat ada jam Kuliah. Nah, klo lagi kosong Rina kan bisa kerja. Lagian ibu yang nggak boleh terlalu capek kerja. Rina khawatir penyakit ibu kambuh. Ibu kan sudah janji akan menghadiri kelulusan Rina nanti” jelas Rina mengingatkan keadaan ibundanya itu. “Rina sayang, ibu sangat bersyukur dapat melahirkan kamu ke dunia. Tuhan ternyata sangat baik pada ibu, karena dapat memiliki kamu sebagai anak dan juga teman hidup ibu. Kamu anak yang baik, pintar, taat pada orangtua, dan juga cantik.” Puji Ibunda nya pada Rina. “Hahaha. Ah, ibu ini bisa aja mujinya. Rina juga bersyukur bisa memiliki seorang Bu Kartika sebagai ibu ku ” Rina tersenyum. “kita patut bersyukur sayang.” Tiba-tiba saat mereka mengobrol, ada yang mengedor pintu dengan keras. Bu Kartika lalu membuka pintu. Ternyata yang datang ialah para body-guard beserta sang konglomerat. “Bagaimana bu? Sudah dapat menepati janji anda?” kata sang konglomerat. “waduh, pagi sekali mereka datang. Uang nya kan belum terkumpul” kata BU KArtika dalam hati. Bu Kartika hanya terdiam. “Jawab Bu!! dasar orang miskin!!” bentak Body-Guard sambil menendang pintu mereka. Mendengar keributan itu, Rina segera menuju ibunya. Ia melihat para body-guard dan langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil tas yang berisi uang untuk melunasi hutang mereka. “Ini uang nya pak! Terimakasih banyak” Rina memberi tas itu ke konglomerat. “Hitung uang ini!” perintah snag konglomerat pada body-guard “ lebih pak. Ini 70 juta.” ujar Body-guard jujur setelah menghitung jumlah uang yang ada di tas itu. “ambil 3 juta, lalu beri pada mereka!” Setelah memberi uang yang lebih itu pada Rina, sang konglomerat dan juga para Body-Guard meninggalkan kediaman Rina. “Horeeee! Rumah kita nggak jadi di sita bu!” seru Rina sambil loncat kegirangan. “Iya sayang. Bersyukur pada Tuhan yang sudah memberi jalan. Berterimakasih juga pada teman mu yang baik hati itu ya. Sekarang, siap- siap kuliah gih” ujar ibunya “BAik bu” Rina tersenyum * * * * * Di Kampus, Rina mencari-cari Bray yang sejak tadi tidak kelihatan. Namun, ia tak mendapat kan nya. Setelah jam kuliah usai, Rina memasukkan buku-buku kedalam tasnya. “Hai Rina. Plis, jangan kabur lagi. Aku ingin berteman dengan mu” Zo tiba-tiba menghampiri Rina. “hmmm, iya-iya. Ada apa?” Rina menarik lalu menghembuskan nafas nya. “kamu mau gak ikut aku ke suatu tempat?” ajak Zo. “Haa?? Kamu gila ya” tolak Rina. Jelas Rina menolak ajakan pria itu. Lagian, Rina belum mengenal pasti pria yang menghampirinya itu. “eh, jangan langusung berpikir yang ngga-ngga. Mau gak?” “Ah, aku ga mau. Lagian, aku nggak kenal kamu” “biar sekalian kenalan boleh dong? Aku mau ngajak kamu kesuatu tempat. Tempat itu mengasyikan. Di jamin deh kamu gak bakalan nyesal. Disana kita bisa saling kenalin diri kan?” Zo tetap berusaha meyakini Rina bahwa ia berniat baik pada Rina. Tapi, tampaknya gadis itu masih saja bulat pada tekadnya menolak ajakan Zo. “Nggak Mau!” Rina meninggalkan Zo. Rina tetap menolak karena dia takut Zo bertidak yang tidak-tidak. Lagian, Rina belum mengenal Zo. Wajar saja ia takut. “Rin.. Rin.. plis? Aku ngga bakal apa-apain kamu. Aku cowok baik-baik.” Zo memohon pada Rina yang berjalan cepat. Rina lalu berhenti menatap mata Zo dengan sebelah mata nya yang masih normal. Zo memang terlihat anak yang baik-baik. Karena ia teringat sering mengacuhkan Zo, akhirnya Rina menerima tawaran Zo. “iya deh. Tapi kalau kamu berani macam-macam, awas kamu! Aku bukan cewek biasa” ancam Rina. Selain karena ia telah sering mengacuhkan Zo, yang membuatnya mengurungkan niatnya menolak ajakan Zo ialah Zo telihat seperti pria baik-baik. Tapi walaupun begitu, Zo tetaplah manusia yang tidak mudah kita tebak dengan melihat tampilan nya saja. Jadinya, Rina tetap waspada pada Pria itu. “hehe. Kamu tenang aja. ayok” Zo menarik tangan Rina. Mereka berdua lalu melangkah menuju tempat yang katanya indah itu. Tempat itu masih berada di lingkungan Universitas Indonesia. Akhirnya mereka tiba di tempat itu. Rina tersanjung melihat tempat yang begitu indah itu. Tempat itu taman yang sangat indah. Taman itu di tumbuhi beberapa phon besar. Bunga-bunga yang tumbuh pun sedang bermekaran menambah indahnya panorama taman itu. Selain itu, disana terdapat sebuah danau mungil yang melengkapi kesempurnaan taman itu. Rina menarik nafasnya dalam-dalam lau melepas nya perlahan menikmati segarnya udara di tempat itu. Rina dan Zo pun duduk bersampingan di atas Rumput Jepang yang mengalasi permukaan taman itu sambil melihat danau yang tenang. “Wah, tempat ini menakjubkan!” ujar Rina saat melihat tempat yang sangat begitu indah. Ia baru kali ini ke taman seperti ini. Begitu sejuk, indah dan nyaman. Serasa di surga. “iya dong” Zo tersenyum pada Rina yang berhasil ia takhlukan. “ternyata, tempat seperti ini masih ada ya di daerah pengap seperti ini. Aku baru pertama kali kesini”. “wah, kasihan ya.” Ejek Zo “ah, kamu. Oya, kok keliatan nya tempat ini sepi banget ya? ” Rina melihat tempat ini sepertinya jarang di kunjungi. taman ini juga kayak tak ada yang merawat. Tapi walaupun begitu, taman ini tetap tertata cantik alami. “Iya. Sejak aku ke sini, aku belum pernah melihat orang-orang berkunjung ke tempat ini. Mungkin, belum ada yang tau keberadaan tempat ini” “kok bisa ya? Tempat seindah ini gak ada yang tau?” “ya, mungkin aja. Orang-orang kan pada sibuk kuliah. Mungkin mereka hanya kuliah tanpa niat menjelajahi seluruh tempat yang ada di Universitas ini” “emang nya kamu udah menjelajahi semua tempat disini?” “Udah dong, aku kan suka sama Fotografi. Jadinya, aku suka mencari tempat yang bagus buat aku foto. Dan koleksi foto ku di tempat ini udah banyak loh.” Zo tersenyum “Oh ya?” Suasana hening sejenak. Rina merebahkan tubuh nya yang lelah. Ia menikmati keindahan tempat itu. Zo hanya terduduk dan tersenyum melihat Rina yang tampak senang dengan taman rahasia ini. Tanpa Rina sadari, saat ia menutup kedua matanya, Zo mengambil gambar Rina yang sedang menikmati suasana di tempat ini dengan kamra LSR yang selalu menemaninya. “oya, sebenarnya kamu mau ngajak aku ke sini ngapain?” Tanya Rina yang masih merebahkan tubuhnya. “aku mau kenalin kamu sama tempat ini dan juga ngobrol sama kamu” “Oh. Kalau ngobrol kan bisa di tempat lain.” “Ah kamu ini, Asal aku samperin aja langsung kabur. Makanya aku ajak kamu kesini, biar kamu nya gak lari. Kalau disini kamu kan gak bisa kabur. Soal nya udah terikat tuh sama ke indahan taman ini. hahaha” ledek Zo “hehe. Maaf ya, aku sering ngehindarin kamu. Soal nya aku takut kamu bakal nge hina aku. Aku terauma ngomong sama orang. Asal ngomong bentar, pasti akhirnya aku di hina” Rina lalu duduk kembali. “oh. Gapapa kok. terus, karena aku lihat kamu seringan diam dan melamun sendiri ya, aku ajak aja kamu kesini. Mana tau, kalo kamu ada maslah kamu bisa kesini. Setidaknya untuk tenangin diri kamu. Soalnya, setiap aku ada masalah pasti aku kesini. Suasana tempat ini yang indah dan juga tenang, bisa bikin aku tenang dan berpikir jernih buat nyelesaikan setiap masalah yang datang. Selain itu, objek-obek di taman ini sangat cocok untuk aku jadikan koleksi. hehe ” Mereka berdua pun saling bercerita. Rina tersenyum saat menatap Zo yang asyik bercerita tanpa kedip. Zo terlihat sangat manis di mata Rina saat itu. Apalagi saat Zo tertawa, ia makin terlihat manis. Angin sepoi-sepoi dengan lembut nya membelai rambut Rina yang terurai. Rina sama sekali tidak menyadari sejak tadi, ada sesuatu yang ia rasakan. Sesuatu yang sebelumnya, sama sekali ia belum pernah rasakan. Rasa yang membuat jantungnya berdebar dengan keras saat bersama Zo. Rina bingung sama perasaan yang baru saja terusik dalam dada nya. * * * * * “Semuanya 47.500 mbak” Rina membayar belanjaan nya di sebuah Minimarket yang berada tidak jauh dari tempat kuliahnya. Hari ini, Rina berencana akan memasak Soup Kari kesukaan ibunda nya tercinta untuk merayakan ulangtahun ibunya. “Hai Rina ..” sapa Seorang gadis padanya. Rina menoleh kebelakanng dan ternyata gadis itu adalah orang yang pernah ia tinggalkan saat ingin berkenalan. “oh.. hai ” “Baru beli apa?” “mmh, ini nih. Aku beli bahan masak. Kamu dari mana? ” “aku tadi dari toko bunga di sebelah. Trus aku liat kamu, ya aku langsung aja samperin kamu” ujar Nesya sambil tersenyum pada Rina “bunga? Untuk apa” Tanya Rina “Bunga untuk mama aku dong. Hari ini mama aku ulangtahun loh..” “wah, sama dong ya. Ibu aku juga hari ini sedang berulang tahun. Ini aku mau masak buat ibu” “wih, keren juga ya. Mama kita sama-sama lagi ulang tahun. Emangnya kamu mau masak apa buat mama kamu?” “rencana nya sih aku mau masak Soup Kari buat ibu. Soalnya itu masakan kesukaan nya. Lagian, ibu sudah lama tidak menikmati soup Kari jadinya aku rasa, ini bisa jadi kado buat ibu. hehe” “Soup karri?? Mama aku juga suka tuh sama soup itu. Eh, gimana kalau kita masak bareng? Habis itu kita makan malam bareng deh sama mama kita buat ngerayain ulangtahun mereka” ajak Nesya yang terlihat sangat senang. “emm, kayak nya ga usah deh. Hehe, ngerepotin aja” “udah, gak ngerepotin kok. Mau ya? Kan ulangtahun mereka sekali setahun. Pasti mereka senang” Setelah berpikir lagi, Rina menyetujui tawaran Nesya. Mereka berdua pun kembali ke minimarket itu untuk membeli tambahan bahan buat soup karri mereka. Akhirnya, Rina dan Nesya menuju kediaman Nesya yang berada di kompleks perumahan mewah. Rina kembali menelan ludah saat melihat jejeran Rumah bak istana. “akhirnya nyampe juga. Yuk turun” ajak Nesya yang langsung membukakan Pintu mobilnya. “Kamu yakin?” “Ya yakin lah. Masa aku yang ngajak, aku yang gak yakin sih? Haha. Ada-ada aja kamu. Yuk masuk” Rina melangkah melewati halaman Nesya yang begitu luas. Halaman rumah Nesya aja udah segini gede nya. Apa lagi Rumah nya ya? Piker Rina dalam Hati. “Papa!” Nesya menyapa papanya yang sedang membaca Koran di ruang TV “sayang, sudah selesai kuliah nya?” “udah dong pa! oya, ini temen Nesya Pa! nama nya Rina.” Nesya memperkenalkan Rina pada papa nya. “Rina om” Rina lalu menyalam tangan papa Nesya. “Temen baru ya? ” “hehe, iya pa. oya pa, Nesya tinggal dulu ya. Soalnya Rina mau bikin kejutan nih buat mama. Sekalian buat mama nya Rina juga.” “oh, iya sayang. Mumpung mama masih di Rumah nenek.” Rina dan Nesya berjalan menuju Dapur untuk mulai beraksi memasakan Soup Kari untuk Mama mereka. “Huh. Kamu siap?” canda Nesya. “siap dong” Rina tersenyum melihat Nesya. Nesya memang anak yang sangat baik. Ia anak orang kaya, tapi hati nya begitu ramah dan lembut. Selain itu ia gadis yang cantik dan berpostur ideal. Rina sangat kagum melihat Kehidupan Nesya yang begitu beruntung. Di lahirkan dari kedua orangtua yang sepertinya baik hati, keluarga nya berkecukupan malah lebih dari cukup, dan juga yang paling membuat Rina tertunduk, Nesya begitu cantik. Ia terlahir sempurna dimata Rina. Walaupun mereka baru sekali bertemu, Nesya tak sungkan-sungkan mengajaknya masak bersama di rumahnya. Ternyata, selama ini Nesya memperhatikan Rina. Nesya sendiri kagum melihat Rina yang begitu tegar menjalani kehidupannya bersama mama nya. Nesya sangat salut akan kepintaran yang dimiliki Rina dan Juga kebaikan hati yang Nesya yakini ada dalam diri Rina. Kedua gadis itu ternyata saling mengaguumi satu sama lain akan kelebihan yang Tuhan berikan pada mereka. “Yeeeiiiyy!! Akhirnya selesai juga! ” Nesya sangat gembira saat Soup Kari nya telah masak. “ummm, rasanya sungguh lezat! Enak loh” Rina mencicipi soup itu. “Ah, yang bener nih?” “Iya. Coba aja.. ” Rina menyuapkan sesendok soup itu pada Nesya “nyam nyam nyam. Yipyy.. perjuangan kita gak sia-sia dong” “hehe, iya. Trus rencana kamu selanjutnya apa?” Tanya Rina “Kamu? Kita Rina… nah, kita persiapkan hidangan kita di ruang depan. Stelah itu nanti kita berdua jemput mama kamu ke sini. Gimana? Mau nggak? Harus mau. haha” Nesya lalu mengajak Rina turun dari tangga menuju meja makan Keluarga mereka. Nesya mengeluarkan taplak meja yang baru di cuci dan juga hiasan untuk menghiasi meja makan itu. Rina menata meja makan dengan hiasan-hiasan dan juga lilin yang memang sudah ada di meja makan itu. Tak Lupa, Nesya menaruh buah-buahan serta pudding sebagai dessert dinner mereka. “Huh! Perfect.” “yap.. tapi aku pegel nih” keluh Rina “halah, baru segini aja udah K.O. haha.” Ledek Nesya “Ah, kamu bisa aja deh. Oya, jd selanjutnya?” “Kita jemput mama kamu. Stelah itu kita jemput mama aku di rumah nenek. Aku sengaja bilang papa biar aku aja yang jemput mama. Yuk…” Suara mobilnya Nesya berbunyi membawa laju Rina ke gubuk kecilnya itu. "Bunda.." Rina mengetok pintu dan membukakan pintunya. "Loh,gak kekunci.." Tambah Rina curiga "Coba kita masuk dulu" Ujar Nesya mendahului masuk kerumah Rina. "Bunda...Ya Tuhan..Bunda ngagetin kita aja.Kenapa pintunya gak dikunci?" Ucap Rina kaget menemukan ibunya di balik pintu kamar. "Maaf nak,tadi ibu lagi ganti baju baru selesai mandi.Loh,ini siapa?" Ibu Kartika mengalihkan pendangannya pada Nesya. "Kenalin,Tante..Nesya" Nesya menjulurkan tangannya.Bu Kartika menyalam tangan gadis cantik itu dan memasang senyum kecilnya. "Ada perlu apa ya,kesini ?" Tanya Bu Kartika "Gini bu,Keluarga Nesya mau ajak kita makan malam dirumahnya.Jadi ibu harus ikut,sekarang,ibu ganti baju ya..cepat!" Perintah Rina menutup pintu kamar tanpa persetujuan ibunya.sesaat kemudian ibunya muncul dengan pakaian seadanya,tak ada apa-apanya dibanding keluarga Rina. "Ayo,ibu sudah siap" Ibu mengambil tas anyaman baldunya itu.Mereka bertiga pergi menjemput mamanya Nesya ke rumah nenek. "Hai mama...udah siap?" Nesya membukakan kaca mobil dan menanyakan mamanya yang sudah menunggu di teras rumah neneknya. "Lama amat sih..! mama uda dingin tau nunggunya.Hujan lagi.!Lengkap deh penderitaan mama" Rengut Ibu Oshin manja. "Ya udah,sekarang mama masuk yuk..Nesya gak bawa payung nih..buru ma.." Desak Nesya tak sabar memberi kejutan pada mamanya itu.Saat mamanya masuk,Ia kaget bukan kepalang melihat 2 sosok yang aneh dimobilnya itu yaitu Rina dan Ibu Kartika. "Loh,kalian siapa?" Tanya ibu Oshin mengernyitkan dahi. "Itu temannya Nesya ma,sama ibu kartika ibunya Rina.Mereka mau ikut buat surprise sama mama!Tadi aja yang buat kejutannya Rina ma.Asiik loh,," Seru Nesya menggoyang-goyangkan badannya.Tiba-tiba saja,ibu Oshin membanting pintu mobil keras dan kembali ke rumah neneknya. "Loh,ma..kok turun lagi?" Tanya Nesya menyusul mamanya turun dari mobil.Rina dan ibunya juga ikut. "Mama kenapa?" Ulang Nesya heran melihat tingkah mamanya itu. "ngapain kamu ajak-ajak mereka kerumah kita,hah?kamu tau kan,mereka itu orang miskin!gimana sih?" Sungut ibunya memasang wajah sinis. "Mama apa-apaan sih! mereka udah baik sama kita ma!" Bela Nesya dengan nada kasar. "Baik apanya,hah?" "Mereka uda bantu Nesya buatin surprise sama mama! masa mama gak hargain?mama gitu amat sih sama Nesya.Nesya yang ajak Rina!" "Kita kan punya pembantu!ngapain mesti ajak mereka!mereka orang miskin! gak berpendidikan!kotor,bau..dan liat anak gadinya itu.Cacat..mungkin kena kutukan! mama gak mau kalau sampai mereka datang lagi kerumah.Apalagi waktu ulang tahun mama! kamu ngerti?" "Mama..!segitunya mama lihat mereka,..Mama salah!" "Kamu yang salah..!"Nesya dan ibunya sahut menyahut. "Cukuuuuuuuuuuup..!Kami memang orang miskin,tante! tapi jangan hina saya seperti itu.saya tau,kalian itu orang yang berpendidikan,bermoral,orang kaya,tapi 1 yang tante yang tidak punya! tante kalau ngomong gak punya otak!" Ketus Rina membentak ibunya Nesya. "Plakk..!!" Tamparan keras hanyut di pipi Rina.Air matanya melengkapi penderitaannya malam itu. "Lancang sekali kamu!" "Tante yang lancang! tak bisa menghargai orang!dulunya tante pasti juga orang kecil!orang kaya tak punya otak!" Rina mengulang ucapannya itu.Ibu Oshin melayangkan tangannya mendarat di pipi Rina yang kedua kali. "Ayo Rin..Kita pulang nak..kita gak pantas gabung dengan mereka!" Ajak Ibu Kartika pulang ditengah lebatnya hujan saat itu. "Rina..Tante..!" Panggil Nesya ingin menyusul mereka.Rina melihat kebelakang,Nesya dicegat oleh mamanya. "Mama keterlaluan..!Mama pulang sendiri aja! gak ada surprise-surprisean! gak ada birthday buat mama!Nesya benci mama..!" Nesya melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mamanya tanpa mobil.Kunci mobil sudah ia kasih untuk mamanya.Nesya berlari menyusul Rina dan ibu Kartika yang duluan hilang ditelan gelapnya malam. "tok..tok..tok" Nesya mengetuk pintu rumahnya Rina.Rina membukakan pintu rumahnya dan menangis tersedu-sedu. "Nesya,..buat apa kamu kemari?" "Aku kesal sama mama.aku gak mau hadir diulang tahun mama saat ini" "Kamu gak boleh gitu.memang aku yang gak tau diri,aku kan orang miskin,seenaknya numpang di mobil kamu" "kamu malah belain mama aku sih? gini aja deh,untuk sekarang,aku nginap dirumah kamu dulu ya...pliss" Mohon Nesya dengan wajah memulas.Rina hanya mengangguk.Bagaimana ia mau menolak putri cantik anak orang kaya untuk tidur sehari saja dirumahnya.Tapi aneh juga,wanita se perfect Nesya mau tinggal di gubuk usangnya Rina. Rina membawa temannya itu ke kamar untuk tidur bersamanya.Tak sengaja Nesya melihat ibu Rina masih terisak sedih dikamar.Spontan NEsya masuk menerobos dan berlutut di hadapan ibu Kartika. "Maafin Mama saya tante..dia memang begitu".Ibu kartika membangkitkan anak itu dan memeluknya sayang. "saya gak papa nak,ini semua salahnya kami orang miskin yang bodoh ini.." "Bukan tante,ini salah mama saya..mama saya udah.." "Udahla sya,kita istirahat aja yuk.Kamu pasti kedinginan,kena hujan tadi.ya kan?" Potong Rina menarik Nesya keluar dari kamar ibunya.Nesya hanya menurut dan segera masuk ke kamar Rina.Dikamarnya yang sepetak itu,Nesya tidak bisa tidur.Gelisah memenuhi hati dan bantinnya.Sebentar geser sana geser sini. "Kamu kenapa sya?" Tanya Rina bangkit dari tidurrnya. "eng,,aku..aku gak nyaman Rin.Banyak nyamuk,udah gitu gerah lagi" "Itulah beda kamar aku sama kamu,kamar aku kan kecil,gak ada pentilasinya lagi,panas..semuanya deh" Jelas Rina melihat wanita sebelahnya itu melihat lihat keatas. "Kamu nyaman tidur disini?" Tanya Nesya mengangkat kedua pundakknya. "gak juga.ya mau gimana lagi? udah nasib begini.Syukurin aja lagi selagi kita masih hidup,kita harus menyukuri apa yang ada pada diri kita,sya.gak selamanya yang kita inginkan itu datang pada waktunya.Eh,aku jadi ceramah gini ya..hehe" Ucap Rina sadar akan pembicaraannya. "Kamu bilang syukuri apa yang ada.Jadi,ma..mata kam..kamuuu..gi gi maan..mana?apa kammu bersyu..syukur?" Tanya Nesya gugup.Rina menelan ludah mendengar pernyataan itu.Rina tak menyangka kalau NEsya akan bertanya begitu padanya.1 hal yang Rina tak pernah dia syukuri dan bahkan ia sesali adalah masalah pada matanya itu. "Kenapa diam?" Tanya Nesya lagi. "Enggak.kaget aja,kamu tanya itu ke aku" "Emang knapa?" "Ah,udah deh.Aku ngantuk.ngobrolnya besok aja ya Sya" Rina segera menutup seluruh tubuhnya dengan selembar selimut.Batinyya tergetar mendengar pernyataan itu.Alangkah terpukulnya Rina jika ada seseorang yang menyinggung tentang cacatnya itu. "Loh,Rina...Jawab dong.Iiih,,Rina gak seru..ya udah aku tidur juga ah" Nesya kembali membaringkan tubuhnya di semen beralaskan tikar tipis itu. * * * * * 'Seem likes everybody got a price,i wonder how the sleep at night....' Nada alarm Nesya berdering,pertanda pukul 06.30 Biasanya Nesya juga bangun jam segini. "Hoaaaaammmh..Udah pagi.bangun yok Rin..Rin..Rina.." Nesya melihat sekelilingnya.Tidak ada Rina disana. "Rin..Rin,kamu dimana?" Nesya beranjak dari tidurnya.Dibalik Pintu,Rina sudah bersiap siap untuk mengejutkan NEsya.Rina tertawa sendiri melihat kepanikan temannya itu. "Daaar...hahahahahhaha " Teriak Rina sambil tertawa garing. "Ih,kamu..maunya aja liat aku kaget ya..nih..rasain" Nesya mencubit lengan Rina. "Aaw..aww..apaan sih?sakit sya.." Rintih Rina memegang lengan kirinya itu. "Rasain! siapa suruh kerjain aku? weekk.." "Hahaa...enak tau,ngerjjain kamu..pish" "uuh,,sebel..eh,ibu kamu udah bangun Rin?" "Udah tuh,udah siap masak.kamu tuh,bangunnya kelamaan" Ledek Rina melirik ibunya yang ada di dapur. "Aku biasa loh bangun jam segini.." "Apaaa?" Mata Rina terbelalak "ia,,udah ah,aku mau mandi" "Mandi?masih dingin tau Baju kamu gimana? skarang kan kita kuliah pagi.." Rina mengingatkan teman lucunya itu. "oh ia,aku pulang aja ya.Dadaaa.." Nesya segera mengambil perkakasnya dan keluar melambaikan tangan pada Rina.Rina hanya tersenyum melihat kelakuan temannya itu.Segera Rina mempersiapkan kebutuhannya kuliahan dan berangkat secepatnya. Dilapangan basket,Rina melihat banyak temannya sedang ngumpul.Entah apa yang mereka bicarakan.Rina tak mau menghampiri mereka,takut akan mendapat hinaan yang biasanya ia dapatkan.Rina terus masuk menyusuri kompleks kuliahannya dan selalu menunduk. "hey.."Bray menepuk pundak Rina dari belakang. "oh,eh..kamu.." "Tumben datangnya lama" "ia,sekali kali kan tak apa.Eh,ada apa tadi di bawah rame-rame?" "oh,itu.Katanya ada salah satu teman kita hilang.Kabarnya sih di culik" "Apa?siapa dia?" "Nesya,teman cewe kamu itu loh" "Haaaah?kamu gak main main kan.Tadi dia masih ada dirumah aku,tau!" Rina kaget bukan kepalang. "Ah,masa?kamu mimpi kali..!" Rina mencoba mengingat kejadian yang tadi.Rina baru sadar,kalau Nesya meninggalkannya di saat pagi-pagi buta. "NEsya...!" Rina tak sadarkan diri.Teman-temannya segera menganggatnya ke ruang UKS dan merawatnya hingga ia membuka matanya kembali. "Nesya,..dia dimana?" Rina segera beranjak dan keluar dari ruang UKS. "Bray,tolong bantu aku nyari dia ya.dia gak boleh sampai kenapa-napa,bisa mampus aku" "tapi kita mau cari kemana,coba?" Tanya Bray keliru seperti ingin menolak permintaan Rina. "Kemana aja,pasti masih ada disekitar Jakarta " "Jakarta itu luas loh..kita mau cari sampai kapan?" "Gini aja deh.Kalau gak mau tinggal bilang gak,itu aja susah" "Bukannya gitu,Rin! tapi.." "Udahla,trimakasih "Potong Rina sembari meninggalkan Bray kesal. "Dasar cacat tak tau diri! maksa lagi!" Ketus Bray tak sadar kalau Rina masih ada di depan pintu UKS.Rina segera berbalik dan mengangkat kerah baju pemuda itu lancang. "Heh,aku memang cacat ya.Tapi kamu gak berhak bilang itu ke aku!" Rina mendorong Bray keras ke dinding UKS itu.Bray hanya bisa menelan ludah,tak menyangka kalau Rina bisa seberani ini menghajarnya. "Aku gak bil..biillaa..ng kam..kamu cacat kkookkk" Jawannya gagap. "Bulshit!" Rina menunjuk Bray kasar dan pergi meninggalkannya sendiri.Sejuta masalah memutar di otak Rina.Bagaimana Nesya,Apa maksud perkataan Bray,siapa yang akan menolong Nesya,dan masih banyak lagi.Rina tak habis fikir,teman yang tadinya bersamanya secepat itu menghilang tak tau dimana.Rina menyesal membiarkan Nesya pergi secepat itu tadi. "Huh,coba tadi aku gak biarin Nesya pergi! gak bakal begini jadinya!" Keluhnya berjalan menyusuri koridor kampus dan .. "Plakk! Dasar anak cacat! kau bujuk dengan apa putri ku sampai ia mau berteman denganmu?" Ibu Oshin,ibunya Nesya melayangkan tangan mulusnya di pipi Rina. "Apa maksud ibu?" Tanya Rina lancang. "gak usah blagu kamu! Smalam,kamu kan yang bujuk Nesya supaya tinggal dirumah kamu!" "Memang Nesya sendiri yang mau bu!" "Boohong kamu! dasar anak cacat tak tau diri! sekalilagi kamu bergaul dengan putriku,kau akan kehilangan matamu lagi! Ingat! "Apa? nesya bukannya dicu.." "Diculikk?? itu cuma akal-akalan saya saja.Supaya kamu disalahkan semua orang! Nesya sudah saya sekap dirumah" "Tapi bu" "Diam,sekali lagi kamu bergaul dengan Nesya.Mata kamu sasarannya!Camkan itu!" Apa yang dilakukan Rina pada Bray tadi,itu juga yang dilakukan ibu Oshin padanya. "Ya Tuhan,apa ini karma?" Jerit Rina menitikkan air matanya
Read more