Ads Header

Anda akan Membaca Cerpen, Coretan asal jadi,Foto-foto pribadi, Curahan Pikiran yang biasa-biasa saja dan pastinya anda tidak akan menemukan Cerpen Kelas Dunia...Masih nekat ingin membacanya? Silahkannnnn.......Jika berkenan Silahkan Komentar

Pages

Selasa, 11 September 2012

Cintaku tak sebuta mata ini ;') oleh Sinta Sinaga pada 11 Mei 2012 pukul 17:21 · Banyak orang bilang kalau CINTA itu BUTA.Buta dalam artian terima 'apa adanya'.Buta dalam artian tak memandang siapa dirinya,bagaimana dia.Buta dalam artian tak mengenal usia,wajah,pendidikan,status,kekayaan,ras dan masih banyak lagi.Tapi ternyata ada orang yang sama sekali tak mengenal apa itu cinta .Seperti orang cacat,TUNANETRA. Siapa yang mau punya teman hidup yang tunanetra? Jarang sekali pastinya.Itukah arti cinta yang sebenarnya? Benarkah kalau cinta itu buta,sehingga banyak orang yang dibutakan oleh cinta??? Simak kisah berikut ini...Cinta seorang gadis TUNANETRA..yang buta sesungguhnya dan awalnya sama sekali buta dan tak mengenal apa itu cinta,, Rina Aqriebsta,seorang wanita yang menderita cacat pada matanya.Salah satu matanya tidak berfungsi lagi karna jatuh dari gendongan ibunya ketika ia berumur 2 stengah tahun.Kini Rina harus hidup dengan 1 matanya untuk mencari jati dirinya dan menggapai impian.Kini usianya sudah 18 tahun. Rina tumbuh menjadi sosok gadis cantik,ramah,sopan dan berprestasi.Telah banyak beasiswa yang berhasil didapatnya karna kepintarannya itu.Namun sayang,terkadang ia lengah menghadapi kehidupannya yang pilu,penuh dengan isak tangis bundanya yang hanya buruh pabrik itu.Semenjak mereka ditinggal pergi oleh ayahnya,kehidupannya serba kekurangan.Bila tidak dari hasil beasiswa,mungkin,tamat smp saja tak memungkinkan untuk Rina.Tapi itulah anugerah Tuhan padanya,hingga kini ia berhasil menduduki kursi di UNIVERSITAS INDONESIA yakni kampus paling bergengsi di negaranya.Ini baru semester 1 Rina kuliah di kampus yang penuh warna ini... "Boleh saya bertanya,pak..bilakah seseorang yang menderita kebutaan pada satu matanya,suatu saat akan mengalami kebutaan pada kedua matanya?" Rina bertanya pada Pak Zaki,Dosen Biologi dikampusya itu. "Eh,kamu kalau cacat ya cacat aja.Udah takdir.." Bisik salah seorang pria,teman Rina. Rina sudah biasa mendengar cacian ini.Air matanya sudah habis,untuk menangisi cacian yang diterpakan teman-temannya padanya selama ini.Mungkin benar adanya,ini adalah takdirku.Tak ada gunanya aku menyesali semua ini. "Setau saya,tidak..Tapi,saya kurang paham juga akan hal ini.Lebih baik kamu bertanya pada Dokter ahli mata saja.permisi." Sahut Pak Zaki sembari meninggalkan ruangan. Rina hanya bisa memasang muka manyun mendengar jawaban dari dosennya itu.Lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban dari penyakitnya itu.Rina tak mungkin menemui dokter ahli mata,pasti banyak biaya namun di satu sisi,ia ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakitnya itu. "Apa aku tak bisa mendapatkan kesempurnaan,ya Tuhan?" Rina menjerit ditengah taman kampusnya. Seperti biasa,ia duduk sendiri dan selalu mencurahkan isi hatinya pada angin lalu yang tak mungkin mendengar bahkan menjawab keluh kesahnya. "Apa aku akan hidup selamanya dengan 1 mataku ini,Tuhan?" Lagi ia berkeluh kesah.Menatap awan kelabu yang seakan mengerti isi hatinya. "Eh lu,bicara sendiri.Udah gila ya? gak tau malu lu,udah cacat,sinting lagi.Entah kenapa lu bisa masuk ini kampus.Mending lo cepat-cepat pindah deh dari sini.Mencemarkan nama baik tau gak..!" Sindir pria yang tadi berbisik padanya diruangan. Rina hanya tersenyum mendengar hinaaan dari pria itu lagi.Hanya itu yang dapat ia lakukan. Sepanjang perjalanan pulang,Rina hanya merengut,memasang muka lesu kesal dengan jawaban Pak dosen tadi.Di kampus,orang-orang menganggap Rina sebagai orang miskin yang numpang atau minta disekolahin sama negara di kampus itu.Tak ada yang mau berteman dengannya.Semuanya dilakukan serba sendiri. "Aku ini manusia.Aku juga perlu cinta seperti orang-orang lain! Kenapa aku dilahirkan begini? " Jerit batin Rina menghempaskan tubuhnya keranjang. "Syukuri apa yang kamu miliki sekarang.Tak selamanya apa yang kamu inginkan secepatnya terkabul,nak.Diluar sana,banyak yang lebih menderita daripada kamu" Ibu Kartika mengejutkan Rina muncul dipintu kamar anak semata wayangnya itu. "Aku tak menderita bu.Aku bahagia.." Sahut Rina menebar senyum pada ibunda tersayang. "Siapa bilang kamu tak punya cinta?Ibunda cinta kamu" Tambahnya membawa Rina dalam dekapan hangat sang bunda. "Trimakasih Bunda.Aku juga cinta bunda" "Air matamu akan digantikan dengan cinta,nak" "Apa ada,orang yang mencintaiku selain ibu?" "Ya,tentu.." Sahut Ibunda merapikan rambut anaknya itu. "Benarkah itu?" "ya,tentu..Suatu saat,kamu akan dicintai oleh satu orang spesial sayang" "Siapa orang itu?" "Ibu tak tau.." "Kenapa ibu berkata begitu?Menurutku,tak ada yang mencintaiku selain ibu didunia ini" "Jangan bilang begitu.Cinta itu buta,sayang" "Buta?" Tanya Rina mengernyitkan dahi. "yah..sudahla,kamu akan tau nanti.Percaya sama ibu.Ibu pergi dulu ya" Ibu kartika menutup pintu kamar anaknya itu.Rina hanya mengangguk angguk heran,kenapa ibunya bilang kalau cinta itu buta. * * * * * "Apa cintaku sama ibu juga buta? tapi apa artinya?" Tanya hati Rina penasaran seraya menuggu mobil angkutan di halte. Sesaat lamanya Rina menunggu,angkutan itu akhirnya datang juga.Semua penunggu yang ada di halte itu segera berebutan masuk ke dalam bus.Dengan kesusahan menutup 1 matanya,Rina naik kedalam bus dan duduk paling belakang.Rina takut,matanya yang sudah cacat semakin cacat karena sentuhan tangan-tangan orang kriminal yang ada di bus ini.Kembali Rina teringat akan kalimat ibunya.Sebisanya dia mengartikan kalimat itu,tapi tak terfikirkan juga. "Bagaimana aku bisa menanggapi hal ini? Sementara aku tak pernah mendapat cinta dari orang-orang sekitarku,kecuali bunda" Tanya hati kecil Rina. Sederet kalimat yang berputar di otak Rina itu kian menghantarnya ke kampus tercintanya.Rina melangkah masuk menuju ruangannya dan membuka buku 'cacat mata' yang selalu ikut di tasnya.Dibolak baliknya lembar demi lembar buku seraya menunggu dosen biologinya itu datang lagi. "Mau jadi dokter ahli mata yah?" Sambar seorang pria bertubuh tinggi tegap itu.Rina terkejut seketika gugup melihat pria itu langsung duduk disampingnya. "Oh,tidak..." Jawab Rina singkat kembali mengalihkan pandangannya pada buku 'cacat mata' itu. "Kok,aku perhatiin,kamu baca buku ini tiap hari..." "Maaf,permisi,aku tak punya waktu mengobrol denganmu" Rina melangkah pergi dari depan pria itu.Dia malu mengatakan yang sebenarnya.Apalagi pria itu baru pertama kali bertemu dengannya. "Hey,aku hanya ingin kenal denganmu " Teriaknya lagi dari kejauhan.Rina tak memperdulikannya dan masuk ke toilet wanita.Disana Rina menangis tersedu-sedu.Menyesali kenapa ia dilahirkan kedunia ini dengan mata yang tidak sempurna. "Kenapa kamu menangis?" Seorang wanita menepuk pundaknya. "Oh,tidak..tidak apa..aku hanya .." “ Hanya apa?” ujar wanita itu penasaran. “mmh, aku hanya kelilipan kok” Rina mencari alasan lain untuk menutupi segala yang sedang meradang di benak nya. “Kamu yakin?” Tanya wanita cantik itu pada Rina. “Iya. Maaf, aku harus pergi” Rina memotong pembicaraan dan meninggalkan WC. Perlahan ia melangkah menjauh dari wanita tadi. Dan tiba-tiba tangan nya di tarik lembut oleh wanita itu. “Hey, kamu mau ke kelas kan? Kita sekelas loh” ajak wanita itu pada Rina yang hanya menunduk menutupi kekurangan nya itu. Mereka pun berjalan sama menuju kelas nya. “Kok diam aja? Oya, kenalin aku Nesya. Nama kamu siapa?” Wanita itu menjulurkan tangan tanda perkenalan pada Rina. “Rina ” Rina perlahan menyalam wanita cantik itu. Dan pada saat ia mengarahkan wajah nya pada wanita itu….. “Rin, mata kamu?” tangan lembut Nesya menyentuh pipi Rina. Saat itu pula, Rina kembali merasakan malu dan lari meninggalkan Nesya. Tanpa peduli apapun, Rina berlari menjauhi semua orang. Ia merasa sedih yang sudah terbiasa bersarang di hati kecilnya. “Kenapa Tuhan? ” dalam hati nya ia terus mengeluh dengan pertanyaan itu. Tiba dikelas, Rina duduk di pojok kelas sambil melamuni perkataan ibunya tentang “Cinta Buta”. Sampai-sampai, apa yang di terangkan dosen nya ia hiraukan. Tanpa ia sadari, pria yang tadi menghampirinya itu berada tepat disampingnya sedang memperhatikan setiap gerak-gerik yang di lakukan nya. Pria itu tersenyum samar memperhatikan Rina yang asyik melamun. “Hey, lagi ngelamunin apa sih? Kayaknya seru deh” pria itu mengagetkan Rina yang langsung tersentak sadar dari lamunannya. “bukan apa-apa.” “ayo ngaku, pasti mikirin pacarnya yah?” canda pria itu. Namun. Rina hanya diam dan memperhatikan dosen yang sedang bercuap-cuap. “Aku di cuekin. Huh.” Keluh pria itu. Jam kuliah pun habis. Rina melangkah dengan pasti meninggalkan semua kepenatan nya di kampus tanpa teman. Baginya, teman hanya lah untuk orang-orang sempurna. Orang sepertinya tak pantas memiliki teman. Bagaimana tidak ia berpikir seperti itu. Hampir setiap waktu saat kuliah, hanya cercaan yang ia dapatkan karena matanya. * * * * * Entah mengapa, selalu saja ujian menyakitkan datang menghampirinya. Di rumah, segerombolan Body-Guard menagih hutang pada ibunya. Ibunya pernah berhutang untuk mendapat kan modal usaha. Namun, belum lama berusaha warung kecil-kecilan yang dibangun nya ludes dilahap si jago merah. Sejak itu, kehidupan mereka semakin terpuruk di tambah ibunya harus menutupi Hutang yang kian bertambah karena bunga yang meningkat. “Dasar! Orang miskin! Taunya hanya janji!” bentak body-guard itu. “ kasihani saya pak. Anak saya lagi kuliah. Saya harus mengumpulkan uang untuk melengkapi kebutuhan nya pak.” ibunya terus memohon. “Kalo tidak mampu ngapain di sekolahkan! Kalau tidak mampu bayar, jangan berhutang! Sudah setahun utang kamu menumpuk. Atau, Rumah dan tanah ini akan saya sita !” “Pak! Saya mohon jangan sita rumah ini. Rumah ini satu-satunya yang saya miliki. Saya mohon jangan pak.” Ibu Rina menangis memohon pada Body-Guard itu. Di depan rumah, Rina melihat keributan yang sedang terjadi. Ia langsung menghampiri ibunya yang terduduk di depan para Body-Guard yang membentak-bentak ibunya tanpa hati. “Bu.. ada apa bu?” Tanya Rina Khawatir. “Ibu kamu sudah nunggak setahun! Utang nya sudah menggunung!” bentak Body-Guard “Ibu berhutang? Benar itu bu?” Tanya Rina yang terpukul saat mendengar perkataan Body-Guard tadi. Selama ini dia tidak tau kalau ibunya berhutang pada orang. “Maaf sayang, tak ada lagi yang mampu ibu lakukan” jawab sang ibu memeluk anaknya. “Bagaimana keputusan nya? Bayar atau Rumah ini saya sita?!!” “Beri kami waktu pak untuk melunasi semuanya. Saya janji akan mencari kemana pun sampai saya mendapatkan uang untuk melunasi hutang kami” Rina berdiri menghapus air matanya. “Hutang ibu kamu sekarang sudah 67 juta. Saya akan beri waktu 2 minggu! Jika 2 minggu kedepan kalian tetap tidak membayar, tanpa saya kasih waktu lagi, kalian harus angkat kaki dari rumah ini! Ingat! 2 minggu” Body-guard itu lalu meninggalkan mereka. “Sudah bu, ayo kita masuk” Rina membantu ibunya berdiri. Rina tampak nya sangat sedih mengetahui masalah yang di tutupi oleh ibunya. Yang paling ia sesali, ibu nya berhutang. sewaktu kecil Rina mengatakan pada ibunya, sesusah apa pun mereka, ibu nya tidak boleh berhutang. Rina siap membantu ibunya mencari uang, asal jangan meminjam dari orang. “sayang, maafkan ibu atas kejadian tadi. Ibu memang berhutang. Tahun lalu, warung yang kita bangun bersama modal nya dari seorang konglomerat yang bersedia meminjamkan ibu sejumlah uang. Tapi, ibu tak menyangka bahwa usaha kita akan gagal.” Jelas ibunya menggenggam lembut tangan Rina “tapi kenapa ibu tidak bilang ke Rina?” “Ibu hanya takut Rina jadi tidak focus dengan kuliah mu sayang. Maafkan ibu yang sudah melanggar janji kita” “Ibu, kalau ibu punya masalah cerita aja pada ku. Rina udah Dewasa.” “iya sayang” Ibu dan Rina berpelukan hangat. Akhirnya Ibu dan Rina Melanjutkan obrolan mereka dengan canda tawa. Semua masalah seakan sirna seketika di tutupi oleh hangat nya cinta yang merekat pada sepasang ibu-anak itu. * * * * Pagi-pagi sekali bu Kartika bangun. Beliau membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk anaknya. Karena persediaan makanan telah habis, terpaksa beliau hanya mengganjal perutnya dengan sisa ubi rebus semalam. Pagi ini, ibu nya bergegas menuju pabrik nata de coco untuk bekerja. dengan penuh harap, bu Kartika menghadap manager pabrik tersebut. “selamat pagi pak!” sapa bu Kartika “ Eh ibu! Ada apa bu? pagi sekali datang nya. ” jawab lembut pak Manager. “Gini pak, saya lagi butuh uang untuk melunasi utang saya. Bisa saya mendapat tambahan? Tapi, saya akan berkerja lebih keras pak. Saya mohon” “Oh, ya sudah bu. karyawan pabrik kemarin ada yang sakit. Bu Kartika bisa menggantikan nya. Gaji perhari karyawan itu akan saya beri ke ibu” ujar pak Manager yang baik hati itu. “Trimakasi banyak pak! Saya akan bekerja menggantikan karyawan itu. Sekali lagi terimaksih atas kebaikan bapak.” Bu Kartika sangat senang ketika harap nya terkabul. Dengan semangat, pekerjaan nya sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan na ta de coco pun ia lalui. Karena pekerjaan tambahan nya, bu Kartika pulang lebih lama. Setelah pekerjaan nya hari ini selesai, ia mendapat upah Rp.75.000,- Lalu, Bu Kartika menuju sebuah Restaurant China yang berada agak jauh dari pabrik tempat ia bekerja. Karena sayang uang nya berkurang Rp.3000,- untuk ongkos, bu Kartika memutuskan berjalan kaki menuju Restaurant tersebut. “Bu, apa ada pekerjaan untuk saya?” Tanya bu Kartika “Maaf, tidak ada lowongan pekerjaan” “Mencuci piring saja tidak apa bu. ” ujar bu Kartika penuh harap akan di beri pekerjaan. “ya sudah. ibu silahkan mencuci semua piring kotor di belakang. Ingat bu, tidak ada yang boleh lecet apalagi pecah. Jika ibu melanggar, maka ibu harus mengganti nya. Mengerti bu?” “Baik. Saya akan berhati-hati.” Karyawan Restaurant mengantar bu Kartika ke tempat pencucian perabotan. Disana ibu itu di jelaskan bagaimana mencuci beberapa perabotan tertentu. Bu Kartika sangat bekerja keras untuk berusaha menutupi utang yang kini menjadi masalah besar baginya dan anak nya yang nantinya akan menjadi petaka bila tidak dilunasi. Dirumah Rina menunggu ibunya yang tak kunjung pulang sejak tadi. “Ibu kemana? Biasa nya jam segini sudah pulang.” Risau Rina dalam hati. Rina menanti-nantikan kedatangan ibunya. Sejak pagi, ia belum melihat ibunya. Semua terasa kurang bila tak ada ibu. Baru sehari saja tak bertemu, rasa nya seperti makan tanpa lauk. Tiba-tiba ia teringat akan peringatan body-guard kemarin. Ia takut ibunya bekerja keras untuk mendapat kan uang. Sedangkan, ibunya tak boleh terlalu capek. Karena, gejala penyakit jantung telah di derita ibunya sejak lama. Kekhawatiran nya menambah ketika ia melihat jarum jam yang terus berdetik namun ibu nya tak kunjung pulang. Kini, waktu telah menunjukan pukul 10.35 PM. Akhirnya sang ibu pulang kerumah. Saat Rina melihat ibunya sudah di depan mata nya yang agak melek karena ngantuk, suasana hangat membalut benak Rina yang merindukan dan mengkhawatirkan keadaan ibunya. Ia langsung memeluk sang ibu dengan erat. “Bu.. lama sekali” “Maaf sayang. Ibu cari pekerjaan tambahan untuk mengumpulkan uang nak.” Bu Kartika mengelus rambut Rina. “Tapi kan ibu jangan terlalu capek. Ibu harus ingat sama penyakit ibu” Rina melepas pelukan nya. “Rina tenang aja ya. Ibu kuat kok” Bu Kartika berusaha meyakinkan Rina. “Ibu ingat ya. Jangan terlalu di paksakan. Rina juga lagi usaha mengumpulkan uang itu bu. jadi, ibu jangan merasa berat soal utang itu” “iya sayang. Sekarang udah malam. Kita istirahat dulu yuk. ” bu Kartika menggandeng Rina masuk kedalam kamar yang bagi Rina adalah istana nya. * * * * “hmmh, 67 juta. Gimana ya aku dapetin itu dalam waktu 2 minggu? ” ini yang sejak tadi Rina pikirkan. Ia kembali melamun dalam kelas nya "hey,..." Sambar seorang pemuda menepuk tangannya didepan mata Rina.Rina tak memperhatikannya larut dalam lamunannya pada uang 67 juta itu. "Hello.." Ucapnya lagi.Rina masih terhanyut dalam lamunannya.Sesaat pemuda itu bergerak dan duduk tepat dihadapan Rina. "hah...!! ngapain kamu?" Rina terkejut bukan kepalang.Dia takut,mendapat cercaan lagi bila Rina bertemu dengan seseorang walaupun sebenarnya belum tentu semua orang menghina matanya yang cacat itu. "ih,kok kaget gitu?tadi kamu ngelamun terus..jadinya.." "Maaf,aku harus pergi" Rina memotong pembicaraan pemuda itu.Dengan cepat pria itu menarik tangan Rina. "Kenapa kamu selalu menghindar dari aku?Aku bermaksud ingin kenal denganmu.." Suara pria itu parau memohon pada Rina.Ingin rasanya Rina memenuhi permintaannya,tapi,lagi-lagi ia takut mendapat hinaan. "maafkan aku,sekarang bukan waktu yang tepat,lain kali saja,permisi" Rina melepas lembut tangan pria itu tanpa menoleh kebelakang.Pria itu kembali menarik tangannya. "Kamu janji ya,lain kali harus mau ngobrol denganku.Namaku Zo" "ehm,permisi" Rina segera berlari sekencang-kencangnya.Rina segera berlari ke belakang kampusnya itu.Disanalah Rina mencurahkan isi hatinya,pada tembok tembok hitam yang tak mungkin mendengar bahkan menjawab dan memberi solusi atas tiap masalahnya.Namun,apa daya,Rina tak punya sahabat.Baginya,orang yang punya sahabat itu hanyalah orang-orang yang sempurna yang sama sekali bukan seperi dirinya tentunya.Terisak ia bersandar pada tembok-tembok itu seperti orang hampir kehilangan arah dan tujuan hidupnya.Selama ini,tak ada yang pernah melihatnya berbicara pada tembok-tembok itu.Tapi,pria yang kemarin menghinanya itu kebetulan lewat dan menghampiri Rina yang tengah menangis. "Eh,kamu ..udah cacat,ngomong sama tembok lagi! udah gila ya?" Singgung pria itu duduk didepannya.Sesaat Rina terdiam. "kenapa kamu tau aku ada disini?" Tanya Rina memalingkan wajahnya. "ya,taulah.Aku udah sering liat kamu disini.ngomong sama tembok tembok yang gak jelas.Kamu bego ya,curhat kok sama tembok..?" "Untuk apa kamu ikutin aku?" Tanya Rina mengernyitkan dahi. "Terserah aku donk..Kalau kamu mau curhat,curhat aja sama aku" Pria itu memberi penawaran. "cur..hat?" "Ya,,Kenapa?" "Kamu mau dengerin curhat aku,atau mau hina aku lagi setelah dengar curhat aku?" Rina menatap curiga pria itu. "Emang kamu mau,aku hina terus?Aku sebenarnya baik tau" "Ha?" "Udah,nanya mulu.Sekarang ikut aku..aku bakal dengerin curhat kamu" Pria itu membantu Rina untuk bangkit berdiri.Perlahan mereka berjalan melewati tembok-tembok itu.Pria itu membawa Rina duduk di Tangga sekolah. "Em.." Kata mereka berdua serentak "Eh,kamu aja duluan" Ujar pria itu. "Kamu aja.." Rina mengelak "Kamu aja,," "emm.." "Nama aku Bray.." "Aku Rin.." "Rina,aku udah tau..hehe" Potong Bray mengerdipkan matanya pada Rina.Rina membalas memberi senyum pada pria itu. "Starting Curhat..haaha" "Sebelumnya aku mau tanya ke kamu,kenapa selama ini kamu selalu ngehina aku?" Rina angkat bicara. "Em,,kenapa ya? Cuma iseng aja kok.." Jawab Bray gugup. "Heran aja,kemarin kamu hina kau habis-habisan,sekarang tiba tiba baik banget.Nawarin jadi temen curhat lagi.Maksud kamu apa?" Tanya Rina menutup sebelah matanya dengan tangan kirinya. "Gak,..em..aku kepengen berbagi cerita aja sama kamu.Capek lagian,hina kamu terus,lagian gk ada untungnya buat aku,tau gak.." "Oh,jadi critanya gak mau hina aku lagi? Beneran?" "iiia donk...sekarang aku jadi teman kamu,,sekarang kamu curhat deh.Kenapa tadi kamu aku liat menangis di tembok belakang kampus?ada masalah apa?" Bray mulai bicara serius. "em,..gini..ibu aku punya utang 67 juta.Kemarin,penagih utang udah datang kerumah aku.Mereka menyakiti ibuku dan memaksa kalau utang itu harus lunas dalam waktu 2 minggu ini,kalau nggak rumah kami bakalan disita.Gimana coba,ngelunasinnya dalam waktu 2 minggu? Mustahil kan?" Pikiran Rina melayang pada kejadian yang menimpa keluarganya semalam. "67 juta?" "Ia.." "itu utang apaan kok banyak amat?" "Utang pinjaman untuk modal usaha ibuku.." Jawab Rina.Matanya berkaca-kaca. "Aku bisa kok bantu kamu.." "Apa? benarkah kamu mau bantu aku?" Rina menatap mata pria itu lekat-lekat.Ray hanya mengangguk senyum. "Kamu nggak lagi bercanda kan?" Tanya Rina tak percaya. "ngapain aku bercandacoba? Aku mau kok,bantu kamu" "Aku bisa pinjam uang kamu,berapa?" "67 juta bisa kok.." "Hah?kamu gak lagi usilin aku kan bilang gitu?" Rina kaget menelan ludahnya. "iia ,aku serius,besok kamu ambil uangnya kerumah aku setelah pulang kuliah.Ok?" Bray mengacungkan jempolnya pada Rina. "Aku belum pernah bertemu orang sebaik kamu" "Ah,kamu alay,..Biasa aja mujinya.Nanti kuping aku lepas kamu puji begitu ..haha" Mereka tertawa renyah.Rina betul-betul terharu. "Makasih ya..makasih..makasih..makasihh" Saking girangnya,Rina memeluk Pria itu erat.Sesaat semua teman-teman sekampusnya memelototi mereka.Semua perhatian hanya tertuju pada mereka berdua. "Uhuk..uhukk.." Bray berpura-pura batuk memberi kode.Rina segera melepas pelukannya itu dan menunduk malu.Baru kali ini ada orang yang mengerti perasaan Rina dan mau membantu Rina begitu banyak.Keadaan menjadi hening,sesaat setelah kejadian itu. "Em..Pulang yuk.." Ajak Bray menarik tangan Rina lembut. "Em,kamu duluan aja.Aku mau ke perpustakaan dulu." "Ya udah.Tapi besok kerumah aku ya.bay bay.." Bray melambaikan tangannya.Tak sadar kalau tangan Rina masih ada digenggaman tangannya Bray.Wajar saja,Rina ikut berdiri dan berjalan dibelakang Bray.Bray menoleh kebelakang. "Loh,kok ikut sih..tadi mau ke perpustakaan dulu" Ucapnya "Gimana mau ke perpustakaan,tangan aku aja ada di kamu !" Bray melihat tangan kanannya yang mengenggam tangan Rina.Bray tersenyum lugu dan melepas lembut tangan Rina. "Maaf,ini tangan kamu aku balikin. Daaah.." Kata Bray meninggalkan senyumnya dihati Rina. Rina berbalik menuju perpustakaan.Menuju perpus,dia hanya tersenyum tak habis fikir kalau Bray sebaik ini padanya. "Mimpi apa aku semalam?" Usik batinnya. Rina terus melangkah menuju perpustakaan. "Kok kamu ambil buku tentang mata lagi sih?Kamu koleksi ya?" Sapa seorang pria yang dari tadi memperhatikan Rina membolak balikkan buku di perpustakaan. "Kamu lagi..Jangan ganggu akku!"Sentak Rina menutupi wajahnya dengan buku. Zo hanya heran melihat sikapnya yang aneh. "Bisa aku tau nama kamu?" "Rina.." Jawabnya berlari meninggalkan Zo. Rina segera pulang kerumahnya.Segera ia mencari ibunya dan memberitahu kejadian yang tadi di kampusnya. "Bu,ibu..aku udah dapat pinjaman untuk lunasin utang kita..Horee...Utang kita akan segera lunas.." Teriak Rina memeluk ibunya senang. Ibu Kartika segera melepas tangan anaknya itu. "Dapat darimana? Jangan bilang kamu.." "eh,ibu..tadi Rina dipinjamin uang sama temen Rina.Orangnya baik loh bu.Jarang ada orang seperti dia sekarang ini" Potong Rina "Teman kamu? benarkah? bukan rentenir kan?" "ih,bunda apa apaan sih.Ya bukanla,Rina gak bakal mau pinjam sama rentenir.Pokonya,besok ibu antar uangnya.Utang kita lunas bu..!" "Kalau gitu namanya belum lunas,nak..kita masih berhutang pada temanmu itu" "Oh...ia juga bu.." Sesaat wajah Rina kelihatan lesu. Bundanya hanya mengehela napas panjang.Bagaimana pun,mereka tetap berhutang. "Tapi,walaupun begitu,rumah kita gak bakal disita kan bu? untuk melunasi hutang Rina pada temen Rina,Rina kan bisa bantu ibu bekerja ngumpulin uang 67 juta itu...ia kan bu?" Tambah Rina menyemangati ibunya. Ibundanya hanya tersenyum tipis dan kembali ke dapur melihat Fermentasi kelapa mudanya yang akan dijual besok. "Apapun keputusannya,Rumah ini gak bakal disita..Yes!!" Rina meloncat bahagia **** "Jadi kerumah aku kann??" Tanya Bray sepulang kuliah "Jadi donk..yukk.." Rina masuk ke mobilnya Bray.Baru pertama kalinya untuk Rina naik mobil semewah ini.Punya AC dan TV segala. "bener-bener orang yang kaya,baik lagi" Kata hati Rina kagum. "hem,...ngomong-ngomong..uang 67 juta itu uang kamu ,atau..?" "Uang bokap aku lah,mana mungkin aku punya uang sebanyak itu" Potong Bray melirik gadis cantik yang disampingnya itu. "iia..tap..tapi..bokap kamu tau,kalau kamu pinjamin uang ke aku? 67 juta..bukan sedikit loh" "iiia,gak tau sih..itu memang uang bokap aku,tapi ada di rekening aku..hehe" Bray memberi senyum pada Rina.sesaa mereka tatap-tatapan satu dan yang lain membuat Bray hampir kehilangan arah jalannya. "Aiiih...aduhh.." Rina teriak.Mobil yang dikendarai mereka hampir menabrak pohon besar "Maaf,.." Bray berusaha mengendalikan mobilnya. "Huh..." Ucap mereka berdua bersamaan. Jantung Rina berdegup kencang.Rina sama dengan Ibunya,ada gangguan pada jantung mareka.Lagian,tak terbayang bila Rina kehilangan 1 matanya lagi karena yang tadi.Apa jadinya dia... "sudah sampai,ayo turun.." Bray keluar dari mobilnya dan menyuruh Rina turun. "em..anu..eh.." "Kenapa ?" "Maaf,aku gak tau cara buka pintunya" Ucap Rina tertunduk lugu.Maklum,baru kali ini dia naik mobil mewah. "Oh..ya udah..turun yuk" Bray membukakan pintunya.Mereka berdua masuk menaiki tanga rumah Bray yang luas,besar,mewah dan sangat indah di mata Rina.Dibandingkan ini,Rumah Rina bukan apa-apa.Bagaikan gubuk kecil using yg tak pernah diperhatikan orang-orang. "Ini rumah kamu?" Tanya Rina menoleh Bray. "ya,tentu.ngapain aku bawa kamu ke tempat yang bukan rumah aku.ia kan?Kamu lucu ya.." "Tapi.." "Apalagi?" "Aku takut..segan.." "Kenapa..?takut sama siapa?" Tanya Bray heran "Orangtua kamu.." "Rina..rina..Mereka lagi gak ada.Ya udah,mending kamu tunggu aja disini.Biar aku ambil uangnya ya" Bray masuk ke dalam rumahnya kemudian mengambil tas besar hitam dan memberikannya pada Rina. "Ini,uangnya..sekarang aku antar kamu pulang ya" "Ini...u..uang...semmuuaa?" "Ya ia la,apa lagi? ini kan yang kamu minta..mendingan sekarang kita pulang yuk" Bray kembali membukakan pintu mobilnya. Rina hanya mengangguk dan masuk.Perjalanan menuju rumah Rina hening tanpa suara dari mulut mereka.Rina hanya gemetar,takut,heran dan bahagia.Belum pernah ia memegang uang sebanyak ini.Lagian Rina sengaja tak membuka mulut,takut Bray lalai lagi. “Hati-hati dijalan yah!” Rina melambaikan tangan pada Bray. Setelah mobil Bray tak terlihat lagi dimata Rina, ia dengan girang masuk kedalam istana sederhana nya. “Bunda… Bundaa” tak sabar Rina menunjukan apa yang di bawanya itu. Namun setelah ia menelusuri semua ruangan yang ada dirumah nya, ternyata ibunya belum berada di rumah. “Huh, udah jam berapa ini? Bunda kok belum pulang?” Tanya hati Rina. Rina hanya duduk di sofa mereka yang sudah lapuk itu. Ia memandang tas hitam itu sambil tersenyum. Ia sangat senang. Akhirnya, Rumah peninggalan neneknya tidak jadi di sita oleh body-guard yang sangar itu. Rasa lega bercampur gelisah kini bersatu dalam benak Rina yang sedang menanti kedatangan ibunda tercinta. Rina mengambil tas tersebut dan menyimpannya di bawah tempat tidur. Ia menghindari kejadian yang tak di ingin kan. Walaupun keadaan rumah Rina yang tak memungkinkan ada pencuri yang tertarik akan mengunjungi, setidak nya Rina menghindari hal itu. Karena lelah, Rina terlelap dalam penantiannya di sofa. “Sayang, sudah pagi” Bu Kartika membangunkan Rina sambil mengecup kening anak gadisnya. “Umm.. Bunda..” sperti biasa, RIna memeluk Ibundanya. “Maaf ya sayang, ibu semalam lembur” melepas pelukan Rina. “huh Ibu.. Kita kan udah dapetin uangnya. Ibu gak usah cari kerjaan tambahan lagi yah” mohon Rina pada bundanya. “Tapi sayang, kita kan masih berhutang pada teman mu itu.” “iya bu, Rina tau. Tapikan ibu gak perlu lagi kerja sekeras itu. Kan Bray nggak ngasi ketentuan waktu kapan kita harus bayar. Lagian, Rina aja bu yang Nyari uang nya. Ibu tenang aja” “sayang, kamu itu lagi Kuliah. Ibu nggak mau kuliah kamu terganggu karena Cari duit” “Kalau soal itu ibu tenang aja. Rina gak setiap saat ada jam Kuliah. Nah, klo lagi kosong Rina kan bisa kerja. Lagian ibu yang nggak boleh terlalu capek kerja. Rina khawatir penyakit ibu kambuh. Ibu kan sudah janji akan menghadiri kelulusan Rina nanti” jelas Rina mengingatkan keadaan ibundanya itu. “Rina sayang, ibu sangat bersyukur dapat melahirkan kamu ke dunia. Tuhan ternyata sangat baik pada ibu, karena dapat memiliki kamu sebagai anak dan juga teman hidup ibu. Kamu anak yang baik, pintar, taat pada orangtua, dan juga cantik.” Puji Ibunda nya pada Rina. “Hahaha. Ah, ibu ini bisa aja mujinya. Rina juga bersyukur bisa memiliki seorang Bu Kartika sebagai ibu ku ” Rina tersenyum. “kita patut bersyukur sayang.” Tiba-tiba saat mereka mengobrol, ada yang mengedor pintu dengan keras. Bu Kartika lalu membuka pintu. Ternyata yang datang ialah para body-guard beserta sang konglomerat. “Bagaimana bu? Sudah dapat menepati janji anda?” kata sang konglomerat. “waduh, pagi sekali mereka datang. Uang nya kan belum terkumpul” kata BU KArtika dalam hati. Bu Kartika hanya terdiam. “Jawab Bu!! dasar orang miskin!!” bentak Body-Guard sambil menendang pintu mereka. Mendengar keributan itu, Rina segera menuju ibunya. Ia melihat para body-guard dan langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil tas yang berisi uang untuk melunasi hutang mereka. “Ini uang nya pak! Terimakasih banyak” Rina memberi tas itu ke konglomerat. “Hitung uang ini!” perintah snag konglomerat pada body-guard “ lebih pak. Ini 70 juta.” ujar Body-guard jujur setelah menghitung jumlah uang yang ada di tas itu. “ambil 3 juta, lalu beri pada mereka!” Setelah memberi uang yang lebih itu pada Rina, sang konglomerat dan juga para Body-Guard meninggalkan kediaman Rina. “Horeeee! Rumah kita nggak jadi di sita bu!” seru Rina sambil loncat kegirangan. “Iya sayang. Bersyukur pada Tuhan yang sudah memberi jalan. Berterimakasih juga pada teman mu yang baik hati itu ya. Sekarang, siap- siap kuliah gih” ujar ibunya “BAik bu” Rina tersenyum * * * * * Di Kampus, Rina mencari-cari Bray yang sejak tadi tidak kelihatan. Namun, ia tak mendapat kan nya. Setelah jam kuliah usai, Rina memasukkan buku-buku kedalam tasnya. “Hai Rina. Plis, jangan kabur lagi. Aku ingin berteman dengan mu” Zo tiba-tiba menghampiri Rina. “hmmm, iya-iya. Ada apa?” Rina menarik lalu menghembuskan nafas nya. “kamu mau gak ikut aku ke suatu tempat?” ajak Zo. “Haa?? Kamu gila ya” tolak Rina. Jelas Rina menolak ajakan pria itu. Lagian, Rina belum mengenal pasti pria yang menghampirinya itu. “eh, jangan langusung berpikir yang ngga-ngga. Mau gak?” “Ah, aku ga mau. Lagian, aku nggak kenal kamu” “biar sekalian kenalan boleh dong? Aku mau ngajak kamu kesuatu tempat. Tempat itu mengasyikan. Di jamin deh kamu gak bakalan nyesal. Disana kita bisa saling kenalin diri kan?” Zo tetap berusaha meyakini Rina bahwa ia berniat baik pada Rina. Tapi, tampaknya gadis itu masih saja bulat pada tekadnya menolak ajakan Zo. “Nggak Mau!” Rina meninggalkan Zo. Rina tetap menolak karena dia takut Zo bertidak yang tidak-tidak. Lagian, Rina belum mengenal Zo. Wajar saja ia takut. “Rin.. Rin.. plis? Aku ngga bakal apa-apain kamu. Aku cowok baik-baik.” Zo memohon pada Rina yang berjalan cepat. Rina lalu berhenti menatap mata Zo dengan sebelah mata nya yang masih normal. Zo memang terlihat anak yang baik-baik. Karena ia teringat sering mengacuhkan Zo, akhirnya Rina menerima tawaran Zo. “iya deh. Tapi kalau kamu berani macam-macam, awas kamu! Aku bukan cewek biasa” ancam Rina. Selain karena ia telah sering mengacuhkan Zo, yang membuatnya mengurungkan niatnya menolak ajakan Zo ialah Zo telihat seperti pria baik-baik. Tapi walaupun begitu, Zo tetaplah manusia yang tidak mudah kita tebak dengan melihat tampilan nya saja. Jadinya, Rina tetap waspada pada Pria itu. “hehe. Kamu tenang aja. ayok” Zo menarik tangan Rina. Mereka berdua lalu melangkah menuju tempat yang katanya indah itu. Tempat itu masih berada di lingkungan Universitas Indonesia. Akhirnya mereka tiba di tempat itu. Rina tersanjung melihat tempat yang begitu indah itu. Tempat itu taman yang sangat indah. Taman itu di tumbuhi beberapa phon besar. Bunga-bunga yang tumbuh pun sedang bermekaran menambah indahnya panorama taman itu. Selain itu, disana terdapat sebuah danau mungil yang melengkapi kesempurnaan taman itu. Rina menarik nafasnya dalam-dalam lau melepas nya perlahan menikmati segarnya udara di tempat itu. Rina dan Zo pun duduk bersampingan di atas Rumput Jepang yang mengalasi permukaan taman itu sambil melihat danau yang tenang. “Wah, tempat ini menakjubkan!” ujar Rina saat melihat tempat yang sangat begitu indah. Ia baru kali ini ke taman seperti ini. Begitu sejuk, indah dan nyaman. Serasa di surga. “iya dong” Zo tersenyum pada Rina yang berhasil ia takhlukan. “ternyata, tempat seperti ini masih ada ya di daerah pengap seperti ini. Aku baru pertama kali kesini”. “wah, kasihan ya.” Ejek Zo “ah, kamu. Oya, kok keliatan nya tempat ini sepi banget ya? ” Rina melihat tempat ini sepertinya jarang di kunjungi. taman ini juga kayak tak ada yang merawat. Tapi walaupun begitu, taman ini tetap tertata cantik alami. “Iya. Sejak aku ke sini, aku belum pernah melihat orang-orang berkunjung ke tempat ini. Mungkin, belum ada yang tau keberadaan tempat ini” “kok bisa ya? Tempat seindah ini gak ada yang tau?” “ya, mungkin aja. Orang-orang kan pada sibuk kuliah. Mungkin mereka hanya kuliah tanpa niat menjelajahi seluruh tempat yang ada di Universitas ini” “emang nya kamu udah menjelajahi semua tempat disini?” “Udah dong, aku kan suka sama Fotografi. Jadinya, aku suka mencari tempat yang bagus buat aku foto. Dan koleksi foto ku di tempat ini udah banyak loh.” Zo tersenyum “Oh ya?” Suasana hening sejenak. Rina merebahkan tubuh nya yang lelah. Ia menikmati keindahan tempat itu. Zo hanya terduduk dan tersenyum melihat Rina yang tampak senang dengan taman rahasia ini. Tanpa Rina sadari, saat ia menutup kedua matanya, Zo mengambil gambar Rina yang sedang menikmati suasana di tempat ini dengan kamra LSR yang selalu menemaninya. “oya, sebenarnya kamu mau ngajak aku ke sini ngapain?” Tanya Rina yang masih merebahkan tubuhnya. “aku mau kenalin kamu sama tempat ini dan juga ngobrol sama kamu” “Oh. Kalau ngobrol kan bisa di tempat lain.” “Ah kamu ini, Asal aku samperin aja langsung kabur. Makanya aku ajak kamu kesini, biar kamu nya gak lari. Kalau disini kamu kan gak bisa kabur. Soal nya udah terikat tuh sama ke indahan taman ini. hahaha” ledek Zo “hehe. Maaf ya, aku sering ngehindarin kamu. Soal nya aku takut kamu bakal nge hina aku. Aku terauma ngomong sama orang. Asal ngomong bentar, pasti akhirnya aku di hina” Rina lalu duduk kembali. “oh. Gapapa kok. terus, karena aku lihat kamu seringan diam dan melamun sendiri ya, aku ajak aja kamu kesini. Mana tau, kalo kamu ada maslah kamu bisa kesini. Setidaknya untuk tenangin diri kamu. Soalnya, setiap aku ada masalah pasti aku kesini. Suasana tempat ini yang indah dan juga tenang, bisa bikin aku tenang dan berpikir jernih buat nyelesaikan setiap masalah yang datang. Selain itu, objek-obek di taman ini sangat cocok untuk aku jadikan koleksi. hehe ” Mereka berdua pun saling bercerita. Rina tersenyum saat menatap Zo yang asyik bercerita tanpa kedip. Zo terlihat sangat manis di mata Rina saat itu. Apalagi saat Zo tertawa, ia makin terlihat manis. Angin sepoi-sepoi dengan lembut nya membelai rambut Rina yang terurai. Rina sama sekali tidak menyadari sejak tadi, ada sesuatu yang ia rasakan. Sesuatu yang sebelumnya, sama sekali ia belum pernah rasakan. Rasa yang membuat jantungnya berdebar dengan keras saat bersama Zo. Rina bingung sama perasaan yang baru saja terusik dalam dada nya. * * * * * “Semuanya 47.500 mbak” Rina membayar belanjaan nya di sebuah Minimarket yang berada tidak jauh dari tempat kuliahnya. Hari ini, Rina berencana akan memasak Soup Kari kesukaan ibunda nya tercinta untuk merayakan ulangtahun ibunya. “Hai Rina ..” sapa Seorang gadis padanya. Rina menoleh kebelakanng dan ternyata gadis itu adalah orang yang pernah ia tinggalkan saat ingin berkenalan. “oh.. hai ” “Baru beli apa?” “mmh, ini nih. Aku beli bahan masak. Kamu dari mana? ” “aku tadi dari toko bunga di sebelah. Trus aku liat kamu, ya aku langsung aja samperin kamu” ujar Nesya sambil tersenyum pada Rina “bunga? Untuk apa” Tanya Rina “Bunga untuk mama aku dong. Hari ini mama aku ulangtahun loh..” “wah, sama dong ya. Ibu aku juga hari ini sedang berulang tahun. Ini aku mau masak buat ibu” “wih, keren juga ya. Mama kita sama-sama lagi ulang tahun. Emangnya kamu mau masak apa buat mama kamu?” “rencana nya sih aku mau masak Soup Kari buat ibu. Soalnya itu masakan kesukaan nya. Lagian, ibu sudah lama tidak menikmati soup Kari jadinya aku rasa, ini bisa jadi kado buat ibu. hehe” “Soup karri?? Mama aku juga suka tuh sama soup itu. Eh, gimana kalau kita masak bareng? Habis itu kita makan malam bareng deh sama mama kita buat ngerayain ulangtahun mereka” ajak Nesya yang terlihat sangat senang. “emm, kayak nya ga usah deh. Hehe, ngerepotin aja” “udah, gak ngerepotin kok. Mau ya? Kan ulangtahun mereka sekali setahun. Pasti mereka senang” Setelah berpikir lagi, Rina menyetujui tawaran Nesya. Mereka berdua pun kembali ke minimarket itu untuk membeli tambahan bahan buat soup karri mereka. Akhirnya, Rina dan Nesya menuju kediaman Nesya yang berada di kompleks perumahan mewah. Rina kembali menelan ludah saat melihat jejeran Rumah bak istana. “akhirnya nyampe juga. Yuk turun” ajak Nesya yang langsung membukakan Pintu mobilnya. “Kamu yakin?” “Ya yakin lah. Masa aku yang ngajak, aku yang gak yakin sih? Haha. Ada-ada aja kamu. Yuk masuk” Rina melangkah melewati halaman Nesya yang begitu luas. Halaman rumah Nesya aja udah segini gede nya. Apa lagi Rumah nya ya? Piker Rina dalam Hati. “Papa!” Nesya menyapa papanya yang sedang membaca Koran di ruang TV “sayang, sudah selesai kuliah nya?” “udah dong pa! oya, ini temen Nesya Pa! nama nya Rina.” Nesya memperkenalkan Rina pada papa nya. “Rina om” Rina lalu menyalam tangan papa Nesya. “Temen baru ya? ” “hehe, iya pa. oya pa, Nesya tinggal dulu ya. Soalnya Rina mau bikin kejutan nih buat mama. Sekalian buat mama nya Rina juga.” “oh, iya sayang. Mumpung mama masih di Rumah nenek.” Rina dan Nesya berjalan menuju Dapur untuk mulai beraksi memasakan Soup Kari untuk Mama mereka. “Huh. Kamu siap?” canda Nesya. “siap dong” Rina tersenyum melihat Nesya. Nesya memang anak yang sangat baik. Ia anak orang kaya, tapi hati nya begitu ramah dan lembut. Selain itu ia gadis yang cantik dan berpostur ideal. Rina sangat kagum melihat Kehidupan Nesya yang begitu beruntung. Di lahirkan dari kedua orangtua yang sepertinya baik hati, keluarga nya berkecukupan malah lebih dari cukup, dan juga yang paling membuat Rina tertunduk, Nesya begitu cantik. Ia terlahir sempurna dimata Rina. Walaupun mereka baru sekali bertemu, Nesya tak sungkan-sungkan mengajaknya masak bersama di rumahnya. Ternyata, selama ini Nesya memperhatikan Rina. Nesya sendiri kagum melihat Rina yang begitu tegar menjalani kehidupannya bersama mama nya. Nesya sangat salut akan kepintaran yang dimiliki Rina dan Juga kebaikan hati yang Nesya yakini ada dalam diri Rina. Kedua gadis itu ternyata saling mengaguumi satu sama lain akan kelebihan yang Tuhan berikan pada mereka. “Yeeeiiiyy!! Akhirnya selesai juga! ” Nesya sangat gembira saat Soup Kari nya telah masak. “ummm, rasanya sungguh lezat! Enak loh” Rina mencicipi soup itu. “Ah, yang bener nih?” “Iya. Coba aja.. ” Rina menyuapkan sesendok soup itu pada Nesya “nyam nyam nyam. Yipyy.. perjuangan kita gak sia-sia dong” “hehe, iya. Trus rencana kamu selanjutnya apa?” Tanya Rina “Kamu? Kita Rina… nah, kita persiapkan hidangan kita di ruang depan. Stelah itu nanti kita berdua jemput mama kamu ke sini. Gimana? Mau nggak? Harus mau. haha” Nesya lalu mengajak Rina turun dari tangga menuju meja makan Keluarga mereka. Nesya mengeluarkan taplak meja yang baru di cuci dan juga hiasan untuk menghiasi meja makan itu. Rina menata meja makan dengan hiasan-hiasan dan juga lilin yang memang sudah ada di meja makan itu. Tak Lupa, Nesya menaruh buah-buahan serta pudding sebagai dessert dinner mereka. “Huh! Perfect.” “yap.. tapi aku pegel nih” keluh Rina “halah, baru segini aja udah K.O. haha.” Ledek Nesya “Ah, kamu bisa aja deh. Oya, jd selanjutnya?” “Kita jemput mama kamu. Stelah itu kita jemput mama aku di rumah nenek. Aku sengaja bilang papa biar aku aja yang jemput mama. Yuk…” Suara mobilnya Nesya berbunyi membawa laju Rina ke gubuk kecilnya itu. "Bunda.." Rina mengetok pintu dan membukakan pintunya. "Loh,gak kekunci.." Tambah Rina curiga "Coba kita masuk dulu" Ujar Nesya mendahului masuk kerumah Rina. "Bunda...Ya Tuhan..Bunda ngagetin kita aja.Kenapa pintunya gak dikunci?" Ucap Rina kaget menemukan ibunya di balik pintu kamar. "Maaf nak,tadi ibu lagi ganti baju baru selesai mandi.Loh,ini siapa?" Ibu Kartika mengalihkan pendangannya pada Nesya. "Kenalin,Tante..Nesya" Nesya menjulurkan tangannya.Bu Kartika menyalam tangan gadis cantik itu dan memasang senyum kecilnya. "Ada perlu apa ya,kesini ?" Tanya Bu Kartika "Gini bu,Keluarga Nesya mau ajak kita makan malam dirumahnya.Jadi ibu harus ikut,sekarang,ibu ganti baju ya..cepat!" Perintah Rina menutup pintu kamar tanpa persetujuan ibunya.sesaat kemudian ibunya muncul dengan pakaian seadanya,tak ada apa-apanya dibanding keluarga Rina. "Ayo,ibu sudah siap" Ibu mengambil tas anyaman baldunya itu.Mereka bertiga pergi menjemput mamanya Nesya ke rumah nenek. "Hai mama...udah siap?" Nesya membukakan kaca mobil dan menanyakan mamanya yang sudah menunggu di teras rumah neneknya. "Lama amat sih..! mama uda dingin tau nunggunya.Hujan lagi.!Lengkap deh penderitaan mama" Rengut Ibu Oshin manja. "Ya udah,sekarang mama masuk yuk..Nesya gak bawa payung nih..buru ma.." Desak Nesya tak sabar memberi kejutan pada mamanya itu.Saat mamanya masuk,Ia kaget bukan kepalang melihat 2 sosok yang aneh dimobilnya itu yaitu Rina dan Ibu Kartika. "Loh,kalian siapa?" Tanya ibu Oshin mengernyitkan dahi. "Itu temannya Nesya ma,sama ibu kartika ibunya Rina.Mereka mau ikut buat surprise sama mama!Tadi aja yang buat kejutannya Rina ma.Asiik loh,," Seru Nesya menggoyang-goyangkan badannya.Tiba-tiba saja,ibu Oshin membanting pintu mobil keras dan kembali ke rumah neneknya. "Loh,ma..kok turun lagi?" Tanya Nesya menyusul mamanya turun dari mobil.Rina dan ibunya juga ikut. "Mama kenapa?" Ulang Nesya heran melihat tingkah mamanya itu. "ngapain kamu ajak-ajak mereka kerumah kita,hah?kamu tau kan,mereka itu orang miskin!gimana sih?" Sungut ibunya memasang wajah sinis. "Mama apa-apaan sih! mereka udah baik sama kita ma!" Bela Nesya dengan nada kasar. "Baik apanya,hah?" "Mereka uda bantu Nesya buatin surprise sama mama! masa mama gak hargain?mama gitu amat sih sama Nesya.Nesya yang ajak Rina!" "Kita kan punya pembantu!ngapain mesti ajak mereka!mereka orang miskin! gak berpendidikan!kotor,bau..dan liat anak gadinya itu.Cacat..mungkin kena kutukan! mama gak mau kalau sampai mereka datang lagi kerumah.Apalagi waktu ulang tahun mama! kamu ngerti?" "Mama..!segitunya mama lihat mereka,..Mama salah!" "Kamu yang salah..!"Nesya dan ibunya sahut menyahut. "Cukuuuuuuuuuuup..!Kami memang orang miskin,tante! tapi jangan hina saya seperti itu.saya tau,kalian itu orang yang berpendidikan,bermoral,orang kaya,tapi 1 yang tante yang tidak punya! tante kalau ngomong gak punya otak!" Ketus Rina membentak ibunya Nesya. "Plakk..!!" Tamparan keras hanyut di pipi Rina.Air matanya melengkapi penderitaannya malam itu. "Lancang sekali kamu!" "Tante yang lancang! tak bisa menghargai orang!dulunya tante pasti juga orang kecil!orang kaya tak punya otak!" Rina mengulang ucapannya itu.Ibu Oshin melayangkan tangannya mendarat di pipi Rina yang kedua kali. "Ayo Rin..Kita pulang nak..kita gak pantas gabung dengan mereka!" Ajak Ibu Kartika pulang ditengah lebatnya hujan saat itu. "Rina..Tante..!" Panggil Nesya ingin menyusul mereka.Rina melihat kebelakang,Nesya dicegat oleh mamanya. "Mama keterlaluan..!Mama pulang sendiri aja! gak ada surprise-surprisean! gak ada birthday buat mama!Nesya benci mama..!" Nesya melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mamanya tanpa mobil.Kunci mobil sudah ia kasih untuk mamanya.Nesya berlari menyusul Rina dan ibu Kartika yang duluan hilang ditelan gelapnya malam. "tok..tok..tok" Nesya mengetuk pintu rumahnya Rina.Rina membukakan pintu rumahnya dan menangis tersedu-sedu. "Nesya,..buat apa kamu kemari?" "Aku kesal sama mama.aku gak mau hadir diulang tahun mama saat ini" "Kamu gak boleh gitu.memang aku yang gak tau diri,aku kan orang miskin,seenaknya numpang di mobil kamu" "kamu malah belain mama aku sih? gini aja deh,untuk sekarang,aku nginap dirumah kamu dulu ya...pliss" Mohon Nesya dengan wajah memulas.Rina hanya mengangguk.Bagaimana ia mau menolak putri cantik anak orang kaya untuk tidur sehari saja dirumahnya.Tapi aneh juga,wanita se perfect Nesya mau tinggal di gubuk usangnya Rina. Rina membawa temannya itu ke kamar untuk tidur bersamanya.Tak sengaja Nesya melihat ibu Rina masih terisak sedih dikamar.Spontan NEsya masuk menerobos dan berlutut di hadapan ibu Kartika. "Maafin Mama saya tante..dia memang begitu".Ibu kartika membangkitkan anak itu dan memeluknya sayang. "saya gak papa nak,ini semua salahnya kami orang miskin yang bodoh ini.." "Bukan tante,ini salah mama saya..mama saya udah.." "Udahla sya,kita istirahat aja yuk.Kamu pasti kedinginan,kena hujan tadi.ya kan?" Potong Rina menarik Nesya keluar dari kamar ibunya.Nesya hanya menurut dan segera masuk ke kamar Rina.Dikamarnya yang sepetak itu,Nesya tidak bisa tidur.Gelisah memenuhi hati dan bantinnya.Sebentar geser sana geser sini. "Kamu kenapa sya?" Tanya Rina bangkit dari tidurrnya. "eng,,aku..aku gak nyaman Rin.Banyak nyamuk,udah gitu gerah lagi" "Itulah beda kamar aku sama kamu,kamar aku kan kecil,gak ada pentilasinya lagi,panas..semuanya deh" Jelas Rina melihat wanita sebelahnya itu melihat lihat keatas. "Kamu nyaman tidur disini?" Tanya Nesya mengangkat kedua pundakknya. "gak juga.ya mau gimana lagi? udah nasib begini.Syukurin aja lagi selagi kita masih hidup,kita harus menyukuri apa yang ada pada diri kita,sya.gak selamanya yang kita inginkan itu datang pada waktunya.Eh,aku jadi ceramah gini ya..hehe" Ucap Rina sadar akan pembicaraannya. "Kamu bilang syukuri apa yang ada.Jadi,ma..mata kam..kamuuu..gi gi maan..mana?apa kammu bersyu..syukur?" Tanya Nesya gugup.Rina menelan ludah mendengar pernyataan itu.Rina tak menyangka kalau NEsya akan bertanya begitu padanya.1 hal yang Rina tak pernah dia syukuri dan bahkan ia sesali adalah masalah pada matanya itu. "Kenapa diam?" Tanya Nesya lagi. "Enggak.kaget aja,kamu tanya itu ke aku" "Emang knapa?" "Ah,udah deh.Aku ngantuk.ngobrolnya besok aja ya Sya" Rina segera menutup seluruh tubuhnya dengan selembar selimut.Batinyya tergetar mendengar pernyataan itu.Alangkah terpukulnya Rina jika ada seseorang yang menyinggung tentang cacatnya itu. "Loh,Rina...Jawab dong.Iiih,,Rina gak seru..ya udah aku tidur juga ah" Nesya kembali membaringkan tubuhnya di semen beralaskan tikar tipis itu. * * * * * 'Seem likes everybody got a price,i wonder how the sleep at night....' Nada alarm Nesya berdering,pertanda pukul 06.30 Biasanya Nesya juga bangun jam segini. "Hoaaaaammmh..Udah pagi.bangun yok Rin..Rin..Rina.." Nesya melihat sekelilingnya.Tidak ada Rina disana. "Rin..Rin,kamu dimana?" Nesya beranjak dari tidurnya.Dibalik Pintu,Rina sudah bersiap siap untuk mengejutkan NEsya.Rina tertawa sendiri melihat kepanikan temannya itu. "Daaar...hahahahahhaha " Teriak Rina sambil tertawa garing. "Ih,kamu..maunya aja liat aku kaget ya..nih..rasain" Nesya mencubit lengan Rina. "Aaw..aww..apaan sih?sakit sya.." Rintih Rina memegang lengan kirinya itu. "Rasain! siapa suruh kerjain aku? weekk.." "Hahaa...enak tau,ngerjjain kamu..pish" "uuh,,sebel..eh,ibu kamu udah bangun Rin?" "Udah tuh,udah siap masak.kamu tuh,bangunnya kelamaan" Ledek Rina melirik ibunya yang ada di dapur. "Aku biasa loh bangun jam segini.." "Apaaa?" Mata Rina terbelalak "ia,,udah ah,aku mau mandi" "Mandi?masih dingin tau Baju kamu gimana? skarang kan kita kuliah pagi.." Rina mengingatkan teman lucunya itu. "oh ia,aku pulang aja ya.Dadaaa.." Nesya segera mengambil perkakasnya dan keluar melambaikan tangan pada Rina.Rina hanya tersenyum melihat kelakuan temannya itu.Segera Rina mempersiapkan kebutuhannya kuliahan dan berangkat secepatnya. Dilapangan basket,Rina melihat banyak temannya sedang ngumpul.Entah apa yang mereka bicarakan.Rina tak mau menghampiri mereka,takut akan mendapat hinaan yang biasanya ia dapatkan.Rina terus masuk menyusuri kompleks kuliahannya dan selalu menunduk. "hey.."Bray menepuk pundak Rina dari belakang. "oh,eh..kamu.." "Tumben datangnya lama" "ia,sekali kali kan tak apa.Eh,ada apa tadi di bawah rame-rame?" "oh,itu.Katanya ada salah satu teman kita hilang.Kabarnya sih di culik" "Apa?siapa dia?" "Nesya,teman cewe kamu itu loh" "Haaaah?kamu gak main main kan.Tadi dia masih ada dirumah aku,tau!" Rina kaget bukan kepalang. "Ah,masa?kamu mimpi kali..!" Rina mencoba mengingat kejadian yang tadi.Rina baru sadar,kalau Nesya meninggalkannya di saat pagi-pagi buta. "NEsya...!" Rina tak sadarkan diri.Teman-temannya segera menganggatnya ke ruang UKS dan merawatnya hingga ia membuka matanya kembali. "Nesya,..dia dimana?" Rina segera beranjak dan keluar dari ruang UKS. "Bray,tolong bantu aku nyari dia ya.dia gak boleh sampai kenapa-napa,bisa mampus aku" "tapi kita mau cari kemana,coba?" Tanya Bray keliru seperti ingin menolak permintaan Rina. "Kemana aja,pasti masih ada disekitar Jakarta " "Jakarta itu luas loh..kita mau cari sampai kapan?" "Gini aja deh.Kalau gak mau tinggal bilang gak,itu aja susah" "Bukannya gitu,Rin! tapi.." "Udahla,trimakasih "Potong Rina sembari meninggalkan Bray kesal. "Dasar cacat tak tau diri! maksa lagi!" Ketus Bray tak sadar kalau Rina masih ada di depan pintu UKS.Rina segera berbalik dan mengangkat kerah baju pemuda itu lancang. "Heh,aku memang cacat ya.Tapi kamu gak berhak bilang itu ke aku!" Rina mendorong Bray keras ke dinding UKS itu.Bray hanya bisa menelan ludah,tak menyangka kalau Rina bisa seberani ini menghajarnya. "Aku gak bil..biillaa..ng kam..kamu cacat kkookkk" Jawannya gagap. "Bulshit!" Rina menunjuk Bray kasar dan pergi meninggalkannya sendiri.Sejuta masalah memutar di otak Rina.Bagaimana Nesya,Apa maksud perkataan Bray,siapa yang akan menolong Nesya,dan masih banyak lagi.Rina tak habis fikir,teman yang tadinya bersamanya secepat itu menghilang tak tau dimana.Rina menyesal membiarkan Nesya pergi secepat itu tadi. "Huh,coba tadi aku gak biarin Nesya pergi! gak bakal begini jadinya!" Keluhnya berjalan menyusuri koridor kampus dan .. "Plakk! Dasar anak cacat! kau bujuk dengan apa putri ku sampai ia mau berteman denganmu?" Ibu Oshin,ibunya Nesya melayangkan tangan mulusnya di pipi Rina. "Apa maksud ibu?" Tanya Rina lancang. "gak usah blagu kamu! Smalam,kamu kan yang bujuk Nesya supaya tinggal dirumah kamu!" "Memang Nesya sendiri yang mau bu!" "Boohong kamu! dasar anak cacat tak tau diri! sekalilagi kamu bergaul dengan putriku,kau akan kehilangan matamu lagi! Ingat! "Apa? nesya bukannya dicu.." "Diculikk?? itu cuma akal-akalan saya saja.Supaya kamu disalahkan semua orang! Nesya sudah saya sekap dirumah" "Tapi bu" "Diam,sekali lagi kamu bergaul dengan Nesya.Mata kamu sasarannya!Camkan itu!" Apa yang dilakukan Rina pada Bray tadi,itu juga yang dilakukan ibu Oshin padanya. "Ya Tuhan,apa ini karma?" Jerit Rina menitikkan air matanya

1 komentar:

NGOLU G. MANIK PAR SIDIKKALANG DO AU.. mengatakan...

Mantafffff...lnjut trusssssssss

Posting Komentar