Ads Header

Anda akan Membaca Cerpen, Coretan asal jadi,Foto-foto pribadi, Curahan Pikiran yang biasa-biasa saja dan pastinya anda tidak akan menemukan Cerpen Kelas Dunia...Masih nekat ingin membacanya? Silahkannnnn.......Jika berkenan Silahkan Komentar

Pages

Selasa, 11 September 2012

Cintaku tak sebuta mata ini II ;') oleh Sinta Sinaga pada 11 Mei 2012 pukul 17:33 · * * * * * “Ya Tuhan.. apakah aku memang tak pantas punya seorang teman? Setelah sekian lama aku memimpikan punya seseorang yang dekat dengan ku selain ibu akhirnya aku menemukannya. Tapi kenapa Tuhan? Hanya sebentar saja aku menikmati indahnya sebuah pertemanan. Setelah itu kau ambil lagi semua? Kenapa Tuhan, hanya karena aku orang yang tak punya dan cacat ini tak di perboleh kan untuk berteman?” Rina tenggelam dalam lamunan dan keluh kesah tentang kehidupan kejam yang sedang ia alami. Di tengah taman rahasia indah itu Rina memandangi sekitarya. Ia sangat iri akan pohon yang ada di sampingnya. Pohon itu sangat beruntung, ia mempunyai burung yang setia hinggap pada rantingnya. Pasti pohon itu bahagia karena setiap saat, ada yang menemani dan bernyayi untuknya. Bunga-bunga indah itu juga menarik perhatian Rina. Rina berandai-andai dapat menjadi sekuntum bunga. Bunga yang sempurna. Tumbuh indah tanpa cacat. Tumbuh untuk mewarnai segala yang hidup. Bunga itu memiliki kupu-kupu yang selalu hinggap di putiknya. Rina menoleh ke atas. Melihat matahari yang malu-malu sedang bersembunyi di balik awan. Dan, ia melihat burung sedang terbang memamerkan keceriaan nya bersama dengan kekasihnya. “Andai aku bisa hidup seperti mereka” ucap Rina dalam hati. “Hey! ” Tiba-tiba ada orang yang mengagetkan dirinya dengan menepuk bahunya ketika ia sedang asyik bermain dalam imajinasinya. Rina terkaget dan menoleh kebelakang. Namun, saat ia melihat kebelakang tidak ada orang. Dan ketika itu juga, Zo tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil tertawa. “astaga! Zo! Hah, bikin aku hampir mati aja ah” kata Rina kesal. “Hehehe. Baru segitu aja kok. Peace!” Zo mengancungkan ke dua jarinya. “huftt..” Rina Menunduk dan menarik nafasnya. Zo lalu duduk disamping Rina. “Kamu kenapa Rin?” tanya Zo heran “aku tidak kenapa-kenapa kok” Rina lalu tersenyum paksa di depan wajah Zo “Halah. Klo baik-baik aja kok dari tadi aku perhatiin aku melamuuun aja. untung aja ini duplikat surga. Jadinya gak ada setan yang bisa nyambet kamu.” Zo belum percaya akan omongan Rina “iya Zo. AKu gk papa kok. haha” Rina mencoba menutupi sejuta maslah yang sedang ia hadapi “Rin.. coba tatap mata aku” “iya. TErus?” Rina menatap mata Zo dengan pasti. “Aku lihat sesuatu di mata kamu” “umm, apaan?” Rina penasaran akan ucapan Zo. Ia terbawa suasana seakan Zo adalah peramal. “Ada cowok Keren sedang melihat mata kamu dan bersedia menjadi ember untuk menampung kesedihan kamu.” Zo tersenyum “Hah? Apa? ihhh” Rina lalu memalingkan wajahnya. “hahaha. Jangan terlalu serius dong Rina” “huuh, ia ia. Aku itu lagi banyak masalah tau!” “hahaha. Masalah apaan?” “udah ah. Temennya lagi sedih juga kok malah ketawa. huh” kesal Rina “Kamu kan lagi sedih, kalo aku ikutan sedih, siapa coba yang menghibur? ” “hmmm” “Cuma hmm doang? Mending gua cabut dah.” Zo berdiri dan memalingkan wajahnya “Hehe, jangan pulang dong” Rina menarik tangan Zo untuk duduk. “Iya-iya. Jadi masalah mu apaan?”zo kembali duduk di samping Rina “Gini, gua kesal banget sama hidup gua. Masa, karena latar belakang keluarga ku itu keluarga miskin tak punya trus akunya cacat, aku gak boleh berteman?. Padahalkan aku pengen banget punya teman.” “Oh gitu.. jadi cowok yang di samping mu ini bukan teman lo ya?” “eh, bukan-bukan. Maksud aku, aku pengen banget punya banyak temen kyk orang-orang. Sedih tau, ga punya temen, apalagi sahabat” “Rina coba dengerin cerita ku tentang kehidupan ku dengan sejuta teman. Dari dulu, aku punya banyak banget teman, sampai aku SMA. Sampai-sampai aku tidak bisa mengingat semua nama-nama mereka. Dulu, aku itu cowok favorite di Sekolah ku. Mulai dari SD. Ya, kata orang aku itu Keren, dan merupakan cowok sempurna bagi cwek.. Selain itu aku anak orang kaya dan berprestasi. Tapi sayangnya aku sombong karena segala yang ku punya itu. Aku punya banyak teman yang selalu ada di samping ku. Aku bahagia banget saat itu. Dapat bersenang-senang bersama teman. Tapi, tiba suatu saat, ketika ayah dan ibu ku meninggal saat pesawat yang digunakan saat mau ke Belanda jatuh, mereka para teman ku malah menjahui ku. Mungkin, mereka mengira aku sudah jatuh miskin. Karena sepeninggal orangtua ku, aku memutuskan untuk hidup sederhana dengan menjual segala harta yang di warisi untuk ku selain tanah. Aku menyimpan semua uang yang terkumpul di bank. Karena aku sadar, semua itu akan habis jika aku sia-siakan. lalu Aku tinggal di rumah kontrakan murah dan ke sekolah gak pake mobil lagi, tapi sepeda. Mereka semua jadi menghindar dan mulai mencaci ku. Setelah itu aku sadar. Bahwa aku hanya memerlukan satu teman dalam hidupku yang mau menerima segala keberadaan ku di banding memiliki sejuta teman yang hanya menerima ku di saat aku berada di atas. Yah, sejak itu aku memutuskan hidup sendiri dengan imajinasi ku. ” Zo menceritakan tentang kehidupan masa lalunya pada Rina “hmm, tapi, setelah itu kamu gak merasa kesepian?” “nggak. Aku punya kamera yang selalu menemani langkah ku. Dengan kamera ini, aku dapat menjalani hari ku sendiri. Kamera ini juga menjadi saksi hidup yang telah aku lewati. Dan karena kamera ini, aku tidak merasa kesepian. Tapi, emang kadang sih aku juga merasa kesepian. hehe” Seketika itu Rina terdiam dan mulai hanyut dalam imajinasinya. “Rina?” Zo menatap mata Rina “Eh, iya-iya. Mm, makasi ya Zo udah bikin aku sadar. hehe” “hahaha. Makanya Rin, kamu gak perlu sedih gitu. Suatu saat, pasti kamu nemuin teman yang benar-benar teman” ujar Zo meyakini Rina “emangnya ada teman yang bukan teman? Maksud ny apaan sih?” “ya elah. Berarti tadi kamu nggak nyimak cerita aku kan? huh” “aku nyimak kok. Tapi aku bingung aja dengan ‘teman yang benar-benar teman.’ Berarti ada dong ya, teman yang bukan benar-benar teman?” Rina bingung dengan ucapan Zo tadi. “iya Rina. Ada. Contohnya teman-teman masa lalu ku. mereka hanya mendekati dan akan menjahui kita. Teman yang benar-benar teman itu seseorang yang akan selalu ada di samping mu saat kamu sedih. Dan kadang bersembunyi di saat kamu terlena dalam kebahagiaan. Namun, ketika kamu kebali dalam kesedihan, dia dengan setia hadir dan menemani mu walau kau sering melupakannya disaat kau bahagia” Rina merenungi semua perkataan yang di ucapkan oleh Zo. Ia merekam segala bait dan setiap kata yang terucap dari mulut Zo. Ia lalu meminta maaf pada Tuhan. Karena ia selalu mengeluh. Bahkan, ia berterimakasih pada Tuhan telah menghadirkan Zo dalam hidupnya. Mungkin, Zo adalah teman yang benar-benar teman yang di hadiahkan Tuhan untuk nya. Ia berharap dalam heningnya. ***** Hari ini, Rina berencana akan menyicil utangnya pada Bray. Ia menaruh uang yg telah ia dan ibunya kumpulkan selama 6 bulan itu di sebuah amplop coklat. “Hai Bray!” Rina menyapa Bray yang sedang makan di kantin. “Eh, elo! Mau ngapaiN?” “Aku mau minta maaf soal yang kemaren.” Rina tidak ingin langsung membahas soal utangnya itu. “haha. Lupain aja dah. Namanya juga masa lalu! Santai aja neng” “hehe.” Rina masih berdiri di samping Bray yang tengah melahap nasi goreng di kantin kampusnya itu. “eh, duduk lu. Gua pesen makanan mau?” “eh, nggak usah. Ibuku udah nyiapin bekal ku kok.” Rina mengambil bekal yang disiapkan ibunda tercintanya. Ia meletakkan bekalnya itu di atas meja. Dan saat ia ingin mengeluarkan amplop itu …… “hahaha. Cacat… cacat. Kayak anak kecil aja.” “apa kamu bilang?” Rina kesal dengan omongan Bray yang lancang. Ia tidak menyangka kalau Bray akan selancang ini lagi. Hati Rina kembali tersinggung dengan kata ‘Cacat’ yang Bray lontarkan padanya. “tapi emang iya kan kayak anak-anak” dengan santainya Bray menjawab sambil memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya. “Bukan itu! Kamu emang gak punya hati ya! Aku pikir kamu itu orang baik. Tapi kamu ternyata orang yang gak punya hati!” Rina lalu memasukan kembali makanannya dan pergi dari tempat Bray. Niatnya yang tadinya ingin menyicil utangnya, ia tunda karena kesal dengan Bray. “eh,vRin.. Tunggu!” Bray lalu mengunyah cepat nasi gorengya dan mengejar Rina. “Rin.. Rin.. sori yang tadi” Bray mengejar Rina “udah ah. Aku emang gak pantas jadi teman kamu!” Rina melangkah cepat seakan ingin menghilang dari Bray. “aku nggak nyadar ngomong gitu Rina” Bray tetap menjelaskan tentang kesalahannya pada Rina. Bray sangat menyesali dengan sikap nya tadi. Ia tidak menyangka akan menyakiti hati Rina seperti ini. Wajar saja Bray seperti itu. Bray adalah tipikal cowok blak-blakan yang akan langsung mengatakan apa yang ada di pikiran dan Mata nya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi setelah ucapan yang keluar dari mulutnya itu. Meskipun ia seperti itu, tidak banyak orang yang membenci dirinya karena sikapnya. Teman-temannya sudah memaklumi sikap dari Bray. Selain itu, Bray adalah orang yang murah hati. Ia suka sekali menolong teman-temannya. “oh, aku kira kamu itu gak punya kesadaran” Rina terus berjalan cepat “Rina! Plis dengerin aku dulu!” Bray mengeraskan suaranya. Dan seketika itu juga orang-orang melihat mereka “uh, kamu ini malu-maluin aja” Rina lalu menarik tangan Bray dan membawa mereka pergi dari keramaian. Tiba di Balkon kampusnya mereka berhenti “Rina, plis maafin gua. Tadi gua gak bermaksud mau nyinggung lo. Gua emang lancang. Tapi jujur, gua gak bisa kendalikan diri gua kalo ngomong” “Tapi Bray, kamu pikir hati ku gak sakit di panggil cacat? Aku tau aku ini cacat. Tapi gak pantas kamu manggil aku kayak gitu. Aku juga manusia Bray!” Rina kembali menitikkan air matanya saat kumpulan embun mencair di matanya. “Sekali lagi gua minta maaf Rin! Gua bakal nyoba ngendalikan diri gua! Plis maafin gua!” Bray memeluk Rina yang hanyut dalam kesedihannya. * * * * * Saat memeluk Rina, Bray merasakan jantungnya berdebar tak menentu. Apalagi saat melihat Rina menangis karena dirinya, ia menjadi merasa sangat bersalah. Sejak tadi, pikirannya penuh dengan wajah cantik gadis itu. Suaranya, sayup terdengar jelas di hati Bray. “Ya Tuhan, jangan sampai aku jatuh Cinta Pada Rina” Di atas tempat tidur, ia gelisah. Bray tak bisa tidur karena terbayang terus akan Rina. Bray tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang selalu ia katakan ‘cacat’ itu akan mengisi penuh pikirannya. Lalu, ia menutup kedua bola matanya itu. Dengan sekuat tenaga, Bray mencoba mengusir bayangan gadis itu dari pikirannya yang kini sudah lelah ingin tidur. Tapi, usahanya itu gagal. Ia kembali membuka matanya. Bray tampaknya menyerah untuk menghilangkan bayang gadis itu. Karena tak tau lagi mau ngapain, ia memutuskan untuk membuka Laptopnya yang terletak di atas meja kaca di dekat tempat tidurnya itu. Gambar Spongebob dan Patrick yang sedang bertampang konyol yang menjadi wallpaper laptopnya itu sudah terlihat. 2 menit berlalu. Bray bengong tak tau mau di apakan laptop ini. Lalu, ia mencoba mencari sesuatu yang menarik di laptopnya. Start-My Computer-Brayiiey-MuSiC. Bray mencari lagu-lagu kesukaannya lalu menambahkan ke playlist. Ia memutarnya. Setelah itu? Ia kembali bengong. Sungguh memuakkan baginya. Tapi, ia kembali mengotak-atik isi laptopnya. Ah, bodohnya dia. Kenapa tidak dari tadi membuka ‘Google Chrome’?. Dasar pria aneh. Akhirnya Bray membuka Facebooknya. Lalu apa? Ia kembali muak melihat ratusan Inbox yg belum dibacanya. Ia tidak tertarik membuka semua pesan masuk di facebooknya itu. Palingan, dari cewek-cewek gaje. Wajar saja, Bray itu memiliki wajah yg menarik dan juga merupakan Pria idaman banyak wanita. Sikapnya yg stay cool dan tidak terlihat sok membuat setiap gadis yg melihatnya kelepek-kelepek. Belum lagi dengan kehebatannya memainkan bola basket yg membuatnya terkenal di kalangan mahasiswa di kampusnya itu. Wah, perfecto! Ratusan Notification menyemak di akun facebooknya. Bray mengabaikan Notification dan juga Inbox yg membengkak. Sudah lama ia tidak membuka jejaring sosial itu. Ya, pastinya akunnya itu sudah membusuk oleh pemberitahuan dan pesan yg rata-rata dari para gadis. ‘Rina’. Bray mengetikan nama itu di kotak Search Friends. Setelah itu apa? Buseeet dah! Ribuan akun dengan nama itu terjejer di depan mata Bray. Ia menelan ludah ketika menyadari nama Rina tak hanya satu di dunia. Rina kan nama pasaran. Lalu bagaimana? Gak mungkin Bray membuka satu-persatu akun itu untuk mendapatkan akun yg ia cari. Lagian, Bray gak tau nama panjang Rina. Dari pada boros waktu, mending ia mananyakan dulu tentang nama lengkap gadis itu.. haha * * * * * Ada Berbagai macam Cinta kasih di dunia ini. Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang tua, Cinta kepada KEluarga, Cinta kepada teman, Cinta kepada Sahabat, cinta kepada guru, dan cinta kepada lawan jenis. Itu adalah kata-kata yang selalu Rina ingat. Untuk hari ini dan juga beberapa hari kedepan, Rina tidak ke kampus karena libur. Libur adalah hal yang paling menyenangkan bagi Rina. Karena dapat menghabiskan banyak waktunya bersama ibu. Ibu yang ia cintai,sayangi dan yang ia kasihi. “selamat pagi bunda ku..” sapa Rina di pagi yang sangat cerah ini menghangatkan ibunya bagaikan matahari di timur sana yang siap menyebarkan sinarnya untuk dunia. “Pagi sayang” Ibu Rina terbangun dan melemparkan senyum manis untuk anak termanisnya. “gimana bu tidurnya? Nyenyak pastinya yah! Sampai-sampai sepertinya ibu telat bangun deh! hahaha” Rina mulai membuat candaan kepada ibunda tercintanya. “umm, ia nih. Haha. ibu lelah sekali semalam. Jadinya keenakan tidur deh!” “oh iya bu! ini Rina siapin makanan buat ibu. Ibu makannya di sini aja ya! ” Rina lalu memberikan Serapan untuk ibunya yang sudah ia siapkan sejak tadi. Sepiring nasi dan Selembar telor ceplok dan juga the manis menjadi menu spesial untuk ibunda tercintanya. “Wah sayang, makasih ya. Kamu memang anak ibu yang paliiiiing baik. hehe” ibu lalu menyuapkan sesendok nasi dengan robekan telor dadar ke mulutnya. “haha. iya dong. Anak paling baik untuk ibu terbaik” Rina tersenyum bahagia melihat ibunya senang. Setelah selesai makan, ibunya minum segelas the manis hangat yang menyegarkan paginya. “Gimana bu? sudah kenyangkah? haha” “Sudah dong syang. Kenyang banget malah. ” “Oya bu, Rina mau cerita sesuatu nih!” Rina mem Flash-back kejadian saat ia pertama kali melihat taman indah itu. “Cerita apa sayang? Cerita aja” Ibu Rina tampaknya senang sekali ingin mendengar curahan gadis kecilnya itu yang sudah dewasa. Hehe “Gini bu.. kemarin Rina di ajak temen ke taman. Teman Rina ini namanya Zo …” “Zo? Teman kamu cowok?” memotong cerita Rina “Ia bu. aduh, Rina Ceritain dulu ya bu. Zo itu emang cowok. Tapi dia baik kok. Zo gak apa-apain Rina. Nah, pas ngobrol gitu bu, Rina ngerasain sesuatu yang aneh. Dan sejak itu, setiap ketemu dengan Zo, jantung Rina berdebar kencang bu. Rina takut, apakah jantung Rina kambuh lagi?” “Hahahaha!” Ibu tertawa mendengar cerita dan pertannyaan gadis nya itu “ih ibu! Kok jadi ketawa sih? Ada yang lucu ya bu?” “iya sayang. Kamu itu lucu banget tau. Mungkin kamu naksir sama temen kamu itu. Bukan gejala penyakit kamu syang.” Ibu masih tertawa halus saat mengetahui anaknya sedang jatuh cinta. “Hah? Apa bu? Rina naksir sama Zo? Masa Sih?” Rina terkejut saat mendengar itu. “lah, mana ibu tau itu sayang. Kamu kan yang ngerasain. Coba deh, jelasin sejelas-jelasnya gimana perasaan kamu.” “Gini loh bu, Jantung Rina berdebar gak karuan kalo inget dia. Apalagi kalo ketemu gitu dengan Zo. Uh, kadang tangan Rina jadi dingin gitu bu. pkok nya perasaan ini aneh. Rina belum pernah ngerasain ini sebelumnya.” Rina menjelaskan serius tentang sesuatu yang baru saja ia rasakan. “oh. Ibu tau itu gejala apa!” “Gejala penyakit apa bu?” “haha. kamu lucu ah Sayang. Itu bukan penyakit” “lalu apa bu?” “Itu lebih parah dari penyakit. Sesuatu yang kamu rasakan ini tidak ada obatnya.” “apaan sih bu? jangan jadi tebak-tebakan dong” tanya Rina penasaran. “Itu namanya Cinta sayang. Suatu perasaan yang hanya bisa di obati oleh cinta juga.” "di dunia ini,cinta itu Ibu.gak ada orang yang cinta sama Rina.itu mustahil bu,Rina kan ca.." "Rina,cinta itu buta,namanya cinta itu terima apa adanya" "maksud ibu?" "orang yang mau menerimamu apa adanya,yang mengerti kamu,yang sungguh menyayangimu,itu baru namanya cinta" "itu kan Ibu,gak ada yang lain.." Ucap Rina memandang lekat-lekat mata ibunya itu. "siapa bilang,buktinya yang kamu bilang tadi.percayalah nak.kamu ini sudah dewasa,sudah wajar merasakan hal yang begitu" "maksud ibu apaan sih?" Rina semakin bingung belum mengerti atas perkataan ibunya itu" "husssssstt..kamu akan tau nanti.oke?sudah ya sayang,ibu mau berangkat kerja dulu.baik baik ya" Ibu kartika beranjak dan mengecup kening putri jelitanya yang lugu.dikejauhan Ibu kartika melambaikan tangan dan kemudian menghilang dibawa bus langganan mereka. "hufft..ibu,hati hati kerjanya.semoga hari ini dapat rezeki yang banyak" Ucap Rina seraya masuk ke istana kecilnya itu.Rina kembali muncul di depan rumahnya membawa Teh manis hangat duduk di tanah dekat taman kecil ibunya. Disana Rina mengambil sebatang lidi,mulai menarikan lidi diatas tanahnya itu.Perlahan lidi itu membentuk sebuah huruf,huruf,dan huruf lagi dan akhirnya membentuk nama ZO dan BRAY.Diantara nama itu ada nama Rina sendiri yang dikelilingi oleh gambar 'love'. "Aduuh,aduuh..aku kok jadi nulis ini ya?iih" Rina mengusap usap tanah itu dengan sandal jepitnya yang usang. "Dasar,masa kecil suram kamu,Rin" Bisik suara manja dari belakang yang ternyata adalah Nesya. "Nesya,kamu" Sentak Rina kembali mengingat kata-kata Ibu oshin ketika disekolah dengannya.Segera ia melompat berusaha menutupi garis garis tebal yang ada ditanah itu. "Kenapa kamu?kaget gitu,Eh,udah lama Rin,kita gak main.main yuk,temenin aku jalan-jalan" "Nggak,kamu..maaf sya,aku gak bisa" Rina segera masuk kedalam rumahnya dan membanting pintu keras.Rina ingat akan tulisan yang ada ditanah itu.Rina berusaha mengintip dari lubang kunci pintunya itu.Disana ia memperhatikan Nesya yang sedang asyik memutar matanya berusaha memahami makna dari tulisan itu.Nesya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu rumah Rina.Walaupun sebenarnya tak akan terlihat oleh Nesya,dengan lugunya Rina segera lari dan tak sengaja menendang piring yang ada di sampingnya. "Hahahahaha..Rina sayang,kamu ngintip yah.ye..ketahuan.ayo keluar" Tawa Nesya menggelegar membuat Rina semakin kaget bukan kepalang. "enggak,aku gak ngintip,aku gak sengaja liat kamu tadi diluar.eh,bukan,aku gak liat kamu kok" Sahutnya berusaha mengelak. "sama aja kali,ayo keluar deh atau,aku .." "Jangan jangan" Rina segera keluar takut kalau Nesya akan kasihtau hal itu pada zo dan Bray. "kamu lugu amat sih.iih,lucu tau" Nesya mencubit pipi Rina yang menunduk menahan malu. "Jadi,kamu udah tau semuanya,sya?" "Tau apa? " Tanya Nesya balik "Tau kalau aku dekat sama Zo dan Bray" "Apa? kamu dekat sama mereka berdua? Cie..cie..ada yang mulai ehem..ehem..nih" "Hah?Jadi tadi kamu gak tau arti tuilisan ditanah itu?" "Oh,jadi itu yang kamu tulis tadi.Aku tau sekarang.hahaha" "Jadi,kamu sama sekali gak tau arti tulisan tadi?" "Tau dong.kan barusan kamu yang kasih tau ke aku" "Aduh,kirain kamu tau.bego! bego!" Sesal Rina memukul jidatnya sendiri.Nesya tertawa sendiri melihat sikap temannya itu. "Aku masuk aja,ah.Maluu" Tambah Rina meraih pintunya. "Eits..no no no,kamu harus temenin aku jalan-jalan.kalau nggak," "Ia..iaa.tunggu bentar.aku ganti baju dulu" Sungut Rina memanyunkan bibirnya kesal.Sesaat Rina muncul menggunakan baju terbagus yang ia punya dan pergi bersama Nesya."Kita mau kemana,sya?""Maunya kemana?""Lah,kok nanya balik.sebenarnya kita mau kemana sih?" "Mmm.mmm kasihtau gak yaa?ahhahahhaha" Nesya tertawa renyah "Ye,kmana sih?" "KErumah aku" "Tapi""Tenang aja.mama aku gak ada dirumah kok.Lagi arisan sama temen-temennya.kamu aman kok" "Tapi,sya" "Udah diem ah!bawel kamu" Rina hanya tertunduk lesu.Nesya sama sekali gak tau ancamannya tante Oshin.Kalau sampe Rina main lagi sama Nesya,dia akan kehilangan satu-satunya harapan hidup.tapi disisi lain,dia tak mau menyakiti Nesya. "Nah,udah sampai.ayo turun" Ajak Nesya sembari membuka pintu mobilnya.Taunya Rina masih ngelamunin omongan Ibu Oshin kemarin. "Rin,Rina..husst" Panggilnya melambaikan tangan dihadapan wajah Rina. "eh,oh.ia sampe..aku turun ya" Ucap Rina dengan lugunya. "Sya," Panggil Rina lagi memegang pintu Mobil Nesya memberi pengertian kalau Rina gak tau cara bukain pintu mobil mewah itu. "Apaa?" "Aku ga tau bukanya gimana.hehe bantuin dong" Pinta Rina lugu.Nesya ngakak setengah mati. "Ye,jangan ngeledek dong.bukain" Ucap Rina ngeless.mukanya memerah malu.Akhirnya Nesya membukakan pintu dan membawa Rina masuk kedalam rumah hingga kamarnya Nesya,.Nesya langsung merebahkan diri di spring-bed pinknya itu.Rina ikut perlahan takut kalau nanti ranjang mahal itu rusak atau kotor karna kakinya. "Sya,tadi kamu bilang mau jalan-jalan.kok malah dirumah kamu sih?Malah ibu kamu gak tau lagi" Rina bersungut. "Loh,kan kita daritadi jalan-jalan" "Jalan-jalan apanya?" "Jalan jalan dirumah aku.hehe.udah ah.sekarang mendingan kita Online.Yokk capcuz" Nesya mengambil Laptopnya dan mulai membuka Facebook. "Rin,kamu tau gak ini apa?" Nesya bermaksud memberi penjelasan. "Nggak.yang kamu pegang ini aja,hanya tau namanya.Laptop,ia kan?" Tanya Rina sok gaul. "bukan Lap top tapi Lep-top.Nulisnya aja yang Lap-top.bacanya Lep-top" "iia,iaa.kamu liat apaan tuh,sya?" Rina semakin ingin tahu. "Oh,ini namanya Facebookk.bilangnya Fesbuk.Ini gunanya untuk cari cari teman.dari sini kita bisa punya banyak teman.dari yang gak kenal,jadi kenal.termasuk orang luar negri loh Rin" Jelas Nesya panjang lebar.Rina mengangguk sedikit paham. "Wah,canggih yah.cuma diliat begini dapat teman orang luar negeri.hebat" "Gak cuma diliat liat kali Rin.Lucu kamu.nih,kamu pasti belum punya facebook kan.nah,kamu harus punya tuh.sini aku daftarin.kamu kasih tau aku identitas kamu aja,yang lengkap.okk?" "Okke,boleh boleh" Rina mengacungkan jempolnya senang.Tahap demi tahap,cara dan tujuan penggunaan e-mail dan facebook Nesya terangkan dengan jelas pada Rina.Sambil berbagi informasi,Nesya membuat akun Fbnya Rina.sehingga jadilah aku Fb Rina Aqriebsta. "Ye,,,jadi.kamu udah bisa kan menggunakannya sendiri?" Tanya Nesya menunjuk profil Fb rina. "ya,aku coba deh.tapi kamu masih harus ngajarin aku" "Sipoke mbaak" Nesya mengacungkan jempolnya.perlahan namun pasti kedua sosok gadis remaja itu mulai terjun dalam jejaring sosial hingga akhirrnya membuat Rina menemukan gaya hidup baru. "Eh,sini deh.biar kamu add temen temen kita dikampus.mau kan?" Tanya nesya mengambil alih laptopnya. "Em...jangan sya" "kenapa?" "Mereka kan..em..aduh..pasti gak mau berteman sama aku deh.di kampus aja,semuanya pada jauhin aku" Rina tertunduk sedih dengan mata berkaca kaca. "ih,kamu kok pesimis gitu sih ngomongnya?udah deh..ini liat Fbnya Bray ,Braynditha Eka Putra skarang kamu add dong" mamandang ke arah profil Bray,ada senyum di pipinya.dengan cekatan ia arahkan tangannya ke kalimat 'tambah sebagai teman' yang ada dipojok kanan atas. "Wih,langsung senyum yaa..cie ciee.." Ledek Nesya "Aapaan sih..em Fbnya Zo ada gak?" Tanya Rina ingin tahu "Ada dong. masa orang populeer kayak dia gak punya fb.jadul amat sih,ni nih fbnya" Nesya mengetikkan nama Gilbert Joen. "Lah,namanya kan Zo,kok pake J ya?" tanya Rina lugu"Ya ela,namanya juga gaya,Rin.kamu juga boleh kok pake nama artis kalau kamu mau sih" "O gitu yaa.." Jawabnya Lugu.Nesya hanya tersenyum kecil melihat tingkah polosnya Rina.Maklumlah,baru pertama kali terjun di dunia maya.itu juga hebat,Rina sangat cepat menangkap instruksi dan ajaran yang dilontarkan nesya.Memang sudah diakui,Rina itu pintar dalam hal apapun. "eh,kita bisa liat apa aja disini?" tanya Rina lagi. "Kita bisa cari..""Nesya..sya..! mama pulang sayang.." Suara mama Nesya membuat jantung Rina berdetak tak karuan.Terbayang akan kata kemarin. "Rin,mamaku datang.ngumpet ngumpet" Nesya segera turun panik mencari tempat persembunyian. "Aku ngumpetnya dimana?" Rina bingung. "eeemm...dimanaa ya..eh,Rin sini sini" Nesya membukakan lemari,mendorong dan segera mengunci Rina didalam. "Iaa maa..bentar" Nesya segera membukakan pintu kamarnya menyambut mamanya gugup. "Anak mama.kamu kenapa gemetaran gitu?" Ibu oshin curiga. "gak kok ma.tadi Nesya sakit perut.abis dari kamar mandi.saking sakitnya jadi gemetaran.iaa gitu ma" "Oh,pantesan kamu lama bukanya.ini,mama tadi pulang dari arisan langusng kebutik,mama beliin baju buat kamu" Ibu oshin mengangkat tas belanjaannya. "Oh,mama baik deh.ya udah Ntar Nesya masukin ke lemari ya ma.udah deh,Nesya kebelet,mama keluar dulu yah" Nesya berusaha menutup pintu. "Loh,biar mama aja yang masukin,kamu kan lagi sakit" "Mati gue" Sentak batin Nesya "Gapapa kok ma.udah ya ma.nanti nesya turun deh" Nesya segera mengunci pintu kamarnya.Dengan penuh bingung Ibu oshin turun garuk garuk kepala. "Haaahh.." Nesya lega.Segera ia membukakan jendela kamar dan juga lemari pakaiannya. "Ayo cepat keluar" Gegas Nesya takut.Saat satu kaki Rina berhasil lolos keluar,mama Nesya teriak lagi. "Nesya,ini sandal jepit jelek punya siapa?" Terdengar suara hentakan kaki ibu oshin semakin dekat ke arah kamar Nesya. "Aduhh gawat.kamu masuk lagi cepat cepat" Kedua anak itu seperti tikus hampir digilas mobil saja.Bingung gak karuan.akhirnya Rina kembali masuk ke lemari. "Ada apa ma?" "Tu,ada sandal jepit di depan rumah kita.itu punya syapa??" tanya Ibu oshin curiga. "Oh,itu tadi Bi Yati pinjam sendal tetangga.sandalnya bi Yati ketinggalan.jadi blum dibalikin gitu mam" Jelas Nesya menebar senyum paksaan. "Kamu kok pucat gitu sih?Kenapa?" "apa?pucat..eh pucat ya ma?iia pucat.." "Kaenapa?" "Gak papa ma.aku cuma perlu istirahat aja.da mama" mama nesya kembali menuruni anak tangga rumahnya itu.Segera Rina keluar dari kamarnya Nesya.Dengan kaki telanjang Rina mengendap berusaha melewati taman depan rumah ibu oshin dan "aaaaaaaaaaa..." Teriak Rina yang hampir ditabrak mobil mewah hitam membuat ibu oshin melihat keluar.untungnya Teriakan itu hanya dianggap angin lalu saja oleh mamanya nesya. "Kamu ini kenapa sih?ngendap endap gak jelas.kamu maling ya?" Semprot seorang lelaki turun dari mobil itu "Maaf pak.maaf..saya buru buru.permisi pak" Ucap Rina santay melewati pria berkumis tebal itu. "Hey,kamu! sini kamu.udah salah,pergi gitu aja" Panggilnya Rina berbalik dan berjalan menuju pria itu "Ada apa pak.tolong pak,saya buru buru.maavin saya ya pak ya" "kamu..nama kamu siapa nak?" Tanya Pria itu lembut.Rina ternganga heran mendengar suara itu berubah lembut "Maavin saya pak.aku..aku Rina pak" "Rina..kamu.." "Kenapa pak?" potong Rina tau tampaknya Bapak itu mengamati sepasang mata bulatnya. "Mata kamuu..." Belum selesai bicara,Rina merasa tepukul tau akan apa yang ditanyakan bapak padanya.Rina segera berlarri kencang.Dia takut mendapat hinaan lagi. "Paaaaaaaaaarrr " Rina membanting pintu istana kecilnya,kemudian mengambil secarik kertas.ia mulai menarikan penanya lembut diatas kertas putih. "Kertas,hari ini aku galau.aku senang karena mendapat pelajaran baru dari Nesya,sahabat baikku.dia mengajari aku tentang facebook.Tau gak,kertas?yang bikin aku paling senang,aku bisa add Zo dan Bray.enak juga ya punya fb. Tapi kertas,aku sedih banget.aku hampir aja ketahuan sama mamanya Nesya yang kejam itu.trus,waktu aku nyelamatkan diri aku,aku ketemu sama seorang bapak.dia bentak-bentak aku,juga perhatiin mata aku.aku jadi malu,kertas.Galau kan" keasyikan menulis,akhirnya Rina memejamkan kedua matanya hingga akhirnya ibu pulang kerumah.Ibu Kartika yang menemukan putrinya tertidur di kamar tersenyum lebar.tak sengaja bundanya menemukan secarik kertas yang ditimpa oleh tangan Rina.Ibu kartika mengikuti kalimat demi kalimat dengan sanyuman.ia mulai sadar,kini putrinya itu telah dewasa.tapi siapa Zo dan Bray?apa mereka begitu penting dalam hidup putrinya itu? itulah yang ada dibenak Bu Kartika.Ibu kartika kembali meletakkan kertas itu diatas lengan Rina dan pergi ke ruang depan menghitung pendapatannya hari ini. * * * * * "Tin..tin..tin.." Klakson mobil mengagetkan Rina dan Ibunya. "siapa bu?" Tanya Rina dari dalam kamar yg sedang bersiap siap untuk sekolah. "Gak tau,nak.bentar ibu lihat dulu" Ibu kartika berjalan menuju halaman rumahnya. "eh,Ada NEsya,ada apa kemari nak?" tanya ibu kartika membuka pembicaraan "Mau jemput Rina,tante.berangkat sekolah bareng.Rinanya ada,tante?" "Oh.sebentar ya,Rin.." Panggil Ibu kartika masuk.Rina segera keluar membawa Amplop coklat yang berisi uang untuk membayar sebahagian hutangnya pada Bray. "Rina pamit bu.daaa" Rina melambaikan tangan kemudian menghilang bersama Nesya. "Sya.Aku duluan ya.mau ketemu Bray,ada penting" gegas Rina meninggalkan Nesya.Rina yang mondar mandir mencari Bray mendapat perhatian dari Zo. "Hei,kenapa gelisah gitu?" Sapa Zo menghampiri. "Ini,kamu liat Bray,gak?" "Oh,Bray.ada di perpustakaan.Kenapa?" "Aku ada perlu sama dia.makasih.hehe" Rina pergi begitu saja setelah mendapat informasi dimana Bray berada. "Eh,tunggu.bareng yuk.kebetulan aku juga mau ke perpustakaan.masih ada PR yang belum siap" Ajak Zo lugu.Rina hanya bisa tersipu malu mendapat senyuman dari Zo.Tepatnya di depan pintu perpustakaan Rina,Zo bertemu dengan Bray yang asyik membaca buku. "Hay!" Sapa Rina berhasil memindahkan pandangan Bray. "Ah,kamu rin.bikin kaget aja.kenapa,pagi pagi udah temuin aku?" Heran "Hemm..hehee.aku cuma mau ngasih amplop ini lagi ke kamu" Rina menyodorkan amplop coklat berisi cicilan hutangnya pada bray. "Sekarang?cepat amat tuh.dapat uang dari mana?" "Ye..sepele ya sama aku.aku nabung tau,ini juga dari gaji bundaku.tapi maaf,aku hanya bisa bayar segini,lain kali aku tambah lagi kok" Rina meyakinkan "oh,gak usah deh.ntar,kalo udah kekumpul semua,baru kamu kasih ke aku.yah" Tolak Bray mengembalikan amplopnya "Jangan,kamu harus terima ini,bray" "Nggak,aku bilang tunggu terkumpul semua" "Bray,tolong ambil" Rina terus menyodorkan amplop coklatnya "gak Rina.Simpan aja dulu" Hening "Ehm...udah bray,terima aja" Zo angkat bicara "Rin,emang jumlahnya berapa?" Tanya Bray sinis "Masih Rp 500.000" Rina tertunduk "Nah,itu masih sedikit.Setengah juga nggak.simpan aja deh.uang segitu buat apa" "Bray?" Rina menatap Bray tajam.ia sangat tertusuk oleh kata-kata Bray tadi.Bagi Rina Rp 500rb itu sangat berarti,tapi bagi Bray,tidak.Bray dapat membeli segalanya apa yang ia mau dan mungkin Rp 500.000 itu hanya secuil saja. "Lo kalau ngomong yang sopan ya.kalau gak mau terima,gak usah dihina" Ketus Zo menunjuk Bray.Rina masih hanya diam tertunduk. "Terserah,dia sendiri yang maksa kan.Uddah dibilang simpen aja,gak mau" Sahutnya Santai.Rina makin tertusuk hatinya.Kini ia bingbang,sebenarnya,untuk apa kemarin Bray menolongnya.Apa Bray ingin mendapat sesuatu dari Rina,apa Bantuan itu ikhlas.hah..Hanya Tuhan dan Bray sendiri yang tau. "Bray,sebenarnya Kamu Ikhlas bukan nolong aku?" Rina menatap mata Bray seakan berusaha mendapat jawaban.Sesaat Bray kaku mendengar pertanyaan itu. "Apa ada yang kau rencanakan padaku?" Bray tetap diam "Jawab aku bray.kamu sekarang,bukan Bray yang aku kenal" Ucap Rina dengan nada lirih. "Bukan urusanmu.Lagian salahmu sendiri.kenapa kamu bawa laki laki ini dihadapanku.tadi kalian cuma berdua kan." Jawab Bray melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. "Bray" teriak Rina terisak kemudian berlari kebelakang kampus,tempat tembok-tembok hitam tempat curhatnya itu berdiri kokoh.Zo hanya bisa mengikutinya pelan.Dihadapan tembok hitam itu Rina duduk menatap ke arah langit langit.Zo hanya bisa terdiam berusaha mengerti akan apa yang dirasakan Rina. "Hari ini,hatiku sedih,air mata jatuh di pipi..hari ini hatiku sedih,aku menangis lagi" Rina melantunkan irama merdu ungkapan isi hatinya itu.Sesaat Zo tercengang. "Gak nyangka,suara Rina emas banget" Ucap Zo pelan terus mendengar bunyi isi hatinya itu sampai selesai.Zo menghampiri dan duduk disamping Rina.mereka berdua tatap-tatapan. "Zo,kamu dari tadi disini?" Tanya Rina malu. "iia,aku dengar loh,suara kamu itu baguuus banget.Wih,baru kali ini aku dengar suara sebagus ini,Rin.hebat kamu" Puji Zo mengacungkan jempol.Rina terseyum tersipu malu. "Kamu berlebihan mujinya.hahahhaah" Gelak tawa mereka mengubah suasana hati Rina yang kelabu.memang inilah yang dirasakan Rina jika bersama dengan Zo.Serasa semua masalah hilang dibawa angin. "Rin" Zo mengambil tangan Rina lembut. 'dag dig dug jantungku' ucap rina dalam hati.Spontan,Rina berhasil dibuat gugup oleh Zo.wajahnya memerah malu.tangan Rina begitu dingin dikepalan Zo.Rina tak dapat menyembunyikan perasaan hatinya itu.sesekali Rina menghembuskan nafasnya berusaha menghilangkan kegugupannya. "kamu kenapa Rin?" Bray heran karna sikap rina berubah tiba-tiba "Gak ..gak tau Zo"Ucapnya polos "kamu punya penyakit asma?dari tadi kamu hembusin nafas kuatkuat" "Gak.hehe..aku juga gak tau kenapa,Zo" "kamu punya penyakit apa?biar aku antar pulang" Zo panik "Gak,gak punya penyakit apa-apa kok" "Jadi?" Tanya Zo semakin heran "Kata bunda..Aku..." "Rina..yah,dicariin kemana,taunya disini.beduaan lagi.aduh aduh" Sentak NEsya membuatku dan Zo kaget.Baru saja aku ingin bilang ke Zo tentang apa yg kurasakan.mungkin belum waktunya aku utarakan itu. "Sory sya,aku tadi main kabur aja" Rina seraya bangkit.Zo segera melepas kepalan itu.Ada rasa kesal di hati zo.kenapa Nesya muncul disaat momen spesial ini. "Kamu tau darimana aku disini?" Zo dan Rina menemui Nesya "Dari Bray.katanya kamu suka curhat gak jelas disini.betul ya?" "Bray?Oh,nggk kok.aku kesini cuma iseng aja" Aku agak heran "Oh,gituu ya.cuma iseng tapi sama Zo.cuiit..cuitt.." Ledek Nesya membuatku bertambah gugup.Zo hanya diam saja mengkikuti langkah mereka. "Apaan,sih sya.Ada ada aja deh" "Aalah,ada yang lagi kasmaran nih.ehemm" Tambah Nesya.Rina jadi semakin kaku jadinya. "Nesya,!" "Udah deh,mending aku...kabuuuurrrr" Nesya kemudian masuk mendahului Zo dan Rina.Rina tak berani berkutik.Ingin rasanya Zo membuka topik pembicaraan,tetapi ia juga gugup dalam hal ini sampai akhirnya masuk ruangan kampus mereka. "Aku.." Kata Rina dan Zo bersamaan. "Kamu duluan" Kata mereka lagi. "Aku..aduuhh" Rina gugup bukan main. "Aku duduk disini boleh?" Tanya Zo ragu. "Cie..ciee.." Nesya merangkul pundak Rina dari belakang,membuat suasana tambah kacau ala-ala keromantisan.Rina mengerdipkan sebelah matanya memberi kode pada Nesya. "idih,main kedip-kedip mata segala.aku juga bisa,nih nih" Balas Nesya pura pura lugu kemudian menirukan Rina.Zo hanya bisa tersenyum kemudian duduk disamping Rina.Jantung Rina dag dig dug tak menentu. Kesenangan Rina tiba-tiba pudar saat melihat Bray yang ada didepan pntu ruangan.Senyum kecilnya itu tak nampak lagi,seakan redup kabur bersama angin pagi.Rina menatap lekat-lekat Bray yang juga memperhatikannya dan Zo sejak tadi.Zo dan Nesya mengikuti arah pandangan rina hingga akhirnya menembus kedua bolamata Bray.Rasa yang tadinya gugup bercampur senang,kini kaku bagaikan es.Kembali Rina mengingat kejadian tadi.kejadian yang membuat hatinya pilu,hingga akhirnya meneteskn mutiara bening.Rina bangkit dari kursinya dan menatap lekat kedua bolamata Bray.Sesaat Indra penglihat itu berkaca-kaca ingin menitikkkan mutiara itu lagi untukknya. "Rin,ikut aku" zo menarik tangan kanan Rina lembut,berusaha mengalihkan pandangan Rina dari Bray.Rina hanya ikut saja,tetapi mata itu tak dapat pindah tujuannyaa.didepan pintu,dimana Bray berdiri,Langkah mereka terhenti.ternyata Bray meraih jari lentiknya Rina.Rina tak tau apa maksud Bray melakukan ini padanya.Baru tadi pagi Bray membentaknya kejam,sekarang,ia mendapat perlakuan selembut ini.apa maksudnya? kalimat ini berputar mengelilingi ottak Rina. "kamu mau apakan Rina lagi hah?kurang puas apa,hina dia terus?dasar cowo bego!" Bentak Zo tak sopan meraih jari jemari Rina. "Aku gak biarin kamu sakitin dia lagi!" Tambah Zo.Bray hanya terdiam menatap lekat-lekat kedua mata Rina. "zo,biarin aku pergi bersamanya" pinta Rina lirih.Zo kaget mendengar pernyataan Rina itu. 'apa Rina tak ingat kejadian tadi?' fikir Zo dalam hati.Zo menuruti permintaanya,melepas kedua tangan lembut itu pergi bersama Bray.Rina mengikuti langkah kaki itu,langkah kaki bray sendiri.Rina tau,Bray akan membawanya kembali ke tembok hitam itu lagi. "Aku tau kamu itu buta" Bray memecah keheningan. 'kalimat pertama saja,sudah buatku sakit hati' jerit Rina dalam hati. "Kamu memang buta dalam hal fisik" Lanjutnya.Rina hanya terdiam "Tapi kamu kan tidak buta segalanya,apa kamu tak tau.." Bray tak melanjutkan pembicarannnya.Rina tetap diam. "Kenapa kamu diam saja?Jawab aku,Rin" Bray ngotot.Rina tetap saja terdiam. "Rin.." "Rina!" Bray mengangkat dagu Rina perlahan,hingga kedua bola mata mereka bertemu lagi.Rina berusaha menunduk,tapi tak bisa,karena tangan itu menahan dagunya. "Rina..jawab aku" Pinta Bray dengan nada halus. "emmmm..." Suara rina begitu lirih "Rina,kau memang buta dalam hal fisik,tapi kau pasti tak buta soal perasaan kan?" "Ia,..aku buta!aku buta! puas kamu?" Bentak Rina sedih mengalihkan pandangannya sinis "Rina,aku ingin bilang suatu hal ke kamu" "bilang saja.selagi kamu bisa bicara.aku tak melarang" "Rin,aku serius.." "Aku juga,kenapa?mau bilang aku buta lagi?hah?tak puas kamu menyakiti aku tadi?" "rina.." "Aku memang buta win,buta dalam segala hal,hanya 1 yang tak bisa kau hina dan tak dapat kau mengerti dalam hidup orang cacat sepertiku" "Rina,aku tak suka mendengar omonganmu itu" "itu kan,kamu sama sekali gak ngerti aku ngomong apa.aku pergi saja" Rina melangkahkan kakinya,Bray segera menarik tangan Rina dan akhirnya jatuh dipelukan Bray.Jantung itu kembali berdegup kencang.gugup dalam pelukan Bray. "Rin,kamu gak tau apa yang aku rasakan saat ini" "Lepaskan aku!aku ini orang cacat yang tak pantas berteman dengan orang sombong sepetimu" Rina berusaha lari dari dekapan itu. "Rin,ini tentang perasaan,aku yakin kamu peka dan tau isi hatiku ini" Lagi lagi Bray memeluk Rina semakin erat. "Bray,lepasiiiinn" Teriak Rina membuat Zo yang dari tadi membuntuti mereka berlari mendapatkan Rina. "Puukkk" Tumbukan keras melayang dipipi Bray."Apa apaan Lo?berbuat sekasar ini sama cewe" Bentak Zo.Rina hanya berlindung dibelakang Zo,penuh rasa takut.takut kalau tadi Bray akan melakukan hal bejat padanya. "Kenapa?gak suka?hah?" Tantang Bray "Bray,kita udah berteman sejak lama,kamu yang dulu bukan kamu yang sekarang" Jelas Zo heran "Ya ialah,ini semua karna lo!puukk" Bray membalas pukulan itu.Rina terpelanting,menutup mata tak mau melihat kejadian itu. "Rina.." Ucap mereka bersamaan dan berlari mendapatkan Rina.Rina yang sedang terisak sedih hanya bisa meringkuk dan sama sekali tak mau mendengar bbujuk rayu mereka. "ini gara-gara lo,coba tadi lo gak maksain kehendak lo ke dia,gak bakal gini jadinya kan" Tuduh Zo ajak ribut lagi.Bray seakan mengerti apa yg Rina rasakan,ia tak peduli atas perkataan Zo barusan,ia hanya menatapi Rina pilu dan menyesalai apa yang telah diperbuatnya tadi.Padahal sebenarnya tadi Bray hanya ingin mengutarakan perasaannya pada wanita cantiknya itu. "Rin,maaffin gue,gue tau gue salah,tapi.." "Udah lo diam aja!" Potong Zo kasar Tak lama Nesya muncul dan berlari mendapatkan mereka bertiga. "Zo,Bray,Rina kenapa?" Nesya panik.segera ia bantu berdiri sahabatnya itu,dan memeluknya erat.Rina tetap menutupi kedua matanya,terus menangis. Tak ingin masalah jadi tambah rumit,Bray pergi begitu saja,tak mau menjelaskan apa yang sudah terjadi.Zo betul betuul memendam amarah kebenciannya pada Bray.orang yang sudah lama berteman dengannya,kini jadi musuh bebuyutan bagi Zo,hanya karna 1 alasan,karena Rina seorang. "Zo,Rina kenapa?" Tanya Nesya lagi "Nanti aja dijelasinnya,skarang mendiing kamu bawa Rina kekantin,aja dia makan,kali aja bisa terhibur" Bisik Zo dan melangkah mendahului mereka pergi.Nesya hanya mengangguk dan merangkul rina menuju kantin. ***** "Kamu mau makan apa rin?" Tanya nesya menunjuk pada menu makanan.Rina menggeleng masih terisak. "Aku pesan nasi goreng aja yah.." Nesya memanggil pelayan kantin,memesan makanan untuk mereka berdua. "Dimakan dong Rin,kalo diliat-liat gak bakal habis..ayoo" Bujuk Nesya meletakkan garpu dan sendok ke tangan Rina. "Trimakasih,sya" Ucapnya lirih.perlahan,seperti tak selera makan,rina menelan nasi gorenng itu.walau berat lewat dari kerongkongan Rina,ia berusaha menghargai pemberian Nesya,lagian,belum tentu ia bisa makan nasi goreng sekali sebulan. "Rin,apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Nesya sesudah melahap habis nasi gorengnya.Rina tertunduk dan menangis lagi. "Rin,maaf.maafin aku..kalo kamu gak mau cerita gakpapa kok" Nesya menyodorkan tishu. "tadi itu...Bray,mau buat jahat sama aku,Sya" Rina akhirnya cerita ditemani tetesan air mata. "Buat jahat gimana maksud kamu?" "Dia...dia mau..." "Mau apa sih Rin?" "Dia mau mamfaatin aku,dia mau hancurin hidup aku sya" "Apa?emang apa yang dia lakuin?" "Dia hamppir aja merenggut semua milikku,tadi aja dia peluk aku sampai aku tak bisa bernafas,dan mengangkat daguku.dia mau berbuat yang tidak tidak padaku rin" Jelas Rina kesal memutar otaknya pada tembok hitam itu. "Tak mungkin Bray berbuat begitu padamu rin,kamu salah paham kalii.bray itu baiikk banget orangnya" "Kok kamu malah bela dia sih?" "bukan ngebela,emang dia bilang apa kekamu rin?" "Katanya,dia mau ngomong tentang perasaan sama aku" "Trus?" "Ya gitu,dia juga bilang walau aku buta,tapi aku mengerti perasaannya,padahal aku sama sekali tak tau apa yang ia katakan itu" "Lalu?" "aku marah padanya dan berusaha meninggalkannya,lalu dia memelukku begitu erat" "Jadi?" "Nesya,aku seriuuss!" "Hahahhahahahhahahaha" Gelak tawa Nesya mengagetkan semua orang yang ada di kantin itu.Aku sedikit geli mendengarnya. "Kok tertawa?" Bisikku malu "Kamu itu polos amat sih,Rinnn..." Nesya mengernyitkan dahi. "Polos apa maksudmu?" "kamu tau gak maksud perkataan Bray tadi?" "Nggak" Rina menggeleng "Dia itu,mau bilang perasaan dia sbenarnya kekamu,Rina sayang" "Perasaan bagaimana maksudmu?" "ya...dia...dia mungkin cinta padamu?" "Apa?" Sentak Rina kaget bukan kepalang "iiia,wajar dia tak mau kamu tinggalin..aduh rina,dia itu bukannya macam-macam padamu,dia itu ingin jujur tentang perasannya" "Kamu gak main-main kan sya?" Rina tak percaya "Ya nggaklah,dia itu pasti menyukaimu.." "Apa ada orang yang suka pada orang cacat sepertiku?" "Ssssssssssst....jangan ngomong begitu" Nesya meletakkan telunjukknya pada bibir rina. "Ya,emang gak mungkin kan sya" "Kenapa gak mungkin?semua orang itu berhak mencintai dan dicintai.tak peduli siapa pun dia,bagaimana dia..cinta dapat mengubah dan mengalahkan segalanya Rina" Tutur Nesya meyakinkan. "ah,aku gak percaya bray suka sama aku,pokoknya gak percaya" "ih,ini anak dibilangin bandel amat sih?" Nesya seraya tertawa "Sya," "iia..?" "Kamu nggak lagi mainin aku kan?" "Mainin gimana maksudmu?" "Kamu gak sekedar hanya buat aku senang kan?" Rina curiga karna dari tadi Nesya hanya tertawa saja. "Ya nggakla,ngapain coba,aku lakuin itu?gak ada untungnya tau..ginideh,skarang,perasaaan kamu ke Bray,gimana?" "Em,.." "Kamu suka kan sama dia,buktinya kemarin kamu tulis-tulis nama dia di tanah" "Gaak..aku hanya anggap dia sahabat,gak lebih" sentak rina keras "Alah,sahabat apa sahabat?cerita aja kenapa Rin?aku kan juga sahabat kamu" Ledek Nesya "Sahabat..ih,kamu ini ngomong apa sih..aku tinggal ah.."Rina mengambil tas kuliahnya dan melangkah pergi.Nesya hanya cengar cengir ikut dari belakang.bukannya kesal,tapi Rina malu ditanya tentang hal itu padanya.itu salah satu hal yang haram baginya,karena dia juga baru mengerti apa itu cinta. "Rin..tunggu..kamu gak mau pulang bareng aku?" "nggak.." "Rina..." Nesya berusaha mempercepat langkahnya. "Aku pulang senidiri aja" "Rin...jangan gitu dong,rinn.." Nesya meraih tangan sahabatnya itu "apa lagi?" "Pulangnya..aku antar..bareng,,yah..bareng aku ya" Ajak NEsya sedikit takut.tanpa menunggu jawaban dari rina,nesya langsung saja membawanya masuk ke dalam mobil dan pulang bersama nesya. ***** "Aku masuk dulu yah..dahh" Rina melambaikan tangannya dan menuju teras rumah rina.kagetnya Rina mendapati Bray yang sudah tidur dikursi pendek depan rumahnya.Rina ingin sekali membawanya masuk,namun otaknya kembali mengingat kejadian dikampus tadi.pelan-pelan rina membuka pintunya menghindar dari bray.namun saat rina melangkahkan kaki masuk ke rumahnya,jemari lentiknya segera dijerat genggaman Bray.Gegas Rina berusaha masuk tapi apa daya,Bray segera menutup pintu rumah rina dan membawanya keluar. "Bray,lepasin!" Bentak Rina kasar "Gak,..gak bakal aku lepasin sebelum kamu dengerin penjelasan aku" "udahla bray,aku udah tau sebenarnya""Apa yang kamu dengar itu belum tentu benar rin..plis,sebentar aja" Semakin kuat Bray menggenggam tangan gadis cantik itu. "Lepasin bray,.." Rina semakin memaksa seakan tak mau mendengar penjelasan bray.tangan yang satu ia usahakan untuk membuka pintu,berusaha masuk dan akhirnya mereka berdua juga yang masuk bersamaan."Aku minta kamu keluar" "Rin.." "Keluar ! skarang" "Rina,aku gak akan keluar sebelum kamu dengerin apa kata aku" "Keluar bray,aku mohon" Rina memohon lembut. "Aku akan keluar setelah aku jelasin semuanya ke kamu" "Bray,keluar aku bilang" Rina mendorong bray keras sampai akhirnya berhasil keluar,namun yang tak diharapkan,ibunya ikut terpelanting. "Ibu.." Rina segera menolong ibunya. "maaf bu,rina gak sengaja" Rina memopong ibunya masuk "Gak papa,siapa dia nak?" Ibu kartika mengalihkan pandanggannya pada bray.bray segera menghampiri dan menyalam bundanya Rina hormat. "Bray tante" Katanya memperkenalkan diri.rina hanya bisa memanyunkan bibirnya kesal atas sikap bray yang cari perhatian pada ibunya, "Ada apa kalian kok ribut-ribut?kalian hanya berdua?sudah lama disini?" tanya ibu kartika panik.wajar saja ibunya panik,heran karna anak gadisnya itu bersama seorang lelaki dirumahnya sendiri. "Nggak papa kok bunda" "nak bray,sini,dekat ibu..kamu ini temannya rina ya?" ajak bu kartika bermaksud baik. "bukan tante.." Rina segera melirik bray, 'dia kan temanku,kok ngakunya nggak' fikir rina "jadi,kok ada disini?nampaknya akrab sekali dengan rina" Ibu kartika heran "ya,memang akrab bu..namanya juga.." "Juga sahabat..ia ,sahabat bu" potong rina takut,bray mengatakan yang tidak tidak "nggak sahabat juga kok tante" Bray mengelak memberi perlawanan hati pada rina.rina semakin dag dig dug dibuatnya, "teman bukan,sahabat nggak,..jadi kamu siapanya?" tanya bu kartika lagi "Teman,bundaaaa" jawab rina "Bukan tante,tapi saya..caloon mantunya tante..ya saya pacarnya rina..ya ..pacarnya rina tante" Bray menebar senyum. "Hah?" Rina menganga kaget mendengar ucapan bray. "Ah,kamu rin..gak cerita sama bundamu ini,toh.." Ledek bu kartika memanas-manasi.Rina semakin gugup saja,menelan ludah,pucat tak tau apa yang harus ia katakan. "Kapan jadinya?" "Udah lama tante,emang Rina gak pernah cerita ya sama tante?" "Gak tuh.wah..kalian berdua memang cocok,nak..Rina gak salah pilih" Ibu kartika nyengir "Bunda..kami itu gak.." "Jaga Rina baik-baik ya Bray.kalau di kampus,tante titip rina ke kamu" "Bunda" Rina kesal sendiri "Oke tante" "Kalau gitu,Bray pamit dulu ya tante,cuma mau antar Rina pulang aja.permisi tante" "ia..sering sering kesini ya nak" Balas Ibu kartika mengantar bray sampai ke depan rumahnya hingga tak terlihat lagi bayangan bray dihalaman rumah mereka. "Bunda,dia itu bukan pacarnya Rina..bunda tau gak,tadi dia mau ngapain rina?" Ajak rina masuk memberi penjelasan, "Lah,dia sendiri yang ngomong sama bunda,jangan ngotot sama bunda dong sayang" "Tapi bunda..""sudahlah,bunda mau masak makan malam nanti,kamu belajar sonoh,siapin materi kuliah besok.ingat,kamu harus rajin biar dapat beasiswa lagi,jangan karna paccaran,urusan kuliah jadi nomor dua ya rin" Pesan ibu kartika masuk menuju dapur.Rina diam,meringkuk memanyunkan bibirnya kesal. ***** Berangkat kuliah lagi,kuliah lagi,kapan liburnya sih? sungut Rina pada mentari yang menyuruhnya bangun lebih awal hari itu,karna banyak Job yg harus ia kerjakan nanti.disela sela kesibukannya,ia lupa hari ini tanggal berapa. 'bego amat sih,tanggal aja bisa lupa' kesalnya pada dirinya sendiri sembari memasukkan buku bukunya. "Rin,..rina..makan dulu sini" Ajak ibunya teriak dari dapur.rina meninggalkan keperluan kuliahnya melangkah menuju dapur.hidangan sedap sederhana tersusun rapi diatas meja kayu milik sekeluarga itu. "Tumben bunda masak begini banyaak,baru dapat THR dadakan ya bu?" Tanya Rina senang "Yah,bukan THR dadakan,tapi kejutan spesial buat putri bunda" Rina mengernyitkan dahi. "kamu tau gak,hari ini hari apa?" "Sabtu" "Tanggal?" Tanya ibu lagi "Nah, itu dia yang rina lupa bu" Rina mengalihkan pandangannya pada kalender yang bergantung menghiasi dinding papan rumahnya. "Hahahahha.." tawa Ibu kartika keras "Lah,knapa tertawa bu?" "Kamu tau,atau pura-pura gak tau?" Ibu kartika sok gaul "Hari ini,sabtu tanggal 1 April" "Jadi,?" Tanya Rina masih tidak mengerti "Aduh,Lemot lagi kamu yah," Ibu kartika makin gaul omongnya "Bunda apaan sih?" "Coba kamu buka kotak itu" Ibu kartika mengarahkan pandangannya pada kotak mewah yang turut menghiasi meja makan itu.perlahan,ia membuka pita hias kotak itu,dilipatnya rapih dan akhirnya membuka kotak mewah itu. "Bunda,aku baru ingat.hahaha...bunda,makasih..aku sayang bunda" Rina kembali meletakkan isi kotak mewah itu yang ternyata kue tart kecil bertuliskan 'selamat ulang tahun rina sayang' dan diatasnya berdiri angka 20. "Bunda,,kok bisa ingat sampai kesini ?aku aja lupa" Rina ,menciumi ibunya "Ya,masa orangtua lupa sama ultah anaknya..yah,maaf,,ibu hanya bisa kasih doa dan kue ini buat kamu" "Bunda,ini tuh lebih dari segalanya buat rrina..cuma bunda yang rina sayang,,makasih bunda,kue ini kado terindah yang pernah ada" Rina menitikkan air mata terharu akan kejutan ibunya. "Slamat ulang tahun ya sayang,semoga diusia yang 20 ini,kamu jadi tambah dewasa,anak yang semakin baik,dan menjadi apa yang bunda inginkan" Rina mengangguk paham,ditiupnya lilin angka 20 itu,dipotong dan kemudian diberi sesuap pada bunda tercinta itu. "eh,kamu gak brangkat kuliah?ntar telat loh,nanti kita rayain lagi dirumah"Rina mengangguk memenuhi perintah bundanya,diliriknya keluar ada mobil Apv siLver parkir didepan rumahnya, "nesya udah nunggu" ucapnya dan segera bergegas pamit menutup pintu.Spontan rina masuk kedalam mobil tanpa memandang pengemudinya. "Jalan sya" ucapnya sambil menutup pintu mobil. "Ehemm" Suara parau pria yang ternyata Bray mengejutkannya.dialihkannya pandangannya segera mempelototi Bray "kamu,..aku mau turun" Gegasnya panik membuka pintu. "buka aja kalau bisa" Rupanya Bray sudah mengunci pintu mobilnya itu "Bray,aku mau turun,aku gk mau brangkatt bareng kamu,menyebalkan" Rina memukul mukul pintu mobil mewah itu, "Eits..nanti rusak loh,kalau gak mau berangkat bareng aku,kenapa masuk?" "Aku kirain tadi mobilnya Nesya," "Masa kamu g bisa bedain?" "Ya soalnya warnanya sama" "Hahha..kalau aku tadi mau culik kamu,gimana?" Ledek Bray tertawa keras "Bray,turunin.." "Turunin pake apa?disini gk ada ember plus katrolnya kayak yg disumur-sumur,hehe" "Bray!" Ucap rina kasar "Gak mau." mulai menghidupkan mobilnya "Bray,aku gk mau brangkat bareng kamu" "Y udah,turun aja" Bray menjalankan mobilnya.Rina tak bisa berkataa apa apa,dia tak mungkin turun,itu sama saja mencelakakan dirinya sendiri.seperti biasa,jika sudah kesal,rina akan bermain dengan bibirnya sendiri. "Rin..kamu marah ya,,y udah,marah aja" haha,Bray berusaha memecah keheningan. "Rina.." Ledeknya lagi.rina tetap diam "kamu kalau manyun gitu,makin cantik deh" "rin..jangan diamin aku gini dong,aku cuma buat kasih kejutan aja ke kamu,skarang kan ultahnya kamu" Rina mulai terpancing,sesekali memandang Bray heran,tapi masih saja diam "Rina..nanti siang,makan bareng aku ya" "Rina..nanti kita makannya ke Resto bintang Lima,tenang aja,aku yang bayarin,pasti kamu blum pernah makan di resto bintang lima kan?nah,kamu harus coba,tuh" Tetap diam. "Rina..dari tadi gak respon aku," Diam. "Rin,aku punya kado loh,untuk kamu.." "Apaaan?" spontan rina terkejut "Haha,kalau kado aja,kamu langsung nyahut..makanya ntar makan siang bareng aku ya,hehe,ada syaratnya loh" bray memmerkan giginya yang rapi putih itu, "Ia deh,aku mau" balasnya kembali memanyunkan bibirr sesampainya dikampus,tampak Nesya dan Zo duduk bersampingan menunggu Rina. "Nesya,kamu kok gak jemput aku sih?" Rina heran kemudian mellirik Zo "AKku sengaja rin,lagian aku tdi perginya bareng Zo,jadi kamu sama Bray aja deh" "Oh ya,happy birthay my best," ucap nesya memeluk sahabatnya itu erat.mereka baahagia bersama,namun saat mereka ber4 menikmati kebahagiaan dari Rina,Ibu Oshin datang merusak suasana. "Oh,gini ya kelakuan kamu,Sya.udah brapa kali mama bilang,jangan dekat dekat sama orang kampung begini." "Mamah,ngap..nggaapain ke sin..sini?" tanya NEsya takut. "Emang ada yang larang kalau mama mau ke kampus kamu?masih untung mama mau bawain tugas kamu yang ketinggalan,masa kamu lupa sama tugas kamu ini,tapi sama ultahnya anak kampung ini,kamu g lupa kan??" tanya ibu oshin kasar.Rina hanya menunduk "Tap..tapi mah," "Udah,heh,kamu..anak kampung,udah brapa kali saya bilang jangan coba-coba dekat saama anak saya,ngaca dong,kamu itu siapa?" Labrak ibu Oshin "Mamah,apa apaan sih?rina itu teman nesya mah,mama gakberhak ngomong gitu" "Nesya,kamu berani ya bantah mama" "Mama yang keterlaluan" "Udah,udah..maafin rina tante,ini semua salah rina.karna rina bergaul sama anak kampung seperti saya,rina jadi lupa sama kuliah.maafin rina tante,jangan marahin nesya" potong rina seraya berlutut dihadapan Ibu Oshin. "Diam kamu,makanya jangan bergaul sama anak saya yah,huh" Mendorong rina berbalik pergi. "Rin,maafin ..maafin mama aku,.." Nesya membantu sahabatnya berdiri.terisak Rina berlari,lagi lagi menuju tembok hitam itu. "Tuhan,ini hari ulang tahunku,kkenapa aku harus menangis laggi,apa aku tak bisa hidup jika tanpa derai air mata?" ke3 temannnya itu memperhatikannya haru. "Rina.." Nesya berlari dan mendekap sahabatnya itu. "Maaf,sya,,lebih baik,kamu jauhin aku ,aku ini anak kampung,gak pantas bergaul sama anak orang kaya sepertimu" rina menjauh. "Tapi,rin..kamu teman aku" "Tidak,..aku tak punya teman,dan sampai kapanpun aku tak pantas punya teman,aku buta,harusnya aku sadar,kalau aku ini buta,tak bisa membedakan mana yang harus bergaul dengan ku" "Rina" "Tidak sya,aku gak mau aku jadi sumber perkelahian antara kamu dan ibumu" "Bukan gitu..tap" "Sya,aku mau sendiri,.Zo ,Bray,tinggalin aku" pintanya melihat ke3 sahabatnya itu. -tunggu part 3 nya yah- ;)

0 komentar:

Posting Komentar